Bab 5: Mencari Kedamaian

12 1 0
                                    

Hari-hari berikutnya terasa sedikit berbeda. Meski pertengkaran di rumah masih terjadi, aku mulai mencoba untuk tidak membiarkan mereka mempengaruhiku seburuk sebelumnya. Aku mulai menulis lebih banyak, tetapi kali ini, tulisanku bukan lagi sekadar pelampiasan rasa sakit, melainkan cara untuk mencari kedamaian dalam diriku sendiri.

Aku mulai mengisi buku catatanku dengan harapan-harapan kecil—mimpi-mimpi yang ingin aku capai suatu hari nanti, hal-hal sederhana yang membuatku bahagia, dan hal-hal yang aku syukuri meski kecil sekalipun. Setiap kali aku merasa terpuruk, aku akan membuka buku itu dan mengingatkan diriku bahwa ada hal-hal baik di dunia ini, meski sulit untuk dilihat di tengah-tengah kekacauan.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai merasa lebih kuat. Ibu masih sering marah, tetapi aku mulai memahami bahwa kemarahannya lebih banyak berakar pada rasa sakit dan kehilangan yang dia rasakan daripada pada diriku. Aku tidak bisa mengubah perasaannya, tetapi aku bisa memutuskan untuk tidak membiarkan kemarahannya menghancurkan hidupku.

Aku mulai merencanakan masa depanku sendiri—sesuatu yang sebelumnya terasa mustahil. Aku ingin keluar dari rumah ini, menemukan tempat di mana aku bisa menjadi diriku sendiri tanpa harus selalu merasa salah. Aku tahu itu tidak akan mudah, tetapi untuk pertama kalinya, aku merasa bahwa itu mungkin.

Jejak Luar di Balik Pintu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang