11. It Wasn't Your Car

25 8 1
                                    

Theresia hari ini menepati janjinya untuk pergi bersama Yafi ke museum, gadis itu bersenandung riang sembari menggunakan makeupnya.

Now I see that black jeep, parked on my street and it's messing with my head yeahh” Theresia menyanyikan tiap-tiap lirik lagu His Car Isn't Your milik Wendy, menghayatinya seperti tidak ada hari lain.

Theresia mengerjap tatkala menyadari apa yang ia nyanyikan, gadis itu segera berlari ke balkon setelah dirinya menggunakan lipstick.

Mobil sedan hitam, benar-benar terparkir apik. Theresia menghela napasnya, setidaknya itu memang bukan Jeep hitam milik Laut.
Gadis itu melambaikan tangannya saat Yafi turun dari mobilnya, tentunya disambut oleh lelaki itu.

Theresia segera mengambil tasnya dan turun untuk menemui lelaki itu, sejenak kepala gadis itu justru dibayang-bayangi oleh lagu yang baru saja ia dengar.

•••

Alright! jangan lupa sabuk pengamannya” Yafi berkata seraya memasangkan sabuk pengaman kepada Theresia, gadis itu mengerjap.

“Kamu udah makan, Rum?” Yafi bertanya saat mobilnya sudah keluar dari komplek, Theresia menggeleng, gadis itu terlalu fokus untuk menyiapkan dirinya hingga lupa untuk memakan sarapannya.

“Makan dulu yuk? aku juga belum makan” Yafi mengajak gadis itu sembari menolehkan kepalanya ke arah Theresia, karena sedari tadi, entah mengapa gadis itu tidak mengeluarkan suara.

“Arum?” Theresia tersentak, “Ah iya! ayo” gadis itu merutuki kepalanya yang membuatnya terdiam sedari tadi.
“Apa yang lagi kamu pikirin?” Yafi bertanya dengan suaranya yang lembut

“Enggak ada sih, cuman tiba-tiba zoning out aja hehe. Kita mau makan dimana?” gadis itu segera mengalihkan topik pembicaraannya, Yafi terkekeh gemas.
My favorite restaurant! nanti kamu tau”

•••

Restoran pasta. Theresia terdiam melihat papan namanya, itu adalah tempat yang selalu ia kunjungi bersama Laut.

“Ayo, Rum?” ajak Yafi, lelaki itu menarik tangan Theresia lembut, mengajaknya untuk duduk di salah satu kursi kosong dan memesan makanannya.

“Kamu udah pernah kesini?” Yafi bertanya untuk mencairkan Theresia, gadis itu sedari tadi diam dan sedikit murung(?) entahlah, Yafi mendapati aura seperti itu dari gadisnya.

Theresia menggeleng cepat, “enggak pernah”
Kenapa harus berbohong, Nona?
Yafi tersenyum, membiarkan gadis itu terdiam lagi.

Lelaki berambut hitam legam itu membawa matanya memindai tiap-tiap sudut restoran, hingga lelaki itu menangkap satu objek yang ia bahkan bingung kenapa bisa ia melihatnya.

Seorang Laut Althair Sandya, lelaki itu terduduk di salah satu kursi sendirian, terlihat sangat murung dan hanya memainkan garpunya tanpa melahap pasta yang ia miliki. Yafi bertanya-tanya, mengingat Theresia tadi berkata belum pernah kesini, itu seperti tidak mungkin.

Yafi tidak berani mengatakan bahwa dirinya melihat Laut kepada Theresia, ia takut membuat Theresia menjadi semakin murung.

•••

Theresia dan Yafi menyelesaikan sarapan... ah, mungkin Brunch? mengingat ini sudah hampir jam 12
Mereka berjalan beriringan, tidak lupa tangan Yafi yang menggenggam tangan dingin milik gadis itu.

Seseorang menatap mereka lamat-lamat, bahkan matanya harus memicing dengan keras dari sudut restoran, beberapa kali ia mengerjapkan matanya, takut kalau penglihatannya salah.

“There... sama siapa?” Lelaki itu membuka suaranya pelan, sembari memastikan siapa sosok lelaki yang menggenggam tangan gadisnya.

“Yafi Giandra Rafael? isn't that him?” ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat sekarang, hatinya sedikit sesak seperti tenggelam karena air pasang di Laut. Lelaki itu, Laut, semakin tidak napsu makan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Apartment We Won't ShareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang