03:Di balik payung

8 7 0
                                    

---
Cuaca masih mendung saat Caca memasuki sekolah keesokan harinya. Dia membawa payung hitam yang sudah menjadi bagian dari rutinitasnya, dan setiap kali menatap payung itu, ingatannya kembali pada Ardi. Caca memutuskan untuk mencari kesempatan berbicara dengan Ardi hari ini, terutama setelah mendengar cerita dari Nisa.

Setelah jam pelajaran pertama berlalu, Caca melihat Ardi duduk sendirian di bangku taman sekolah. Dia tampak tenggelam dalam pikirannya, seperti biasa. Dengan tekad bulat, Caca mengumpulkan keberanian dan mendekati Ardi.

"Ardi, bolehkah aku duduk di sini?" tanya Caca dengan nada lembut.

Ardi menoleh dan terlihat terkejut, namun dia mengangguk pelan. "Silakan, Caca."

Caca duduk di sampingnya, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Aku cuma mau ngomong sebentar. Ini tentang payung yang kemarin."

Ardi menatap Caca dengan tatapan bingung. "Oh, itu. Terima kasih sudah mengembalikannya."

"Sebetulnya, aku ingin mengembalikannya langsung ke kamu, dan aku juga mau tanya-tanya. Kenapa kamu tiba-tiba meminjamkan payung itu kemarin?" Caca mulai dengan pertanyaan yang paling sederhana.

Ardi menghela napas, tampak berpikir sejenak. "Sejujurnya, aku cuma merasa kamu butuh bantuan saat itu. Aku nggak pernah terlalu suka melihat orang kesulitan."

Caca tersenyum kecil, merasa lega karena jawaban Ardi tidak terlalu membingungkan. "Aku juga nggak suka membuat masalah. Aku cuma penasaran, kenapa kamu jarang terlihat di sekolah akhir-akhir ini?"

Ardi terlihat sedikit canggung, lalu menunduk. "Aku... tidak tahu. Aku lebih suka sendirian. Lagipula, aku belum terlalu dekat dengan orang di sini."

Kata-kata Ardi membuat Caca merasa ada sesuatu yang lebih dari sekedar ketidaknyamanan biasa. "Tapi, aku dengar dari Nisa, kalau kamu punya masalah pribadi. Aku tidak mau mencampuri, tapi aku bisa bantu jika kamu mau bercerita."

Ardi menatap Caca dengan tatapan tajam, seolah mencoba menilai niatnya. Setelah beberapa saat, dia akhirnya berkata dengan suara rendah, "Kadang-kadang, ada hal-hal yang lebih baik disimpan sendiri."

Caca merasa sedikit kecewa, tetapi dia tidak ingin memaksa. "Aku mengerti. Kalau kamu butuh teman atau sesuatu, aku ada di sini. Sekadar untuk ngobrol atau apa pun."

Ardi mengangguk perlahan, tampak sedikit terharu. "Terima kasih, Caca. Aku akan ingat itu."

Setelah percakapan singkat itu, Caca kembali ke kelas dengan perasaan campur aduk. Meskipun dia belum mendapatkan jawaban yang jelas, dia merasa bahwa dia telah melakukan langkah yang benar dengan mendekati Ardi. Dia tahu bahwa Ardi menyimpan sesuatu, tapi dia juga merasa bahwa Ardi tidak sepenuhnya menutup diri padanya.

Hari-hari berlalu dan cuaca semakin berubah. Hujan yang awalnya lebat kini mulai mereda, digantikan oleh awan-awan gelap yang sesekali menyibak sinar matahari. Caca semakin sering bertemu Ardi di sekolah, dan mereka mulai berbincang lebih sering, meskipun masih dengan topik yang ringan.

Suatu sore, saat hujan kembali turun dengan lembut, Caca melihat Ardi duduk di sudut taman sekolah sambil membaca buku. Tanpa ragu, dia mendekati Ardi dengan payung hitam di tangannya.

"Hey, Ardi. Hujan lagi," ucap Caca sambil tersenyum.

Ardi menoleh dan tersenyum kecil, tampak lebih santai dari sebelumnya. "Iya, hujan lagi. Terima kasih sudah datang."

Caca duduk di sampingnya, membuka payung dan membiarkan mereka berlindung di bawahnya. "Aku hanya ingin memastikan bahwa kamu tidak sendirian di sini. Bagaimana bukunya?"

Ardi menunjukkan sampul buku yang sedang dibacanya. "Ini tentang cerita orang-orang yang menghadapi kesulitan dan bagaimana mereka menghadapinya."

Caca melihat sekilas dan tersenyum. "Kedengarannya menarik. Terkadang, cerita seperti itu bisa menginspirasi kita untuk menghadapi tantangan kita sendiri."

Ardi mengangguk setuju. "Ya, aku pikir begitu juga. Terima kasih sudah ada di sini."

Saat mereka duduk di bawah payung yang sama, hujan turun dengan lembut, mengisi udara dengan aroma segar. Caca merasa ada perubahan kecil, tapi berarti, dalam hubungan mereka. Mungkin, satu hari nanti, Ardi akan merasa cukup nyaman untuk membuka dirinya lebih jauh. Tapi untuk sekarang, dia merasa bersyukur bisa menjadi bagian dari hari-hari Ardi yang penuh hujan ini.

---

Itulah Bab 3 dari **"Kisah Cinta Caca di Musim Hujan"**

Kisah cinta Caca Di musim hujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang