3. Pertikaian?

389 65 9
                                    

Kembali ke rutinitas sehari-hari, Gio saat ini berjalan di lorong sekolah menuju kelasnya. Beberapa menit lalu dia sampai di sekolah menggunakan motornya. Walaupun dia datang dengan motor, tapi di belakang ada mobil sang ayah mengikutinya ke sekolah untuk mengantar sang Bunda yang seorang guru di sekolah Gio.

Saat di parkiran tadi dia sempat diajak ngobrol dan pamitan dengan sang ayah, sampai sekarang dia berjalan di lorong, selalu menjadi pusat perhatian orang-orang. Walau dia bersekolah disini masih terhitung beberapa hari, sepertinya Gio mulai terbiasa dengan tatapan-tatapan orang kepada nya. Faktor dia anak dari salah guru di sekolah ditambah ayah-nya kepala sekolah di sekolah lain membuat dirinya terkenal dikalangan siswa dan guru-guru.

Gio cukup terbebani karena dia harus lebih hati-hati dalam bertindak, harus menjaga sikapnya, dan sebagainya agar tidak membuat nama orang tuanya buruk di mata orang lain. Kejadian kemarin contohnya, walaupun dia tidak sengaja kedepannya dia paham resikonya jika terseret sebuah masalah serius.

Gio yang sudah sampai di kelasnya langsung saja mencari Daniel, dia sedikit heran kemana manusia laknat itu. Biasanya Daniel yang selalu datang lebih dulu darinya karena memang rumahnya tak jauh dari sekolah, Gio memilih bodo amat tentang itu sekarang dia sedang merebahkan kepalanya di meja dengan kepala ditutupinya dengan buku.

Tak lama kemudian, ada seorang perempuan yang membuka tutup kepalanya, dan itu membuatnya harus mendongak ke arah si pelaku, Gio tersenyum kearah orang itu "Kenapa dey?" tanyanya pada orang itu. Selain Daniel, Dey juga termasuk teman SMP Gio.

Dey membalas senyum Gio "Gak, aku pikir kamu tidur jadi niat mau bangunin doang sih. Soalnya udah mau masuk!" setelah itu Dey pun pergi kembali ke bangkunya.

Gio yang melihat tingkah Dey itu pun hanya menggelengkan kepala, dia tahu Dey orangnya usil, tapi juga perhatian. Dia sebenarnya memiliki perasaan pada Dey, tapi dia tak pernah berani mengungkapkan. Selain takut ditolak, dia juga tak mau menyakiti hati temannya itu. Karena dia masih belum selesai dengan seorang Shani.

Setelah bel masuk berbunyi, semua siswa masuk ke kelas masing-masing. Daniel, datang dengan girangnya. Gio pun tak memperdulikan itu, toh saat istirahat pelajaran nanti Daniel akan menceritakan sendiri tentang apa yang membuatnya senyum tak jelas seperti sekarang ini.

*

Seperti biasanya, saat jam istirahat mereka akan pergi ke kantin sekolah. Namun kali ini suasananya sedikit berbeda karena bangku yang biasa di isi 5 cowok dan 5 cewek tiba-tiba saja jadi 4 cowok dan 4 cewek.

Ollav yang sedari tadi menatap tak suka ke arah pasang sejoli itu pun muak melihatnya, apalagi saat seorang Zean yang memiliki images sok keren minta disuapi oleh Marsha, rasanya dia ingin muntah saat ini juga. "Gw jadi males makan njirr!" kesalnya.

Aldo sedari tadi menatap lekat kearah Zean dan Marsha, dia selama ini berpikiran kalau Zean hanya sekedar menggoda Masha dan tak memiliki perasaan apa pun. Disamping Aldo ada Gio yang sepertinya peka dengan keadaannya, lantas Gio memanggil Aldo mencoba menarik perhatian Aldo dari pasangan Zean dan Marsha. "Al" panggilnya sambil menepuk bahu Aldo. "Udah, cari yang lain aja. Kan masih ada Ashel noh!" ucap Gio sambil menunjuk ke arah meja di samping mereka.

"Ck, lu mah gitu Gi. Gw tu suka sama Marsha udah lama, malahan sebelum masuk SMA gw udah suka sama dia. Malah si Zean nikung gw, pengen gw gebuk rasanya!" setelah berucap Aldo berniat menghampir Zean, tapi Gio bertindak cepat dengan menahannya tetap di tempat.

"Udah, masa cuman gara-gara cewek. Kalian berdua berantem, sesama saudara itu gak boleh berantem Al!" nasehatnya, Gio ini memang orang yang paling bisa kalau menasehati orang lain, tapi dia tak bisa mempraktekan nasehat dia itu ke diri sendiri.

Jejak RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang