Meluapkan isi kepala tuan bimbang, Laut Althair Sandya.
•••
“Brengsek!” umpatan itu diberikan oleh dirinya sendiri, ia memandangi cermin kamarnya sambil berharap gadisnya datang mengunjunginya lagi selepas kejadian kemarin.
“you such an asshole, Laut!” Makinya lagi, entahlah, Laut berantakan kali ini. Handphonenya mungkin muak dengan panggilan yang selalu diulang meskipun ujungnya ditolak oleh yang dipanggil.
Laut sekali lagi memanggil gadisnya--mungkin mantan? lewat sambungan telepon, berharap kali ini akan diangkat. Alih-alih si tujuan yang mengangkat telepon, justru Laut menerima pesan dari Rinjani.
‘Kak, what are we.....right now?’ Laut menjambak rambut tebalnya itu, semuanya menjadi rumit karena dirinya sendiri.
‘Stop asking, I'll call you later, Nja’ setelah mengirim pesan itu, Laut menghela napasnya kasar.
•••
Hari mulai siang, Laut benar-benar tidak beranjak dari apartment itu seperti matanya yang mengamati handphonenya, berharap gadisnya menghubunginya kembali.
Tidak, Laut muak, lelaki itu kembali menghubungi gadisnya. Pucuk dicinta, gadisnya mengangkat panggilan itu.
“Theresia... aku mau ngomong, re” Laut menggebu, sedang yang diseberang masih belum membuka suaranya
“Re, aku minta maaf”“Kak, sore nanti aku mau ambil beberapa barang aku di apartment, if you don't mind, boleh enggak kamu mengungsi sementara ke tempat Kak Erik?” Oh sialan, hatinya bagai tertusuk.
Laut terdiam, ini serius gadisnya tidak mau bertemu dengannya? dengan pernyataan segamblang itu.
“Ambil aja re, sore aku pergi kok” Bohong. Laut bohong, ia hanya berbual akan pergi.
“Okay, Kak.” dan ya, sambungannya langsung dimatikan sepihak.Laut menghela napasnya lagi, kesalahannya terlalu banyak dan menyiksanya dengan cepat.
•••
Laut mendengar suara pintu terbuka, ia yakin itu Theresia. Segera, lelaki itu keluar dari kamarnya dan berlari memeluk gadis itu ketika ia mendapati sosok kesayangannya.
“Lepas, Kak” Theresia melirih, tanpa disadari Laut memeluknya dengan sangat erat.
“Maaf...” Laut membuka suaranya, ia menatap gadisnya dengan sendu.“Kak, katanya pergi?” Theresia dan suara lirihnya, Laut tidak pernah tahan.
“Aku bantuin kamu beresin barang, ya?”Theresia menatapnya dengan tatapan yang Laut tidak bisa jelaskan, lalu gadis itu mengangguk ragu.
“Ayo, re?” Laut menuntun tangan gadis yang sedari tadi mematung.
•••
Laut mengamati gadis itu mengambil skincare dan makeupnya untuk dimasukkan ke dalam totebag, setelahnya lelaki itu akan menerima totebag yang sudah penuh.
Laut mendapati sebuah lip palette yang dulu Theresia inginkan hingga lelaki itu merelakan dirinya yang tengah sibuk di negara lain mencari Lip Palette itu.
"Ini memang belum expired, Re?” Laut akhirnya membuka suaranya“Belum kak...kayaknya? Enggak ada yang berubah sih, jadi kayaknya masih enggak apa-apa” Laut rasanya ingin membuang produk itu dan membelikan Theresia yang baru.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Apartment We Won't Share
Fanfiction"Laut, menjadi tempatku berhenti" Inspired by Niki's song, Apartment We Won't Share. copycat please stay away! ©atheanana