PDM 5

23 15 2
                                    

Di dunia tidak ada yang baik-baik saja, mereka hanya berusaha tampak baik-baik saja. -Cheer Up

***

Namanya Anna Laura. Anak tunggal keluarga kaya raya dari pasangan Dwi Atmadja dan Ratna Kumala. Sejauh ini kita tahu bahwa Anna adalah seorang gadis dengan berjuta positive vibes di sekolah. Dari menjadi ketua OSIS hingga ikut Olimpiade tingkat nasional. Namun siapa sangka jika kehidupan asli gadis itu justru sangat pilu.

Ayahnya yang merupakan CEO perusahaan retail kenamaan sering kali menjadi perbincangan karena suka mejeng dengan wanita. Bergonta-ganti pasangan padahal memiliki istri di rumah. Sedangkan ibunya, beliau adalah designer baju terkenal yang juga suka sekali mengajak berondong minum-minum di klub malam.

Keluarga rumit dengan segudang aib. Jika keduanya bertemu di dalam rumah maka pertikaian tak bisa dihindarkan. Makan malam keluarga di atas meja hanyalah formalitas semata. Foto keluarga yang terpajang di ruang santai hanyalah hiasan dinding saja. Satu-satunya yang asli hanyalah sisa rasa di hati masing-masing anggota keluarga.

Anna jadi pendiam jika di lingkungan rumah. Tiada teman selain pekerja rumah. Setidaknya ada yang biasa ia tanya dan mintai tolong. Ia sering keluar rumah dan pastinya sesuai tebakan kalian kemana ia pergi. Kalau tidak ke rumah Nadia, yah ke toko buku milik Joe.

Sesepi itu kehidupan Anna dibalik kesempurnaan hidupnya di luar rumah. Gadis itu sangat benci fakta jika keluarganya berantakan. Tidak seperti keluarga orang lain. Namun jika ia menuntut akan dapat apa? Sekalinya meminta agar keluarga tersebut utuh layaknya keluarga pada umumnya hanya tamparan dan bentakan yang Anna terima. Tak jarang juga ia menemui wanita ataupun lelaki yang jadi mainan mereka.

Jadi, gosip itu memang benar. Keluarga berantakan itu hanya mementingkan ego masing-masing hingga lupa kepada tanggung jawab mereka kepada sang anak. Mereka hanya tahu memberikan yang terbaik tanpa tahu bagaimana jadi yang terbaik untuk Anna.

Baru saja Anna mengintip dari balkon kamarnya. Tak sengaja, namun ia lihat ibunya berpelukan dengan lelaki lain, masih muda. Terlihat lelaki itu memeluk ibunya kemudian mengelus pucuk rambut. Belaian kasih sayang tulus menjadi tontonan menjijikkan bagi Anna. Karena tak kuasa melihat adegan itu, Anna turun dari lantai dua menuju dapur. Hanya mbak Surti yang ada. Sepertinya sedang membuat kopi. Mungkin untuk ayahnya.

"Non! Sudah makan?" Tanya mbak Surti dengan logat jawa kental.
"Belum mbak. Bisa minta tolong buatin makanan?"
"Iya, sebentar lagi saya buatin. Mau antar kopi dulu ke bapak."

Mbak Surti pun melangkah pergi meninggalkan dapur. Sedangkan Anna menunggu mbak Surti kembali sembari membaca buku. Sialnya besok ada ulangan. Meskipun buat Anna tidak sulit tapi apa salahnya belajar, kan?

Belajar tidak buat kamu rugi, kok.

Ting!

Suara pesan masuk. Tampak nama 'Nad86' muncul di layar. Siapa lagi kalau bukan Nadia. Dengan rasa malas Anna membuka pesan tersebut. Sekitar satu menit menatap nanar ke arah ponsel tiba-tiba air matanya terjatuh. Sebuah pesan singkat begitu haru menggelitik hatinya. Pesan sederhana yang semua orang juga bisa menulis seperti itu.

"Anna, you okay?"

Tanpa persetujuan air matanya sudah membasahi pipi. Isakan tangis menjadi alunan di kesunyian. Tak bisa terbendung lagi berat hati yang dirasa Anna. Ia ingin pergi tapi entah kemana lagi biar mengeluarkan segala keluh kesahnya. Bercerita kepada Nadia ia segan. Tak mau membuat temannya itu tak enak hati terhadapnya.

Satu-satunya hal yang terpikir saat ini adalah melarikan diri dari neraka berkedok rumah ini. Muak melihat hal-hal yang tak pantas serta omelan ayahnya yang terdengar di ruang kerja. Ia tahu pasti sedang melampiaskan amarah kepada mbak Surti yang tidak tahu apa-apa.

PELANGI DI MATAMU (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang