Entah kenapa hari ini Asa merasa tidak enak badan. Sedikit pusing dan ia merasa mual. Ingin bilang pada Ibunya tapi wanita itu sedang sibuk dengan acara Ibu-ibu lainnya, entahlah sepertinya acara arisan begitu, Asa tak terlalu paham.
Ayahnya sudah berangkat ke kantor karena hari ini ia tau Asa akan di jemput kekasihnya.
Tak sampai 10 menit Asa menunggu, kekasihnya tiba dengan mobil mewah berwarna putih.
Usai berpamitan dengan Ibunya Asa dan Bagas pun berangkat.
Di perjalanan Bagas tak terlalu peka dengan kondisi Asa yang sebenarnya tidak baik-baik saja. Asa juga tak banyak bicara. Barulah karena itu Bagas mulai membuka obrolan.
"Pulang ngampus mau ikut aku gak sayang? Aku mau ngumpul sama temen-temen, katanya sih mau karaokean." Sambil sesekali melirik kekasihnya Bagas baru menyadari kalau wajah Asa terlihat pucat, terutama bibirnya.
"Eehh sayang kamu sakit?" Ada nada cemas disana, Bagas langsung mencari tempat untuk menepikan mobilnya.
"Kayanya nih, aku mual banget gak tau kenapa."
"Ya ampun Gerd kamu apa ya kambuh? Ke rumah sakit aja deh ya. Obat mu mana? Bawa gak? Minum obat dulu deh."
"Tenang Agas jangan panik gitu, aku gapapa."
"Ishh gapapa gimana sih, kamu pucet gitu sayang. Mana sini obatnya dimana? Omeprazole ya? Apa Domperidone? Dimana simpannya sini aku cari." Dengan inisiatifnya sendiri Bagas mengambil alih tas Akasa, namun nihil. Tas itu hanya berisi tab dan satu buku materi.
"Gak ada Omeprazole aku habis."
"Yang...ya ampun kamu tuh gimana sih. Yaudah cari apotek dulu deh beli dulu. Ini jauh dari rumah sakit masalahnya."
"Jangan marah marah Agas," rengek Asa karena mendengar nada bicara Bagas yang mulai tidak ramah karena terlalu cemas.
Bagas yang menyadarinya pun mulai mengontrol ekspresi dan suranya.
"Maaf sayang, enggak aku gak marah ya. Yaudah tahan sebentar kita cari apotek dulu ya."
"Tapi kelas aku gimana?"
"Kamu masih ada jatah bolos, udah gak usah mikirin kelas dulu. Ini karena kecapean juga kayanya kamu tuh. Sesek gak?"
Akasa mengangguk kecil, "sedikit." Balasnya.
Bagas sedikit menghela nafas lalu bersiap kembali melajukan mobilnya. Dia sudah paham penyakit kesayangannya itu. Tujuan utamanya mencari apotek dulu agar Asa bisa meminum obat pereda sakitnya dulu.
***
Bagas mengantar Asa pulang setelah selesai memeriksakan kekasihnya itu ke rumah sakit. Untungnya tak perlu sampai dirawat. Namun Akasa tetap disarankan untuk istirahat total sampai benar-benar sehat.
Sekarang Asa sedang di sidang oleh keluarganya, lebih tepatnya oleh Ibunya yang panik bukan main setelah diberitahu Bagas kalau putra kesayangannya masuk rumah sakit.
"Kenapa gak bilang ibu? Ibu udah bilang kalo ngerasa gak enak badan itu langsung bilang ibu. Jangan diem-diem aja, Asa tau kan ibu gak mau Asa kenapa-kenapa," ujar Ibu Asa dengan raut khawatir yang sangat kentara. Punggungnya dielus lembut oleh Ayah yang tak ingin menambah suasana tidak enak di ruangan itu. Bagas pun masih berada disana, melihat dari sisi lain kasur kekasihnya.
"Maaf Ibu, Asa lihat ibu lagi sibuk, Asa juga gak mau ibu jadi terlalu khawatir."
Wanita paruh baya itupun melunak setelah melihat wajah lemah dan nada bicara putranya yang merasa bersalah itu.
"Jangan gitu ya sayang. Yang terpenting itu kesehatan Asa, ibu minta maaf ya karena terlalu sibuk jadi gak merhatiin Asa."
Akasa menggeleng cepat, "enggak ibu gak perlu minta maaf. Asa janji bakal sembuh cepet kok. Maaf ya bikin kalian semua khawatir."
Akasa menatap semua yang ada disana, merasa tidak enak karena ia tidak menyukai raut khawatir itu. Ayah, Ibu dan Agas pasti sangat mencemaskannya.
Bagas mengelus lembut poni Akasa yang mulai memanjang. Ia mendudukan diriny disamping Asa yang tengah berbaring nyaman.
"Yaudah sekarang kamu istirahat ya, inget kata dokter tadi, jangan terlalu banyak pikiran. Yang penting sehat dulu aja ya sayang."
"Iyaa Agas, makasih ya."
"Yaudah Ibu sama Ayah keluar dulu siapin makan ya. Bagas mau nginep atau gimana?" Tanya Ibu Akasa.
"Iyaa bu, Bagas nginep."
"Yaudah kalo gitu, titip Asa ya sayang, kami keluar dulu."
Bagas membalasnnya dengan anggukan seraya tersenyum, setelahnya kedua orang tua Akasa pun meninggalkan kamar Asa.
Fokus Bagas kembali pada kekasihnya.
"Kalo udah bisa cerita, aku tunggu ya. Jangan di pendam sendiri, aku tau ada sesuatu yang ganggu pikiran kamu. Sekarang istirahat aja."
Akasa hanya diam, rautnya sendu.
Memang, sakitnya kambuh bukan karena tiba-tiba, tapi memang ada sesuatu yang mengganggunya hingga penyakit Asam Lambung Kronisnya itu muncul kembali setelah lama tak pernah datang mengganggunya.
"Cepet sembuh sayang."
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Musuh tapi Pacaran - Syongsok
Fanfiction"Asa gak suka dibentak, gak suka panas, gak suka kotor, gak suka suara keras, pokoknya gak suka!" - Asa "Terus Asa sukanya apa?" - Agas "Agas" - Asa ..... Sungchan x Eunseok Agas x Asa BxB Lokal au