Author POV
Hari-hari yang dilalui Jennie tidak berubah sama sekali. Setiap pagi, dia terbangun dengan perasaan hampa, mengawali hari dengan rutinitas yang tak lagi membawa kebahagiaan. Waktu berlalu begitu saja, tanpa ada yang istimewa untuk dinantikan.
Jennie semakin bersikap dingin, seperti angin musim dingin yang menusuk, membuat dirinya dan orang di sekitarnya membeku dalam keheningan. Lisa merasakan perubahan itu, tetapi dia tidak pernah memaksa Jennie untuk berbagi perasaan atau bahkan untuk berbagi keintiman.
Jennie enggan untuk disentuh Lisa, hal itu membuat mereka tidak pernah bersetubuh lagi meski sudah dua bulan berlalu sejak kepulangan Jennie dari Manchester. Lisa masih tidak menyadari terkait percakapan terakhirnya dengan orang lain di resto pada malam itu.
Dulu, mereka sering tidur dalam pelukan satu sama lain, tetapi sekarang Jennie selalu memunggungi Lisa, menjauhkan dirinya bahkan di saat-saat paling tenang. Lisa merindukan kehangatan yang dulu mereka bagi, namun sekarang hanya punggung Jennie yang dingin yang menemaninya setiap malam.
Lisa tahu bahwa ada sesuatu yang salah, sesuatu yang telah rusak dalam hubungan mereka. Namun, dia tidak tahu bagaimana cara memperbaikinya. Setiap malam, Lisa menatap punggung Jennie yang selalu membelakangi dirinya. Kesedihan dan kerinduan yang tak terucapkan menyelimutinya.
Di malam-malam yang dingin, dalam kesunyian, Lisa menangis secara rahasia, mencoba menutupi suara isaknya agar Jennie tidak mendengar. Tangisannya bukan hanya karena rasa sakit yang dia rasakan, tetapi juga karena rasa kehilangan yang perlahan menggerogoti hatinya.
Meskipun begitu, Lisa mencoba mengabaikan masalah ini. Dia berusaha bersikap seolah semuanya baik-baik saja, berusaha menjalani hari-hari mereka seperti biasa.
Jennie masih menyiapkan pakaian untuk Lisa setiap pagi, menunggunya untuk makan malam bersama, dan mereka tetap berbicara layaknya pasangan.
Namun, di balik semua itu, ada jarak yang kian melebar di antara mereka. Lisa merindukan masa-masa ketika Jennie tersenyum dan tertawa bersamanya, tetapi kini, hanya kebekuan yang dia temui.
Meskipun Jennie masih menjalankan perannya sebagai istri, sikapnya yang dingin dan hampa membuat Lisa merasa seperti ada yang hilang, sesuatu yang penting dan tak tergantikan.
Setiap malam, Lisa kembali tidur dengan rasa hampa yang sama, merasa terasing dari wanita yang dia cintai, dan setiap pagi, dia bangun dengan hati yang semakin terluka. Tapi, seperti kebiasaannya, Lisa hanya bisa menekan perasaannya, menunda percakapan yang harusnya terjadi, dan berharap bahwa suatu hari, segalanya akan kembali seperti dulu.
Dan malam ini semua berlalu seperti biasa. Lisa dan Jennie duduk di meja makan, ditemani oleh masakan hangat yang disiapkan oleh Mrs. Margaret. Malam itu, menu yang dihidangkan adalah hidangan khas Inggris yang lezat, roasted chicken yang dilengkapi dengan sayuran panggang seperti wortel, kentang, dan brokoli.
Ada juga gravy yang kental dan harum, serta Yorkshire pudding yang renyah di luar namun lembut di dalam. Untuk penutup, Mrs. Margaret menyiapkan apple crumble dengan taburan gula halus dan saus custard yang menggoda.
Seperti biasanya, Lisa tidak menyukai keheningan yang dominan angara dia dan Jennie. Ia mulai bercerita dengan semangat tentang hari-harinya di kantor.
“Kamu tahu, hari ini aku mendengar sesuatu yang lucu dari salah satu karyawan kita” kata Lisa sambil menyendokkan gravy ke piringnya.
“Dia baru menikah lima bulan lalu, dan ternyata istrinya sekarang sedang hamil dua bulan!” Jennie tidak memberikan respon, tetap fokus pada makanannya, perlahan-lahan mengunyah potongan ayam di piringnya. Lisa melanjutkan dengan tawa kecil yang mulai terdengar dari bibirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Endless Battles for Love - JenLisa
FanficLisa dan Jennie telah menjalin hubungan selama sepuluh tahun. Dalam waktu yang tidak singkat itu, Jennie telah meraih berbagai penghargaan dalam dunia seni, dan Lisa berhasil membuktikan dirinya sebagai pewaris yang sukses. Setelah pembuktian terseb...