19 ] Diam-diam

151 43 17
                                    

Naomi diam seribu bahasa di pusat perbelajaan. Diam bukan berarti otaknya hening. Ia sedang menyusun seribu cara bagaimana caranya Angkasa tidak masuk kerja sehingga ia tidak bisa diberi tugas berat lagi.

Angkasa tidak berniat memperkeruh suasana karena jujur saja, ia sadar seribu persen delikkan menghunus dari mantan pacarnya itu. Bahaya kalau ia sampai di lempar labu oleh Naomi.

Angkasa hanya meminta gadis itu memperhatikan barang yang ia tulis. Sampai perhatian pria itu teralih pada sarung tangan putih yang membalut jari Naomi.

"Kenapa pakai sarung tangan?" Melepas tangan dari notes yang Angkasa pegang, Naomi menyembunyikan tangannya di punggung.

"Jijik." Jawabnya singkat.

"Maksudnya?"

"Tangannya jelek." Nada jengkel itu ketara sekali. Ia tidak ingin melanjutkan pembicaraan ini. Karena rasa ingin melempar Angkasa pakai semangka semakin membara!!

"Bisa lebih spesifik?"

Naomi menggeram kesal. Kenapa Angkasa tidak peka sekali sih?!

Membuka sarung tangannya, Naomi mengibaskan tangan di depan wajah Angkasa. "Ck! Tuh liat!"

Angkasa menutup mata mencoba sabar. "Kenapa bisa seperti itu?"

"Berkat bos terhormat tentunya." Naomi membalas sambil berkacak pinggang.

Sudahlah tak punya waktu untuk menari di studio, Naomi tidak bisa bermain gitar pula karena kulit jarinya mengelupas.

Kalau Naomi memaksa main dan kulitnya mengelupas semua bagaimana? Ck! Hukuman Angkasa ampuh juga ternyata.

"Saya?"

"Yang bikin gue main air seminggu penuh ini memang siapa kalau bukan lo?"

Angkasa kan menyuruh Naomi kerja bukan main. Tapi kalau ia menjawab begitu pasti Naomi merealisasikan niatnya untuk melempar semangka pada Angkasa.

"Sini deh tangan lo."

Angkasa menurut saja tanpa curiga apapun.

Jadi, bisa bayangkan sekaget apa Angkasa saat Naomi menggenggam tangannya erat dengan senyum menyebalkan manis di wajah.

"Rasain! Semoga nular!" Tak puas dengan telapak tangan, Naomi memeperkan tangannya yang tidak halus akibat kulit mengelupas dan bencolan kecil berisi air yang tak enak dilihat ke tangan dan ke wajah Angkasa.

"Naomi!" Pria itu menahan tangan usil sang mantan. Mana bisa seperti itu ditularkan, ya kan?

"Ada salep gatal di kotak P3K-"

"Ga ngaruh!" Menarik tangan dari cengkraman Angkasa, Naomi kembali memakai sarung tangannya karena ia jadi mual sendiri. "Percuma pake salep kalau tiap hari pake merk sabun yang sama!"

Angkasa tentu tidak terima karena Naomi seolah Kafe sengaja mencelakakan karyawannya.

"Kafe menyediakan sarung tangan agar tidak ada kontak langsung-"

"Ga suka! Keringetan. Lembab. Lagian udah kayak gini kalau kena keringet makin sakit."

Naomi hobi sekali menyela omongan Angkasa ya? Membuat pria itu gemas bukan main.

"Emang kena kontak langsung sabun dan air ga sakit?"

"Ya sakit lah!"

"Tapi pasti ada yang lebih tidak sakit salah satunya-"

"Gaada! Sakitnya sama rata."

Okelah Angkasa mengalah. Si keras kepala ini mana mungkin mau mendengarkan Angkasa kan?

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang