Anin dan Sinta memutuskan untuk pergi ke Bandung untuk rencana liburan mereka yang disebut healing. Sejenak menjauh dari hiruk-pikuk kota Jakarta menjadi keharusan yang sering Anin dan Sinta lakukan demi kewarasan mereka sendiri. Aturan saat pergi berlibur adalah untuk tidak membicarakan pekerjaan sedikit pun, jika melanggar maka harus membayar makan nantinya.
"Gimana Nin tempatnya? Oke, kan?" tanya Sinta ketika melihat Anin keluar dari rumah bermaterial kayu yang akan mereka tempati dalam tiga hari ke depan.
Anin mengangguk-angguk sambil tersenyum lebar. "Bagus! Emang paling jago lo nyari tempat kayak begini." Anin duduk di kursi kayu di depan home stay mereka, kemudian diikuti Sinta setelahnya.
"Ini gue juga dibantuin sama Liam nyarinya. Katanya dia dapet rekomendasi tempat ini dari temen kantornya."
Anin mengacungkan dua jempol sebagai pujian. Sinta senang jika Anin juga senang dengan tempat yang ia pilihkan.
"Mau langsung piknik di danau itu gak?" tanya Sinta.
"Boleh. Kebetulan gue juga udah laper nih. Lumayan perjalanan hampir empat jam ke sini, kan." Anin berdiri dari kursinya, masuk ke dalam untuk mengambil bekal yang sudah ia siapkan di rumah pagi buta tadi. Di dalamnya ada sandwich, salad buah, dan buah-buahan segar. Sedangkan Sinta membawa minuman soda dan cemilan ringan lain.
"Ayo!"
"Bentar gue kunci pintu dulu," Anin mengunci pintu home stay cepat-cepat. Ia mendatangi Sinta yang sudah menunggu di area taman yang berhadapan langsung dengan home stay. "Jauh gak sih danaunya?"
Sinta menunjuk ke arah selatan. "Sekitar 500 meter lah dari sini."
"Lumayan deket juga, ya."
Sinta mengangguk.
Sekitar sepuluh meter berjalanan kaki, Anin dan Sinta akhirnya sampai di danau tujuan mereka. Danau itu di kelilingi pohon pinus yang menjulang tinggi. Meskipun saat ini siang hari, namun tidak terasa panas karena suasana di sini terasa sejuk.
"Gelar di situ aja kali ya karpetnya?" Anin meminta pendapat Sinta untuk mengelarnya di dekat danau.
"Boleh,"
Anin lantas membuka karpet kecil yang mereka bawa dari rumah, berlanjut dengan mengeluarkan satu persatu bekal yang mereka bawa.
"Ada yang mau gue omongin," ujar Sinta membuat kegiatan makan Anin langsung berhenti. Anin menoleh penasaran.
"Apaan?"
"Abis makan aja ngomongnya."
Anin berdecak kesal. "Harusnya ngomongnya nanti aja, kalau gini gue jadi penasaran!"
Sinta tertawa sambil terus melahap satu butir anggur hijau yang Anin bawa. Anin hanya bisa menelan rasa penasarannya dan melanjutkan untuk menghabiskan sandwich. Pandangan keduanya tertuju pada danau di hadapan mereka yang terlihat tenang. Tempat ini jauh dari kata berisik. Di sisi danau juga ada sebuah jalan setapak dari kayu untuk bisa sampai ke seberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
In Another Life
Teen Fiction《 Genre : Fantasy - Romance 》 •• Berawal dari Naka-manusia dari dunia sihir yang tidak pernah tercatat dalam sejarah mana pun-yang kehilangan cinta sejatinya akibat dari peperangan antar klan. Di tengah keputusasaan dalam hidup paska ditinggalkan, d...