Rasa Bahagia yang Keliru

769 50 18
                                    

Ayo vote dan komen sebanyak-banyaknya, biar aku semangat nulisnya.
Happy reading!

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang rasa bahagia datang untuk membutakan manusia dari kenyataan yang ada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang rasa bahagia datang untuk membutakan manusia dari kenyataan yang ada.

── .✦

Mirhea tak pernah sebahagia ini saat bangun di pagi hari. Bahkan sarapan hanya dengan scramble egg dan segelas susu pun baginya terasa seperti menyantap rendang hangat buatan maminya.

Suhu matahari pun terasa sangat pas dengan suhu tubuhnya, membuatnya tak perlu mengumpat karena kepanasan saat mobilnya terjebak di jalanan seperti ini. Bahkan Mirhea sama sekali tak keberatan kalau harus menggantikan jadwal operasi rekannya yang mendadak padat.

Sepertinya Mirhea memang harus merayakan kebahagiaannya karena Javian akhirnya setuju dengan perjodohan mereka. Namun mendadak kebahagiaan itu lenyap saat melihat sebuah pesan yang baru saja masuk ke dalam ponselnya.

Mirhea disergap oleh rasa takut yang luar biasa setelah membaca pesan masuk tersebut. Pesan yang lagi-lagi berisikan ancaman dari wali pasien yang gagal Mirhea selamatkan dalam operasi beberapa waktu yang lalu.

Memori saat di mana ia menangani pasien tersebut mendadak memenuhi isi kepalanya. Semua hal terputar dalam kepalanya secara detail.

"Tensinya 80/60, turun drastis. Segera siapkan dua kantung RBC AB." perintah Mirhea.

"Baik, dok."

Mirhea menatap elektrokardiogram yang menunjukkan ketidaknormalan pada interval, maka bergegas ia menyiapkan diri untuk memberikan pertolongan pada denyut jantung pasien yang semakin melemah.

"Denyutnya makin lemah, saya harus melakukan CPR," ucap Mirhea yang segera meletakkan kedua tangannya di atas dada pasien, kemudian menekannya berkali-kali demi mengembalikan denyut pasien pada keadaan normal. Namun tampaknya tak ada respon signifikan pada pasien.

"Tensi turun anjlok, dok," ujar salah satu dokter setelah melihat elektrokardiogram.

Mirhea terus memberikan CPR saat merespon rekannya, "Beri epinefrin 0,5 mg."

18 Days [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang