Menjadi seorang senior SMA adalah hal terberat bagi siswa. Karena waktu mereka begitu singkat namun dituntut untuk belajar dengan cepat. Karena berbagai macam ujian menunggu di depan sana. Belum lagi harus memikirkan hendak kemana setelah kelulusan tiba? Kuliah atau kerja.
Problematik anak setelah lulus sekolah. Mau kerja tapi ijazah dan realita beradu di luar sana. Untuk menjadi seorang sales saja minimal ijazah SMA dan kriteria lainnya yang terkadang tidak masuk logika.
Belum lagi yang ingin kuliah. Ujian masuk ke universitas negeri sangat ketat. Kalau tidak bisa masuk negeri mau tidak mau harus masuk swasta yang biayanya bisa dua kali lipat. Lebih mahal dari negeri. Intinya, setelah lulus dari SMA dan setelah merintangi banyak ujian masih harus berhadapan dengan ujian lagi.
Namun semua itu demi mimpi masa depan. Cita-cita yang terpendam harus diwujudkan. Entah dengan cara apapun dan di jalan seperti apa mereka lalui. Jika demi cita-cita harus mereka jalani.
Sama halnya dengan Anna dan lainnya. Anna memiliki mimpi yaitu menempuh pendidikan di luar negeri. Maka dari itu ia belajar giat meski tidak menduduki nomor satu tapi ia yakin bahwa kegigihannya akan membawa hal baik ke depannya.
"Kemarin lo pulang jam berapa?" Kulik Nadia kepada Anna yang sedang belajar. Gadis itu tak memedulikan posisi Anna. Tentu saja ia tak dapat respon dari sang empunya. Hanya tatapan miring kemudian lanjut membaca buku yang tengah dipegang.
"Anna!" Teriak Nadia mulai geregetan.
"Apasih apasih apasih!!" Sungut Anna tidak kalah geregetan. "Lagi serius baca juga lo ganggu mulu!" Imbuhnya.
"Lagian, gue tanya nggak jawab. Kesel!"Anna menutup bukunya kemudian menyimpannya ke dalam tas. Jam kosong yang tadinya mau ia gunakan untuk membaca buku jadi gagal gara-gara manusia rempong berjuluk sahabat ini. Menyebalkan tapi bikin sayang.
"Lo kemarin pulang jam berapa? Gue khawatir tau,"
"Jam sebelas kali yah soalnya ada kendala dikit,"
"Apaan?" Nadia membelalakkan mata mendengar kata kendala muncul dari mulut Anna.
"Santai aja kali. Gue ketemu Respati."
"What? Respati mantan lo?"
"Iya,"Nadia ternyata tahu cerita Anna. Karena dari sekian kemungkinan Anna tidak akan pernah bertemu dengan sosok itu lagi. Karena, dulu Anna pernah bercerita bahwa perpisahan keduanya dikarenakan Respati yang mendadak ingin pergi ke luar negeri. Tapi kok malah bertemu lagi disini.
"Terus lo gimana? Dia gimana sama lo? Lo nggak mungkin balikan sama dia kan, Ann?"
"Terlalu jauh!! Gue cuma ketemu bukan yang gimana-gimana, Nad!" kesal Anna dengan reaksi berlebihan Nadia tadi."Yah habisnya, lo kan sekarang lagi di masa deketin Saldi. Eh si masa lalu tetiba muncul aja. Gue takutnya lo masih ada rasa,"
"Nggak ada, Nadia. Hati gue udah hati is untuk Saldi."Sedetik kemudian ekspresi Nadia berubah jadi sumringah. Ia senang jika sahabat karibnya itu masih terlihat waras. Bayangkan jika tiba-tiba Anna balikan sama Respati, apa jadinya hubungan Anna dan Saldi? Sementara mereka berdua baru saja dekat. Sepertinya Saldi juga ada rasa kepada Anna.
***
Memang bandel! Dimas tidak takut akan hukuman dari sekolah karena ketahuan bolos pelajaran. Kini cowok itu berada di kantin. Kabar buruknya adalah Saldi tengah bersamanya. Manusia alim nan lurus-lurus saja hidupnya itu tertarik kehidupan bandel si Dimas.
Memang benar keduanya bolos pelajaran, tapi bukan hanya mereka berdua. Hampir satu kelas Saldi berada di kantin. Ternyata mereka jam kosong dan saat ini sudah mepet jam makan siang. Jadi mereka berhamburan terlebih dahulu ke kantin sebelum stok-stok makanan dan ciki habis dimonopoli siswa lain.
"Sal, menurut lo gue lebih baik cari pacar dulu apa fokus kelulusan?" Tanya Dimas sebegitu random.
"Mati duluan bisa?"
"Amit-amit ya! Serius nih gue," Dimas membenarkan posisi duduknya lebih mendekat kepada Saldi. "Gue udah bosen jomlo, nggak gombalin cewek dua bulan bikin mulut gue gatal," sambungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELANGI DI MATAMU (On Going)
Teen FictionGarisaldi Putra, sebuah nama sederhana namun selalu istimewa di hati Anna Laura. Baginya lelaki yang kerap disapa Saldi itu adalah pusat dimana perasaannya berotasi. Sejak pertama bertemu hingga hari ini. Suatu hari Anna harus menghadapi kenyataan...