Kali ini lelaki bernama Laut itu sedang menjemur pakaian, 80% pakaiannya adalah milik gadisnya yang sejak tadi pagi sudah pergi untuk mencari buku.
Gadisnya baru saja mengabari Laut bahwa ia akan pulang jam 2 siang, sehingga tidak bisa melakukan pekerjaan rumah.
Ah, jika kalian penasaran apa hubungan Laut dan Theresia maka jawabannya adalah
"Tunangan lo beneran ninggalin lo sendirian begini, San?” sosok lelaki berceletuk sembari duduk di dekat pintu balkon, membuat Laut menoleh dan tersenyum.
“Sibuk dia mau cari buku, kenapa deh, Rik?” lelaki yang dipanggil 'Rik' itu menaikkan alisnya, “Enggak takut dia kemana gitu?”
Laut terdiam, ah, memang kalau dipikir hubungan mereka berdua ini sudah tanpa cemburu. “I trust her, Rik”
Rik―Erik, lelaki itu mencibir Laut.Belum lama mereka berbincang, ponsel Laut berdering.
“Cewek mana itu bos??” Erik berceletuk melihat ponsel Laut yang menunjukkan bahwa seseorang bernama 'Rinjani' menelponnya.Laut tidak menghiraukan celetukan lelaki itu, beralih dengan menerima telepon dari gadis bernama Rinjani. Erik memperhatikan bagaimana sahabatnya itu berbincang dengan seseorang gadis lain, turut mengangkat alisnya ketika Laut terkekeh hangat beberapa kali.
“Siapa Rinjani, San?” Erik bertanya sedikit serius ketika melihat Laut sudah mengakhiri teleponnya.
“Temen, co-worker doang kok” kilah Laut namun tetap saja lelaki bernama Erik itu memasang tampang curiga.“Dih, kenapa lo, Rik? enggak percaya? ayo ketemu aja sama Rinjani”
•••
Toko buku hari ini sedang ramai-ramainya, terdapat bazaar buku bekas rupanya.
Theresia berjalan mengelilingi rak-rak buku yang bertema astronomi, entahlah, gadis itu memiliki ketertarikan kepada buku bertema astronomi.“Arum?” seseorang memanggil nama tengah Theresia, membuat gadis itu menoleh. “lohh, Yafi?” sesosok lelaki berbahu lebar yang dipanggil Yafi itu tersenyum manis.
“Enggak sama Laut?” Yafi membuka obrolan, gadis itu menggeleng. “Mau aku temenin aja, Rum? it's too crowded, you'll get bump” Theresia mengerjap, ah iya juga... beberapa kali tadi ia sudah menabrak dan ditabrak oleh orang-orang.
“Boleh, Yaf?” Yafi tersenyum dan mengangguk. Mereka berjalan berdua menelusuri toko buku itu, tentunya, masih di rak buku astronomi.
•••
“Lo serius enggak bakal aneh-aneh kan, San??” Erik and his curiosity sedang melawan Laut yang sedari tadi berkilah kesana dan kemari.
“Laut Althair Sandya... i beg you, Arum is a nicest person ever! lo bego kalau sampai nyakitin dia, San!” Laut memandangi wajah sahabatnya sebelum tangannya menoyor kepala lelaki berambut hitam legam itu.
“Kebiasaan deh lo, overthinking sendiri” jawab Laut“Enggak mau aja guee, San!!! nanti kayak lagunya mbak Niki yang Apartment We Won't Share... aduh, San, amit-amit” Laut berdecak mendengar temannya itu
“Gue udah tunangan elah, Rik” jawab Laut sebelum ia merebahkan dirinya di sofa ruang TV apartmentnya.“Anw, San... i really curious about that Rinjani girl” Erik mengeluarkan suara lagi yang hanya mendapatkan lemparan bantal dari Laut.
“Rik, enggak bakal capek gue kalau soal cinta sama There! she's the one that i love” Laut membantah semua perkataan lelaki itu lalu menutup mukanya dengan bantal.
“Hahh yaudah, iya-iya!”•••
Sekarang pukul 3, Erik sudah pulang dari apartment Laut dan Theresia begitupula dengan gadisnya Laut yang baru saja sampai ke Apartment mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Apartment We Won't Share
Fanfiction"Laut, menjadi tempatku berhenti" Inspired by Niki's song, Apartment We Won't Share. copycat please stay away! ©atheanana