17. Receiving Too Much Hurt

173 31 1
                                    

Lisa POV

Malam ini, suasana di restoran mewah di pusat London dipenuhi dengan gemerlap lampu kristal yang memantulkan kilauan indah. Aku duduk di meja yang telah disiapkan khusus untuk pertemuan penting ini, ditemani oleh sekretaris, Emily Foster.

Di hadapan ku, seorang pria berusia setengah baya dengan senyum ramah dan sikap penuh wibawa duduk, Tatsuya Nakamura, seorang pengusaha besar dari Jepang yang sedang mempertimbangkan investasi besar di salah satu proyek perusahaan ku.

"Miss. Manoban," aku mengangkat kepalaku saat Mr. Nakamura memanggil namaku.

"Saya telah mendengar banyak tentang anda. Orang-orang sering berbicara tentang anda dengan kekaguman, seorang pebisnis muda yang berhasil mencetak banyak pencapaian dalam waktu yang sangat singkat" aku tersenyum, merasa sedikit tersanjung.

"Terima kasih, Mr. Nakamura. Saya merasa sangat beruntung bisa bekerja di industri yang saya cintai dan memiliki tim yang sangat mendukung" aku membalas ucapannya dengan bahasa yang sangat sopan, senyum manis tidak lupa untuk ku sertakan.

"Keberuntungan mungkin ada, tapi kemampuan anda yang luar biasa tidak dapat disangkal," pria di depan ku ini semakin menyanjung. Meski memang benar, dalam bisnis tidak ada yang namanya keberuntungan.

"Saya mendengar bahwa dalam tiga tahun terakhir, Anda berhasil menggandakan nilai perusahaan anda dan memperluas jaringan bisnis ke beberapa negara lain. Itu adalah prestasi yang sangat mengesankan" aku mengangguk dengan rendah hati.

"Itu semua hasil kerja keras tim kami. Saya hanya memastikan bahwa setiap langkah yang kami ambil berada di jalur yang tepat" Mr. Nakamura mengangkat gelas anggurnya sedikit, memberi isyarat penghormatan.

"Saya merasa terhormat bisa duduk di sini dengan anda malam ini dan membicarakan peluang kerjasama yang saya yakin, akan menguntungkan kedua belah pihak. Anda benar-benar seorang visioner, Miss. Manoban, dan saya percaya proyek ini akan sukses besar" aku ikut mengangkat gelas anggur ku.

Akutersenyum merasakan kebahagiaan yang tumbuh di dalam diri ku. Pujian demi pujian yang dilayangkan pada ku membuat hati ku berbunga-bunga. Aku merasa dunia ku sangat hidup dan penuh warna.

Karir yang cemerlang, perusahaan yang terus berkembang di bawah kepemimpinan ku, dan di atas semua itu, aku memiliki Jennie di sisi ku. Semua ini terasa begitu lengkap.

"Saya sangat bersemangat untuk melihat bagaimana kita bisa bekerja sama dalam proyek ini, Mr. Nakamura. Saya yakin kita akan menciptakan sesuatu yang luar biasa bersama" itu adalah kalimat yang sangat layak untuk lontarkan pada malam ini.

Mr. Nakamura tersenyum puas, lalu percakapan kami beralih ke detail bisnis dan investasi, membahas angka-angka, strategi, dan proyeksi masa depan. Aku yang dulu dikenal sebagai sosok dingin dan acuh, kini jauh lebih ramah dan menghargai setiap pendapat yang disampaikan orang.

Aku telah berubah, sedikit demi sedikit, menjadi sosok yang lebih terbuka dan apresiatif, baik kepada klien maupun karyawan ku. Namun, di tengah percakapan hangat tersebut, tiba-tiba percakapan tidak menyenangkan muncul ke permukaan.

"Kau memang brilian, kemampuan mu benar-benar membuatku merinding" aku tersenyum karena Mr. Nakamura kembali memujiku.

"Miss. Lisa, apa kau sedang berkencan dengan seseorang? Jika tidak, aku memiliki seorang putra yang seumuran dengan mu. Ingin berkenalan?" hal itu tiba-tiba membuat ku merasa tak nyaman.

Jujur saja, setiap orang memanggil ku dengan sebutan Miss bukan Ms atau bahkan Mrs, membuat ku merasa bersalah pada Jennie. Pernikahan kami yang tersembunyi dan tidak diumumkan membuat semua orang mengira bahwa aku masih lajang. Tak banyak yang mengetahui bahwa aku sudah menikah, selain orang terdekat.

Endless Battles for Love - JenLisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang