2. Sedikit kisah?

364 66 7
                                    

Sesampai Gio dirumah dia langsung saja menuju kamarnya untuk berganti pakaian dan berniat untuk beristirahat sebentar sebelum nanti sore dia ada rencana main futsal dengan teman kelasnya yang lain.

Saat matanya mulai terpejam dia dikagetkan dengan suara notifikasi dari ponselnya, tapi dia mengabaikan hal itu. Dia lebih memilih tidur sejenak agar tenaganya kembali sebelum nanti sore.

Gio yang sedang asik tidur terusik dengan tangan yang menyentuh pipinya, tangan itu teramat kecil dan Gio tau siapa yang sedang mengusiknya itu. Tanpa membuka matanya, Gio mencoba mencari bocah kesayangannya itu dan setelah menemukannya langsung saja dia peluk sang adik.

Gio tak memperdulikan sang adik yang terus saja memukuli wajahnya. Tapi karena terlalu gemas dengan adiknya dia paksakan membuka matanya."Kok ganggu abang sih dek?" ucapnya sambil terus mengusili adiknya itu."Bentar, kamu sama siapa masuk ke kamar abang?" Gio tak sadar kalau sedari tadi Bundanya sudah berdiri di depannya dengan tatapan yang sangat membunuh itu.

"Hehehe Bunda, kok bunda cepet banget pulangnya?" tanyanya basa basi, dia sudah tau Bundanya itu akan bersiap memarahinya."Maaf bun, tadi itu gara-gara Daniel sumpah. Vano udah bilang sama dia buat diem, tapi gak dia dengar" jelas Gio sebelum Melody mengomelinya.

"Lain kali, kalau upacara jangan banyak tingkah. Bunda diomongin guru lain gara-gara kamu tau gak" Ujarnya, dia ingin sekali marah tapi sepertinya ini bukan sepenuhnya kesalahan Gio, Toh dia tau Gio tak akan membuat masalah, di sekolah maupun diluar sekolah Gio adalah anak yang tak banyak ulah. Dia selalu menghindari keributan, tak merokok, bahkan dia keluar malam pun cuman di malam tertentu saja atau setidaknya dia akan keluar malam kalau teman-temannya mengajaknya berkumpul bareng itupun tak pernah lebih dari jam 11 malam.

"Siap bunda, kan bukan salah Vano juga. Memang si kudaniel itu tuh ngeselin" ujar Gio, dia masih sibuk menjahili adeknya yang sekarang ada di pangkuannya itu."Oh iya bun, nanti sore Vano keluar ya. Biasa main futsal!" lanjutnya.

Melody pun mendekat dan mengambil Lily dari pangkuan Gio "Ya udah makan siang sana, terus temenin bunda belanja sebentar. Abis itu baru kamu boleh pergi" Ujarnya, lalu pergi keluar menuju kamarnya.

**

Gio yang sekarang sedang menunggu Melody di ruang tengah sambil bermain bersama Lily. Namun, atensinya teralihkan oleh datang seorang pria yang sangat dia kenal, orang yang selalu mengajarkan beladiri dari kecil, dan jelas dia juga yang selalu mendukung Gio selama ini. Yah siapa lagi kalau bukan Ayahnya Toni Laksana.

Toni berjalan mendekat ke arah mereka berdua dan berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka, hal pertama yang dia lakukan tak lain adalah mencium Putri bungsunya itu, Gio pun menyalami ayahnya, ini sudah jadi rutinitas mereka sedari dulu.

"Bang, mau kemana kamu?" saat dia baru sadar jika Gio memakai pakaian yang cukup rapi tapi santai itu.

"Nemenin bunda, katanya sih mau belanja" jelas Gio.

Lily yang sedari tadi duduk dipangkuan Gio asyik dengan mainannya itu pun bergerak turun dan merangkak ke arah ayahnya. "Dedek mau apa hemm?" ujar Toni, Lily hanya merentangkan tangan nya saat sudah didepan Toni. "Mau gendong ya?" Toni menggendong Lily, dia yang sebenarnya lelah itu pun seketika saja jadi segar kembali. Memang benar kata orang seberat dan selelah apapun dirimu, rumah lah tempat mu menghilangkan penat.

Melody yang baru saja keluar dari kamarnya itu pun menyalami suaminya. "Dedek, ikut bunda aja ya. Biar ayah bisa istirahat, oke?" seakan tau apa yang Melody maksud, Lily merentangkan tangannya dan di sambut oleh Melody. "Keluar bentar ya mas, beli kebutuhan kamar mandi. Udah mau abis soalnya, mas ada yang mau dititipin gak?" Tanyanya Melody.

"Bakso atau sate madura aja Bun. Tadi pengen beli, tapi lupa hehehe" jawabnya.

Melody mengangguk dan mengajak anaknya untuk pergi sekarang juga, dia juga memikirkan Gio yang akan main bersama temannya nanti sore. Dia tau kalau Gio tak akan pernah marah padanya tapi dia juga berusaha mengerti akan semua kebutuhan Gio, asal tak meminta hal aneh dia akan menuruti kemau Gio.

Melody yang notabenenya adalah seorang guru dimana tempat Gio bersekolah sekarang dan Toni adalah kepala sekolah SMP Gio dulu, yah walau waktu Gio sekolah ayahnya itu belum menjabat sih. Mereka cuman keluarga sederhana, yang memiliki rumah dengan tiga kamar, dapur, ruang tamu dan satu kamar mandi itu bisa dibilang bahagia. Meski tak tinggal di rumah mewah Gio tetap bersyukur dengan semua ini. Dia sudah cukup dengan motor Vixion nya, hadiah ulang tahunnya yang ke-15. Dia sebenarnya tak terlalu ingin tapi ayahnya pernah bilang, "Ini hadiah dari ayah dan bunda, kamu gak usah merasa gak enak. Lagian kalau mau sekolah pakai motor matic kayaknya gak cocok deh".

***

Gio yang sedari tadi menggendong Lily diluar warung pun dikagetkan dengan kedatangan seseorang, dia pun seketika dibuat keringat dingin saat orang itu mendekat ke arah mereka.

"Halo adik kecil, namanya siapa ya?" ujarnya sambil memainkan tangan Lily yang menggenggam jarinya. "Gii, ini adek kamu ya?" Tanyanya pada Gio sambil menepuk pundaknya.

Gio langsung tersadar dari lamunannya. "Ya, dia adik aku. Namanya Hillary, panggil aja Lily" Jelas Gio."Oh iya sama siapa kamu kesini shan?"

Shani yang masih fokus pada Lily pun mendongakan wajahnya dan melihat ke arah Gio. "Itu sama Mami" Shani menunjuk kearah Veranda.

Gio yang kenal maminya Shani, karena dia pernah bertemu waktu di SD dulu. Shani saja mungkin tak ingat Gio karena dia pindah ke sekolah lain, sampai-sampai waktu pertama kali mereka bertemu lagi dua tahun lalu Shani pun harus berkenalan ulang dengan Gio.

"Kamu mau gendong?" tawar Gio pada Shani, Shani langsung saja mengembangkan senyumnya setelah mendengar ucapan Gio. Gio pun memberikan Lily pada Shani, setelahnya dia berjalan kearah Ve yang sedang mencari barang yang dia inginkan di toko itu.

"Tante..!" Panggil Gio pada Ve, Ve pun menoleh ke arah Gio. Gio sepertinya menangkap raut wajah Ve yang seperti kebingungan itu. "Giovanno tante, teman Shani waktu SD yang sering main kerumah tante itu loh" Gio menjelaskan.

Seketika senyumnya mengembang, dia langsung memeluk Gio saat itu juga "Mami kangen banget sama calon mantu mami ini loohhh" ujarnya, Ve memang sedari dulu ingin Shani dan Gio jadi pasangan, walau menjodohkan anak SD itu terlalu konyol, tapi dia sangat ingin anaknya dan Gio berjodoh nantinya.

Gio tersenyum mendengar penuturan Ve, dia hanya bisa mengutuk dirinya sendiri karena sampai sekarang dia masih tak bisa menyampaikan isi hatinya pada Shani, dan mungkin bisa mengabulkan permintaan Ve ini.

Tak lama dari itu, Melody keluar memanggil Gio untuk membantunya membawa belanjaannya. Gio berpamitan pada Ve dan setelah itu Melody menghampiri Ve sekedar menyapa teman lamanya itu. Melody cukup sering ketemu dengan Ve, tapi Gio yang ini kali pertama dia bertemu dengan Ve lagi.

Setelah semua Gio menyusun belanjaan tadi di bagasi mobil, dia pun memanggil Bundanya dan tak lupa dia berpamitan dengan Ve dan juga Shani.Lalu dia menggendong Lily, karena yang menyetir mobil bukan dirinya melainkan Melody. Dia tak diizinkan ayahnya menyetir mobil karena masih terlalu beresiko buat Gio yang masih umur 15 tahun ini.

***

Semoga enjoy baca nya.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang