4. Collapse

33 8 3
                                    

Terhitung beberapa minggu setelah kejadian itu, semua berjalan seperti tidak ada apa-apa, menurut Theresia, tapi, pemuda bersurai lebat satunya langsung menentang.

Bagaimana bisa ini "seperti tidak ada apa-apa" sementara menurutnya, perempuan miliknya itu sangat amat berubah? tidak ada lagi kopi di pagi hari, pelukan sebelum tidur hingga kekehan hangat saat ia terbangun lebih lambat dari biasanya.

“Re? Sayang?” seperti kali ini, Laut memanggil perempuannya berkali-kali, namun masih belum ada jawaban.
Laut beranjak dari sofa untuk melihat ke dalam kamar, perempuannya itu memasang earphone sambil membaca buku mengenai rasi bintang.

Laut mendekatinya dan mencabut satu earphone perempuannya, “Enggak denger ya daritadi aku panggil?” Theresia terkejut, lalu menggaruk rambutnya canggung.

“Maaf yaa, Lautt” sahut Theresia, Laut hanya bisa tersenyum lalu mengusak rambut perempuannya itu.
“Kenapa sih?” Laut akan membuka sesi bercerita bersama Theresia ketika ia memulai semuanya dengan pertanyaan.

“Apanya yang kenapa?” Laut mendudukan diri saat gadisnya itu menjawab, “Ada yang salah ya?” Laut bertanya dengan halus.

“Enggak” jawaban singkatnya, Theresia kembali memfokuskan dirinya kepada bukunya lagi membuat Laut jengah dan menarik buku gadis itu, tidak peduli bila gadisnya memekik kesal.

Theresia, i know that everything was my fault but can you please don't act like this?” Laut menggenggam tangan gadis itu, “emang aku kayak gimana? bukannya biasanya gini? I already forgive u, Lautelak gadis itu

Laut mengacak rambutnya dengan frustasi, lelaki itu rasanya ingin bersujud kepada gadisnya itu tanpa gadisnya ketahui ah tapi persetan, disaat genting seperti ini, handphonenya justru berdering.

Theresia mengintip ke layar handphone Laut dan mendapati nama Rinjani disana, “Tuh, angkat” singut gadis itu.
Laut menurutinya dan segera mengaktifkan loudspeaker agar gadisnya itu bisa dengar, karena Laut yakin Rinjani akan membahas pekerjaan saja... mungkin?

KAKAK LAUUTTT!!! hah, akhirnya diangkaatt! aku khawatir banget, kakak kenapa-kenapa! Maafin aku ya kak soal kemarin waktu aku marah ke kakak

Laut mematung namun segera sadar dan hendak mematikan sambungan teleponnya itu, tapi, Theresia menarik handphonenya dan mengisyaratkan lelakinya untuk diam.

Kak? lagi sama Theresia itu ya?? maaf kalau ganggu, tapi, kak... kamu kapan main ke apartment aku??’ Theresia lemas, sungguh, ini lebih dari mencari penyakit dengan menahan panggilan itu.

Laut merebut paksa handphonenya dan langsung mematikan panggilannya, pemuda itu memeluk gadisnya erat.
Laut bisa merasakan gadisnya terisak serta tubuhnya gemetar, Laut berulang kali mengucapkan maaf.

“Aku pikir seenggaknya saat aku tau kalian dekat itu ya dekat sebagai coworker... sahabat mungkin...? tapi sampai main ke apartmentnya... Laut?” Theresia mengeluarkan suaranya meskipun sedikit terbata dilengkapi dengan tangisannya yang tidak berhenti, gadis itu sesak bukan main.

“Jawab, Laut... Kak Laut... Jawab” Theresia mulai memukul dada bidang lelaki itu, ah sial, rasa sesak dan emosinya benar-benar mendominasi.

“Kita berapa tahun sih kak? kita udah tunangan kak... aku selama ini diem bukan berarti aku enggak tau, aku sedih, sedih banget” Theresia kembali membuka suaranya.

“Am i not enough for you? i really try my best, Laut. after all the thing we did... why you must be the one who hurting me? i have nothing but you, you always know that” Persetan, semuanya akan Theresia keluarkan.

“Aku minta maaf, Re...” Theresia yang mendengarnya langsung melepas cincin yang melingkar dijarinya, Kak Sandya, im done” setelahnya ia memberikan cincinnya kepada lelaki itu

Laut masih tidak bergeming, panggilan gadisnya itu bahkan berubah menjadi panggilan pertama kali mereka bertemu.

Tidak, tidak bisa begitu saja, Laut mencintai gadis itu, sangat amat.
“Enggak, Re! I can fix everything, please, give me one more chance” Laut memohon, menahan lengan gadis itu yang hendak bangun

“Kamu tau kan? aku enggak punya siapa-siapa, aku bahkan enggak punya orang untuk bersandar padahal aku benci sendirian, aku benci kesepian, aku enggak bisa, Kak Sandya!”

Iya, Laut tau sekali soal gadis itu, Laut tau tapi justru menyakitinya.

You know what? i know everything you did with her”
Laut masih membisu, rasanya ini terlalu cepat.

Theresia menepis tangan lelaki itu lalu bergegas pergi, Laut mengejarnya sembari memanggil namanya, ia berteriak-teriak

“RE, AKU MOHON RE... AKU MOHON, RE... RE, STAY HERE!”

•••


“THERESIA!”







Si gadis yang memiliki nama itu menoleh, melihat lelakinya meracau diatas sofa, menatapnya dengan heran. “Kak Laut, bangun!” ucap gadis itu, tidak lupa kakinya menendang punggung lelaki itu pelan.

Lelakinya tidak kunjung bangun, justru ia melihat air mata lelaki itu menetes, jelas, Theresia harus panik dan memukul pipi lelakinya itu.
“KAKAAAAAKKKK” teriaknya dramatis.

Laut tergelonjak, ia bangun dengan napas memburu dan saat netranya menatap gadisnya ada di sampingnya, ia segera memeluknya.
Theresia heran dengan lelaki itu.

“Aku minta maaf, Re” Lelaki itu berulang kali mengucapkan kalimat maaf, seperti habis menyelingkuhinya, pikir Theresia.

“Bangun, makanya jangan tidur kelamaan!” ketus gadis itu
“Maksud kamu? loh? kok enggak pergi?” Lelaki itu mengguncang badan Theresia seakan gadis itu adalah kertas, membolak-balikkannya yang membuat pemilik tubuh itu menampar lelaki itu

“Goblok! mimpi apa sih? sakit, Laut!” ketus gadis itu lagi, “ini, jadi aku mimpi?”

Gadisnya mengangguk lalu melepaskan pelukan lelaki itu dan berjalan menuju kamar mandi.

Laut menghela napasnya kasar, ia mengacak rambutnya, apa yang terjadi? ia lega tapi tidak, dia masih merasa memiliki ribuan beban di kepalanya.

•••

Laut mungkin sudah bangun dari mimpi, tapi Theresia sedari tadi berada dikenyataannya.
Ponsel Laut yang bergetar terus menerus saat lelaki itu tertidur membuatnya penasaran, notifikasi pesan rupanya, Theresia berpikir bahwa itu adalah groupchat lelakinya tapi tidak, ia melihat profil seorang gadis.

Kak Laut, besok lunch jadi bareng?'
'Besok aku bawain bekal lagi ya! jadi kita gak usah makan diluar'

2 pesan, 1000 pikiran Theresia serta 1 juta air mata yang sedang Theresia tumpahkan di kamar mandi saat ini.

To Be Continued

wkwkwk maaf

ganyambung bgt bjir

The Apartment We Won't ShareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang