Pelangi di Penghujung Badai

260 26 2
                                    

silakan vote dan comment sebanyak-banyak, feel free, jangan jadi silent readers ya, gak baik loh! jangan ya dek ya 🫵😤


Tuhan tak menjanjikan langit akan selalu biru, namun Ia selalu menghadirkan pelangi setelah badai berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Tuhan tak menjanjikan langit akan selalu biru, namun Ia selalu menghadirkan pelangi setelah badai berlalu.
── .✦


Tatkala cahaya terang yang hangat mulai memancar pada garis cakrawala, Javian lekas terjaga dan hal pertama yang ia cari setelah menyingkap kelopak matanya adalah Mirhea.

Tanpa berpikir panjang, ia bergegas bangkit dari tempat tidur untuk menemukan presensi sang istri yang ternyata tengah memandangi refleksi dirinya di hadapan cermin.

Sudah hampir satu jam Mirhea menatap refleksi dirinya lekat-lekat di hadapan cermin, memandang tiap inci tubuhnya yang ajaibnya luka-luka semalam yang menyebabkan nyawanya terenggut, hilang begitu saja.

Meskipun kini dirinya hanya menjadi seonggok arwah, ia benar-benar bersyukur, karena Tuhan benar-benar mendengarkan permohonannya; ia bisa kembali menemui Javian meski raga sudah tak membersamainya.

"Sayang, lagi apa?" tanya Javian dengan suara serak khas bangun tidur.

Mirhea mengalihkan atensinya ke arah Javian yang kini sudah berdiri di sampingnya sambil mengucek matanya yang masih sedikit buram. Perempuan itu lantas mengulas senyuman sebelum akhirnya memeluk Javian dengan tiba-tiba.

Javian terkejut, namun ia tetap membalas pelukan Mirhea, memeluk lebih erat tubuh Mirhea yang anehnya terasa begitu dingin dan asing—tak berubah sejak semalam ia memeluknya setelah kembali dari bandara.

Mendadak perasaan bersalah kembali merangsek memasuki hati Javian tanpa permisi, seiring ia dilempar begitu saja pada memori semalam; memori saat ia membiarkan Mirhea pergi sendiri setelah menenggelamkannya dalam lautan getir.

Tangan Javian terulur begitu saja pada surai Mirhea, lantas membelainya lembut sebelum akhirnya membubuhkan kecupan hangat tepat pada puncak kepala Mirhea.

18 Days [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang