A Little things called love
***
Aroma buku tercium kuat saat kedua anak manusia itu memasuki toko. Hal pertama yang menyambut mereka adalah jajaran buku yang tertata rapi di atas rak. Gaya ruangan serta ornamen retro menjadikan toko buku ini begitu klasik serta nyaman. Nuansa coklat kayu dimana-mana. Bahkan ada beberapa rak buku yang diisi dengan buku-buku bersampul jadul. Terlihat jelas karena sepertinya itu hanya untuk disewakan. Sedangkan buku-buku baru ada di bagian sudut lain.
"Tumben sama orang lain?"
Sosok lelaki dewasa berjenggot tebal menyambut Anna. Lelaki itu langsung mengelus pucuk kepala milik Anna dan memberinya sejuta watt senyum manis.
Saldi hanya menatap datar ke arah lelaki tersebut. Namun diantara tatapannya itu juga terlahir sakit hati karena ia disebut 'orang lain'.
"Apa kabar, Joe! Aku bawa teman kesini," Anna membalas kehangatan lelaki itu sembari mengenalkan Saldi kepadanya.
"Teman apa teman?" goda lelaki bernama Joe.
"Of course,"Sedikit sakit menjawab pertanyaan itu karena kenyataan lebih pahit dari realita. Mereka berdua saat ini memang masih teman. Teman tapi, hmm...
Setelah sedikit bercengkerama Anna menarik Saldi menuju tempat dimana mereka bisa membaca buku sepuasnya. Di tempat ini banyak sekali genre buku. Dari fiksi hingga jurnal bahkan mungkin ada surat kabar lama yang fisiknya masih layak untuk dibaca.
Saldi hanya membuntuti Anna dari belakang. Sesekali menatap tangannya yang digenggam erat oleh Anna. Memang tidak nyaman tapi ia biarkan saja karena melihat gadis itu sangat senang ketika bertemu dengan buku.
"Saldi, kamu bisa baca buku apa aja disini."
Anna takut mengganggu pengunjung lain maka dari itu ia berbisik. Di setiap sudut ada pengunjung. Meskipun tidak begitu ramai tapi harus menghargai orang lain, kan?
Saldi hanya mengangguk mengerti kemudian mencari-cari buku apa yang ingin ia baca. Anna pun sama. Ia mengabsen setiap buku yang tertata. Buatnya buku adalah sebuah dunia. Saking banyaknya yang ingin ia baca sampai ia bingung ingin baca yang mana.
Sambil mencari-cari sebuah buku, Saldi melihat sosok Anna dari sela-sela rak dan buku. Satu hal yang ia sadari. Anna begitu senang akan hal ini. Biasanya memang ceria namun ini lebih dari itu. Seperti ketika kamu menemukan belahan jiwamu dan tidak ingin segera pulang.
"Sudah ketemu bukunya?" pertanyaan Saldi membuyarkan keseruan Anna membaca. Membuat gadis itu tersadar dan langsung menaruh buku yang sejak tadi ia telusuri setiap katanya. Tiba-tiba Saldi sudah berada di samping kanannya.
Anna segera mengambil beberapa buku dan menuju tempat dimana bisa mengurus penyewaan. Saldi juga sudah membawa satu buku untuk disewa.
Joe berada di tempat itu. Ia berdiri seakan-akan memang menunggu Anna.
"Aku merasa bahwa sebentar lagi kamu akan jarang kesini," ujar Joe sambil tersenyum misterius.
"Kenapa harus gitu?" Anna menyahut.
"Yah, hanya menduga. Sepertinya dunia kamu itu terbagi," kali ini Joe melirik ke arah Saldi memberikan senyuman ramah. Saldi hanya membalas dengan tatapan datar.Anna tidak begitu mengerti yang dimaksud dengan Joe, namun ia hanya tersenyum saja mengiyakan kalimat Joe tadi. Ia hanya ingin segera pulang. Merasa tidak enak ke Saldi mungkin dia lelah atau lapar?
Iya, sedari tadi sepulang sekolah Anna belum makan siang. Karena tidak sempat. Bagaimana mau sempat, waktu istirahat ia gunakan untuk belajar materi ulangan. Perutnya ia ganjal dengan potongan roti. Beli tiga bungkus yang satu malah diserobot Nadia. Kini ia baru sadar kalau pengemis di dalam perutnya meminta untuk dikasih makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI DI MATAMU (On Going)
Teen FictionGarisaldi Putra, sebuah nama sederhana namun selalu istimewa di hati Anna Laura. Baginya lelaki yang kerap disapa Saldi itu adalah pusat dimana perasaannya berotasi. Sejak pertama bertemu hingga hari ini. Suatu hari Anna harus menghadapi kenyataan...