Bel istirahat berbunyi, menandakan pembelajaran harus dihentikan dulu dan semua murid mulai keluar kelas. Ada murid yang langsung berbondong-bondong menuju kantin, ada juga murid yang memilih tetap di kelas atau nongkrong di selasar kelas, taman, pinggir lapangan, dan juga rombongan murid yang lebih tertarik untuk langsung main bola atau main basket daripada makan siang.
Shani sendiri masih berada di kelas, dia merapikan buku-bukunya dulu lalu kemudian menatap Sisca dan Feni yang sudah lebih dulu siap dan menunggu di depan kelas sambil mengobrol dengan beberapa teman kelas mereka yang lain.
"Shan, udah belum?" Tanya Sisca sedikit berteriak membuat Shani spontan berdiri menghampiri Sisca dan Feni.
"Yuk!" Ujar Shani langsung ditarik dan digandeng oleh Feni dan Sisca. Shani sudah biasa dengan tingkah kedua temannya yang terkadang terlalu menempel padanya, tapi untuk beberapa kasus kedua temannya melakukan itu demi menarik Shani menghindar dari kehadiran Gracio yang datang ke kelas untuk menghampiri Anin.
Shani memilih tidak menatap ke arah Gracio, beda dengan Feni dan Sisca memasang muka sinis dan sengaja membuat kontak mata dengan Gracio, kemudian mereka juga yang memalingkan wajahnya menunjukkan rasa enggan berinteraksi dengan Gracio.
Shani menggelengkan kepalanya, tapi dia tidak melarang teman-temannya untuk berhenti melakukan itu. Memang cukup mengganggu jika ada pertemuan atau rapat OSIS, tapi dia sendiri tak bisa mengendalikan kedua temannya yang malah lebih kesal dari dirinya sendiri.
Mereka bertiga melanjutkan jalan mereka tanpa peduli dengan Gracio atau Anin, sepanjang perjalanan mereka bercanda atau sesekali menggoda Sisca yang baru saja punya pacar.
Terlihat suasana kantin yang ramai sudah terasa sejak pintu masuk, Shani dan teman-temannya yang sudah bersekolah hampir tiga tahun lamanya tentu saja sudah biasa, karena itu mereka tetap asik bercanda. Ketika mereka hendak masuk, tiba-tiba Shani merasakan keberadaan seseorang di belakangnya. Ia menoleh dan mendapati Gio berjalan ke arahnya, tanpa sadar Shani tersenyum dan bersiap untuk menyapa Gio.
Namun, alih-alih berhenti atau membalas senyumannya, Gio hanya melewatinya begitu saja. Shani baru sadar saat dia menemukan Gio, pandangan Gio sama sekali tak melihat ke arahnya. Shani terdiam sesaat, senyuman di wajahnya perlahan memudar, berganti dengan ekspresi bingung dan kecewa.
Matanya mengikuti langkah Gio yang ternyata menuju ke arah lain, Shani menyadari tujuan Gio adalah Dey yang sedang terduduk di salah satu bangku kantin bersama teman-temannya yang lain. Dia melihat Gio menghampiri dan menyapa Dey dengan senyuman hangat yang sama sekali tak Shani dapatkan tadi.
Melihat diamnya Shani dan raut wajah temannya yang berubah, membuat Feni mengerutkan wajahnya. "Kamu gapapa, Shan?" Tanya Feni sambil menepuk lengan Shani pelan.
Shani dengan cepat menoleh ke arah Feni, dia tersenyum tipis dan menggeleng. Walaupun dadanya sedikit terasa sesak, dia tak mau Feni atau temannya yang lain mengetahui apa yang baru saja terjadi padanya. "Gapapa kok. Yuk, cari tempat duduk!" Ajak Shani sedikit mendorong Feni untuk fokus mencari tempat duduk, Shani baru menyadari jika Sisca sudah tidak bersama dengannya, entah sejak kapan.
Namun, tak lama Sisca kembali terlihat sambil melambaikan tangannya ke arah Shani dan Feni. "Oh iya itu mereka, Jinan udah cariin tempat buat kita" Ujar Feni sambil menarik lengan Shani.
Shani hanya pasrah dan ikut saja kemana Feni membawanya, tapi lama-lama wajah Shani semakin datar saat menyadari tempat duduk yang Jinan pilih tak jauh dari meja Gio dan Dey berada. Sialnya lagi tempat dimana dia akan duduk langsung berhadapan dengan pemandangan Gio yang sedang berhadap-hadapan dengan Dey.
Senyuman hangat yang masih ada di wajah Gio, tatapan yang tak Shani mengerti apa maksudnya, ditambah Gio menopang dagunya sendiri menandakan seorang Gio sangat antusias dengan Dey. Sikap Gio membuat Shani berpikir apa yang pria itu inginkan, setelah kemarin-kemarin dia cukup dekat dan semakin yakin jika dalam waktu dekat dirinya dan Gio akan segera bersama, sekarang semuanya kembali membingungkan untuknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Rasa [TAMAT]
Short StoryBagaimana rasanya mencintai dalam diam? Mungkin satu-satunya yang bisa menjawab pertanyaan itu adalah Gio. Dia dengan segala pertimbangan di kepalanya memilih memendam rasa pada sang kakak kelas saat dia masih SMP. Rasa yang dia kira akan pudar saat...