3

77 8 3
                                    

Happy Reading~

Untuk mencairkan suasana yang tak mengenakan, Joshua akhirnya mulai bicara.

"Hyung, dia tamu disini. Jadi suruh dia untuk duduk terlebih dahulu"

Seungcheol setuju mendengarnya "Baiklah, ayo silahkan pangeran duduk di singgasana mu" Seungcheol berucap tapi terdengar seperti sedang mengejek Mingyu.

Mingyu malah senang mendengarnya.

"Tidak perlu sampai seperti itu, anggap saja kalau aku sama seperti dirimu. Jangan membeda-bedakan status di antara kita"

Mingyu langsung melangkah pergi dari hadapan Seungcheol dan berjalan menuju sofa.

"Ternyata ini tidak terlalu buruk, lembut dan nyaman"

Seungcheol jadi ingin menghajar Mingyu sekarang.

"Hyung, aku akan pergi ke kamar untuk membersihkan diri, jika dia berbuat ulah di usir pun tidak apa-apa" Setelah mengatakan itu Wonwoo dengan segera melangkah pergi dari hadapan mereka bertiga.





Sudah cukup lama mereka bertiga hanya diam dan sibuk dengan pikiran masing-masing.

Joshua bosan jika hanya duduk saja seperti ini, akhirnya ia memutuskan untuk menyalakan televisi.

Mingyu terkejut, ia dengan cepat segera memukul benda tipis itu.

"Astaga, apa yang kau lakukan!" Panik Seungcheol.

Mingyu masih terus memukul dan dan menendang televisi tersebut, Joshua sudah menahannya tapi sepertinya tenaganya kalah jauh.

Seungcheol membantu Joshua memegangi Mingyu agar Mingyu bisa tenang kembali "Kau benar-benar tidak waras!" Gertak Seungcheol.

Mingyu langsung menatap keduanya tajam "Banyak orang yang terjebak di dalam benda itu" Ucap Mingyu sembari menunjuk ke arah layar televisi.

"Itu hanya benda mati, dan mereka tidak terjebak, mereka adalah seorang aktris dan pekerjaan mereka memang seperti itu" Jelas Joshua.

Mingyu sudah tidak memberontak lagi seperti tadi "Maaf, aku sungguh tidak tau" Sesal Mingyu.

Seungcheol menatap sedih televisi yang sudah rusak di lantai "Uangku tidak akan habis hanya untuk membeli 100 televisi baru"

Wonwoo mulai menuruni anak tangga dengan handuk yang menempel di bahunya "Apa apartemen kita baru saja kerampokan?" Tanyanya.

"Lebih buruk dari itu" Jawab Seungcheol.

Wonwoo hanya acuh mendengarnya, ia sudah bisa menebak jika itu adalah ulah dari orang yang ia bawa kesini.

Wonwoo mulai mendudukan dirinya di samping sang Kakak "Hyung aku lapar" Astaga, Joshua sampai lupa jika adiknya belum makan hari ini.

Joshua adalah orang yang selalu menyiapkan segala kebutuhan Wonwoo, entah itu seragam sekolah, sarapan, tugas sekolah, buku pelajaran, bahkan hal sekecil apapun tentang adiknya Joshua lah orang pertama yang harus tau.

"Hyung buatkan nasi goreng saja yah? Mau tidak?" Wonwoo berbinar-binar mendengarnya.

"Mau! nasi goreng buatan Hyung kan selalu enak" Joshua hanya tersenyum menanggapinya dan bergegas pergi menuju dapur agar bisa membuatkan makanan untuk sang adik.

Lalu bagaimana dengan keadaan Mingyu sekarang?

Tentu saja Mingyu hanya duduk berdiam diri sembari menatap sendu kearah mereka, terselip rasa iri di dalam lumbuk hatinya.

Wajar saja jika Mingyu bersikap seperti itu, sendari kecil ia selalu merasa kesepian karena tidak memiliki satu saudara pun.

Jika biasanya seorang Raja memiliki banyak permaisuri serta selir untuk memperbanyak keturunan maka sangat berbeda dengan Raja Pradipta, beliau hanya memiliki Mingyu sebagai anaknya.

Mingyu sudah beberapa kali membujuk Ayahnya agar memberikan adik kecil untuknya, tapi sang Ayah tidak pernah mengabulkan keinginannya itu.






Flashback

Mingyu kecil berlari-lari di taman belakang Istana, tapi karna ia terlalu bersemangat sampai tidak sempat untuk memperhatikan langkah kakinya dan berakhir ia jatuh tersungkur ke tanah.

Lututnya berdarah, Mingyu menangis karena terkejut.

Seorang wanita parah bayah yang di tugaskan untuk mengawasi serta menjaga Mingyu pun menjadi panik tak karuan, ia takut jika akan dihukum oleh Sang Raja "Pangeran, apa anda baik-baik saja?"

Mingyu tak menjawab ia hanya terus menangis dan menambah panik si pelayan.

"Ada apa ini" Si pelayan terkejut karena mendengar suara yang sangat tidak asing baginya. Dan benar saja, Raja Pradipta sedang berjalan kearah putranya dengan menatap tajam dirinya.

Si pelayan membungkukkan badannya berkali-kali sembari mengucapkan beribu-ribu kata maaf.

"Maafkan hamba yang mulia, tadi pangeran Mingyu sedang bermain dan berlari-lari disini tapi pangeran malah terjatuh karna tersandung batu kerikil" Jelas si pelayan.

Raja Pradipta menghela nafas pelan "Jika kau lalai seperti ini lagi, maka aku tidak akan segan-segan untuk menghukum mu, sekarang pergilah" Titah sang Raja, dan si pelayan pun segera pergi dari hadapan Raja Pradipta.

Raja Pradipta segera menghampiri putranya yang masih menangis sembari terduduk di tanah, ia mulai mengendong sang putra dan membawanya masuk kedalam Istana.

"Seorang pangeran tidak akan menangis hanya karna terluka kecil seperti ini"

Mingyu mendongak dan menatap mata sang Ayah "Ta- tapi aku kan masih kecil hiks" Raja Pradipta gemas dan mencubit pelan hidung bangir sang anak.

"Jika putra Ayah ini berhenti menangis, maka Ayah akan mengabulkan satu permintaanmu"

Mingyu dengan segera menghentikan tangisannya dan menghapus sisa air mata yang ada di pipinya "Benarcah?" Raja Pradipta mengangguk.

"Aku ingin seorang adik yang lucu, agar bisa menemaniku bermain" Raja Pradipta sedikit terkejut dengan permintaan sang anak.

"Ayah tidak bisa langsung mengabulkannya sekarang, bagaimana jika sekarang kita pergi ke kebun anggur hijau di dekat sungai yang sangat Mingyu sukai itu" Bujuk sang Ayah, dan akhirnya Mingyu setuju dengan tawaran Ayahnya.

TBC...

Time Travel [Mingyu+Svt]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang