8||butterfly

10 6 0
                                    

Hai everybadeh

Spam vote+komen Yoo🚩

Pantengin terus.

Kira-kira di chapter ini kita ngapain ya emmm....

•selamat membaca•

"Baby girl!" Panggil Danles kepada sang gadis nya yang tengah berlatih memanah di halaman Belakang rumah mereka, Mansion megah ini tentu memiliki kualitas elit, semua sudah tersedia dengan rapi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baby girl!" Panggil Danles kepada sang gadis nya yang tengah berlatih memanah di halaman Belakang rumah mereka, Mansion megah ini tentu memiliki kualitas elit, semua sudah tersedia dengan rapi.

"Hm" jawab Elraya singkat, hobi ini hanya akan dilakukan jika kepribadian Elraya yang
Menempati tubuh Asha.

"Ada tamu, katanya penting" Danles mendekati Asha lalu mencium pipi gadis itu dari samping, Elraya tak melarang hal itu, karena ia juga sudah terbiasa.

"Tamu?" Dahi Elara menyeringit heran, pasalnya ia tidak memiliki janji dengan siapa pun malam ini.

"Nggak kenal?, yaudah baby girl tunggu disini biar gue yang usir!" Celoteh Danles tak mau ambil pusing, ia juga akan berjaga-jaga atas keamanan gadis nya.

"Ehh~ nggak, maybe penting" sarkas Elraya lalu berjalan santi menuju ruang tamu, disana sudah ada seorang cowok berparas tampan, Elraya mengenal siapa itu,ya siapa lagi kalo bukan Axel.

Elraya berdecak malas, "apaan sih Lo, gk usah banyak tingkah!" Gumam Elraya yang tak sengaja didengar oleh Axel, cowok blasteran Indonesia-Amerika itu menyeringit heran melihat Asha yang berbicara sendiri.

"Kenapa?" Tanya Axel dengan suara barito nya membuat Asha menoleh dan berjalan mendekati cowok itu. Wajah Axel memerah sempurna hingga ujung telinga saat gadis bermata bulat itu tiba-tiba memeluk bak seorang kekasih.

Axel tersenyum kecil, jantung nya berpacu lebih cepat kali ini, benarkah ini bukan mimpi? Pikir Axel, seorang Asha? Gadis jutek berhati psycho memeluk nya? Yang benar saja.

"Muka kamu kenapa merah? Kamu sakit hm?" Suara lembut Asha mampu membuat Axel refleks membasahi bibir bawahnya, ia berusaha menetralkan detak jantung yang terus menerus memberontak.

"Iya a aku sakit" alibi Axel membuat Asha berjinjit ingin merasakan apakah dahi cowok itu panas?, tinggi Asha yang hanya sebatas bahu membuat nya agak kesulitan menggapai dahi axel.

Axel menelan Saliva nya kasar, wajah Asha kali ini benar benar sangat dekat dengan hidung nya membuat nafasnya bisa Asha rasakan.

"Tahan Al"batin nya, ia sungguh ingin menggapai wajah Asha sekarang tetapi bukan waktu yang tepat, suara dehemn seorang cowok membuat Asha refleks mendorong tubuh Axel hingga menjauh dari nya.

BUTTERFLY  (OG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang