14 | Ada Yang Rindu

181 34 27
                                    

5 tahun lalu

-

"Aang?"

Suara Pak Doni menyapa Angkasa lewat panggilan telpon.

Angkasa sendiri menerka-nerka ada kebutuhan apa si kepala kesiswaan ini menghubunginya.

Seingatnya, Pak Doni hanya akan memanggilnya saat ada acara di sekolah.

"Ya, Pak?"

Terdengar suara ribut anak kecil dari seberang sana. Sepertinya Pa Doni sedang di rumah sebagaimana Angkasa saat ini. "Akan ada anak baru di kelas kamu."

"O...key?" Lalu apa hubungannya dengan Angkasa?

"Tolong persiapkan ya. Bantu dia dapetin tempat duduk. Kalau tempat yang dia mau sudah di tempati tolong minta dikosongkan kursinya. Bawa keliling untuk pengenalan sekolah." Angkasa semakin merasa aneh saja mendengar penjelasan itu. Jarang sekali ada anak baru diperlakukan spesial. "Pokoknya kesan pertama dia ke sekolah ini harus baik."

Angkasa sih sanggup saja. "Saya boleh tanya kenapa pak?"

"Biasa. Anak donatur."

Aah, Angkasa paham.

"Keluarganya bantu benah ruang UKS kita. Keluarga dokter ternama Wicitrawirya. Kamu tau Fumah Sakit Lembayung Kasih kan?"

Pantas saja di perlakukan istimewa.

"Iya. Yang terkenal itu kan pak?"

"Nah, itu punya keluarga dia."

Sekolah Angkasa memang termasuk sekolah terbaik kedua. Khususnya dalam bidang sains. Sekolah ini unggul.

"Owh... Baik pak. Kapan dia masuk?"

"Senin."

Angkasa segera memasukkan pertemuan itu dalam agendanya besok.

"Okey pak. Jangan khawatir."

"Nanti setelah upacara bawa dia ke kantor ya. Ketemu kepala sekolah." Pesan terakhir Pak Doni sebelum panggilan berakhir.

"Baik pak."

Menghela nafas, Angkasa kembali memfokuskan diri pada buku paket di hadapan. Harusnya ia belajar. Atau melakukan hal yang lebih bermanfaat dibanding melamun.

Tapi otaknya terus bergulir mengingat pada kejadian di perpustakaan kota dan si bidadari yang namanya Naomi.

Ia sudah mncari-cari nama Naomi namun ia tak menemukan akun dari yang ia cari di instagram ataupun twitter.

Mereka tidak sempat melanjutkan perkenalan di luar karena kakak Naomi sudah menjemput.

"See you."

Itulah kalimat terakhir mereka sebelum Naomi beranjak pergi dengan mobil kerennya.

Mobil sport berwarna hitam, dengan body ramping dan suara macho itu membuat angkasa berliur sekaligus insecure.

Tampaknya gadis itu berasal dari keluarga kaya raya. Karena selain harga mobil yang mahal, pajak kendaraannya juga pasti tak murah.

Sedangkan Angkasa memperhatikan kamar kecilnya yang berukuran tiga kali tiga meter. Berwarna putih dengan banyak cat yang terkelupas akibat poster club bola yang dulu ia pasang.

Ini bukan rumah Angkasa. Ia tinggal bersama adik sang Ibu bernama Rai ketika orangtuanya meninggal dalam kecelakaan di usia yang baru menginjak lima tahun.

Tidak banyak yang ia ingat tentang kehidupannya saat sang orangtua masih ada.

Namun, berdasarkan info dari Tante Rai, Angkasa tidak semiskin itu. Orangtuanya menikah di usia matang dan finansial yang stabil.

BITTERSWEETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang