Chapter 3

13 0 0
                                    

Sebelum bertemu dengan Juliet, aku hanya berprasangka bahwa nama ataupun dunia yang aku tinggali sekarang ini hanya mirip dengan [swordmaster fantasy.] Sejarah, benua, budaya dan negara bahkan 5 akademi terbaik. Semua itu hanyalah prasangka ku untuk lari dari kenyataan tentang siapa diriku yang sekarang.

Aron Grandville. Dia adalah seorang yang tidak berguna dan karakter paling cabul di party. Saat pertengahan cerita, kita diberi dua opsi. Yaitu membuangnya atau tetap memasukkan nya kedalam party.

Dan 5% pemain selalu membuangnya dari party. Dia tidak memiliki pemahaman yang mendalam tentang sihir, tetapi dia tetap memaksakan diri untuk menggunakan sihir.

Dalam suatu percakapan, sang protagonis pernah meminta Aron untuk memakai pedang. Namun, Aron menolak dengan mentah mentah dengan amarah yang terlihat dalam ekspresinya.

Kebanyakan pemain berpikir bahwa Aron adalah penakut untuk berada di lini depan. Namun, saat update berikutnya para pemain dikejutkan dengan dirinya yang nekat menerobos segerombolan kobold untuk menyelamatkan NPC yang terluka saat dungeon break' terjadi. Dan tentu saja, dia hampir mati karena kurangnya pemahaman terhadap magic.

Ada aturan tidak jelas dalam game ini. Dalam beberapa event jika salah seorang dalam party mati, maka game akan berakhir. Dan event itu juga termasuk dalam kategori tersebut. Oleh sebab itu para pemain lebih memilih membuang Aron dari party dijuluki sebagai 'si tidak berguna yang gila.'

Tapi, terdapat konsekuensi dalam hal itu. Dimana saat cerita berlangsung setelah 2 tahun membuang dirinya dari party, Aron menjadi mid boss yang sangat menyusahkan para pemain.

Selain berkontrak dengan demon tingkat tinggi, pemahaman nya terhadap magic sudah mendalam, kekuatan fisiknya pun telah melebihi sang protagonis saat menggunakan [black flame sword] meski level protagonis sudah lebih tinggi dari Aron.

Termasuk diriku, aku telah mengalami game over lebih dari 20 kali saat melawan bajingan ini. Bukan hanya aku, tetapi semua orang yang memilih opsi ini pun berakhir demikian. itu sebabnya pada saat arc ini berlangsung, setiap orang yang memilih opsi ini mengkritik habis-habisan pihak developer. Dan developer tidak menanggapi hal ini sama sekali. Itu sebabnya kebanyakan pemain yang memilih opsi ini menyerah dan meng-uninstall game ini.

Namun, jika para pemain berhasil mengalahkannya, kami akan disuguhi beberapa hadiah menggiurkan seperti bangkit nya skill baru protagonis, pedang yang terbuat dari tanduk demon Aron, darah Aron yang bisa dijadikan elixir berkualitas tinggi, hingga mana core Aron yang melimpah.

Sebelum mati, Aron meminta sang protagonis untuk membalaskan dendamnya. Namun naasnya, sebelum dia bisa menceritakannya Aron pun telah mati. Dan sampai game berakhir, para pemain tidak mengetahui hal ini. Dan ini adalah plot hole, sebuah plot hole yang membuat para pemain hanya bisa menggaruk kepala.

Dan jika dia diberi kesempatan untuk tetap berada di party, dia akan mati karena tertusuk oleh Dullahan. Dan sebelum mati terkontaminasi oleh racun yang berada di pedang Dullahan. Aron pun mengatakan hal yang sama dan mati tanpa menjelaskan apapun.

Dari kedua pilihan ini aku selalu berfikir keras. Apa yang harus kulakukan? Lari? Atau mengikuti alur cerita? Karena meski tidak berguna, Aron adalah penyokong ide untuk pembentukan party. Dan dalam beberapa scene pun dia mengajari beberapa teknik pedang pada protagonis.

Tunggu, Kenapa dia lebih memahami pedang dibandingkan dengan magic? Bahkan pemahaman nya itu melebihi Triona!?

Triona Hansen adalah orang yang memiliki pemahaman pedang terhebat diantara party. Dan jika itu menyangkut pedang dia akan menduduki tahta tertinggi di akademi.

Apakah Aron seorang spesialis pedang? Jika benar, apa yang membuat orang bodoh ini memegang tongkat sihir hingga akhir?

Sudahlah, memikirkan sesuatu yang samar seperti itu hanya akan membuat kepalaku sakit.

Menjadi Karakter BuanganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang