02 • Dewi Kegelapan

30 10 11
                                    

Manik indahnya beredar, mengabsen setiap inci bangunan yang pertama kali ia pijaki. Mansion yang penuh dengan lukisan, terletak di pinggiran kota, daerah bagian selatan sungai Han. Pukul sembilan malam berjalan, Liera telah sampai di sana. Bukan tanpa alasan ia bisa berada di sana, sang pemilik rumahlah yang mengundang langsung kehadirannya.

Liera menghela napas sambil memejamkan mata. Terlalu lelah untuk berdebar, tapi Liera tetap masih menginginkan apa yang belum ia miliki. Puncak dari yang paling tinggi. Tak menyangka kini ia berada di mansion Tuan Muda Vantkoo. Mansion megah yang terdapat lukisan di mana-mana. Sepanjang lorong ia pijaki dengan anggun pun teramat pelan.

Liera memperhatikannya. Satu per satu ia amati dengan saksama. Liera merasakan ada sesuatu yang mengganjal. Aneh. Mengapa ia merasa sesuatu itu teramat sangat mengganggunya. Liera merasakan apa yang terlihat di lukisan tersebut, seakan ia ditarik masuk ke dalamnya. Liera berpikir jika setiap lukisan itu memiliki sebuah arti tersendiri. Lukisan pertama yang mempertemukan dua insan. Entah mengapa, lukisan itu seolah ingin menggambarkan pertemuan penuh kasih, lalu disusul lukisan kedua yang memperlihatkan sepasang kekasih dengan adanya cinta membara.

Liera terhanyut. Menikmati karya romantis yang erotis pun berakhir tragis. Ironis ketika Liera melihat lukisan-lukisan penuh cinta namun di detik-detik lukisan berakhir. Liera merasakan sakit yang meremas habis hatinya.

Sayapnya patah.

Sangat miris. Bagaimana sosok wanita iblis yang membunuh dirinya sendiri setelah ia membunuh kekasih hati. Wanita iblis itu tak hanya melukai Sang Malaikat, namun juga mengakhiri segalanya. Separuh hatinya tengah menangis sekarat. Lukisan itu seolah menggambarkan jika mereka berdua telah selesai. Sama-sama sakit, maka hanya bisa menyerah pada takdir.

Liquid itu hampir saja terjatuh tatkala panggilan seseorang membuyarkan lamunannya. Ia menoleh. Terkejut. Terlebih ketika sosok yang sejak tadi menyelimuti ilusinya, kini berdiri tepat dihadapannya.

"Nona Mashmell, sepertinya kau suka sekali merenungkan banyak hal. Ilusi macam apa yang selalu menghantui kinerja otakmu itu, huh!?" terka Leo yang kini tengah melipat kedua tangannya sembari bersandar di dinding. Seolah menandakan jika sudah cukup lama dirinya berdiri memandangi wanita itu.

Liera mulai mengatur ekpresi wajahnya. Memandang dengan senyum manis terpatri di sana. "Tidak, Tuan. Aku hanya kagum dengan seniman yang berhasil menghasilkan sebuah karya lukis luar biasa ini," ungkapnya sembari berjalan mengikuti sang pemilik kediaman yang menuntunnya untuk bisa berbincang lebih santai. Tentu bisa dikatakan begitu ketika Liera mendapati sebuah mini bar yang menjadi tempat tujuan mereka. "Aku juga ingin bertemu dengan orang hebat seperti itu, siapa tahu dia bisa memasukkanku ke dalam karyanya juga."

Terhenti. Tuangan wine ke dalam gelas yang Leo tuangkan sempat terhenti. Detik berikutnya ia menyunggingkan senyum di sudut bibir. "Kau sudah bertemu dengannya," ujarnya sembari memberikan segelas wine pada wanita yang telah duduk di sisi luar meja bartender tersebut.

Liera terkejut pun bingung dengan pernyataan itu. Semakin menggila ketika pria itu tak memberinya penjelasan lebih, seolah apa yang ada di pikiran Liera saat ini, itulah jawabannya. "Maaf, aku tak akan bertanya lebih. Sekali lagi, maafkan atas kecerobohan yang kubuat."

"Kenapa?" sanggah Leo yang kembali mengejutkannya. "Kenapa kau mudah sekali mundur? Bukankah kau itu wanita ambisius? Egois? Dan tak memikirkan apa pendapat orang lain?" Tercengang. Liera tak dapat berkutik, terlebih kalimat yang selanjutnya Leo lontarkan. "Rumor itu, apa aku salah?"

Liera kembali membuat senyuman seperti bulan sabit yang selalu memancarkan keindahannya. "Aku ke sini hanya untuk mendapatkan kabar baik, Tuan Muda Vantkoo Yang Terhormat. Aku sama sekali tak tertarik untuk berdebat denganmu, apalagi hanya karena hal sepele semacam ini?

Jika memang kedatanganku mengganggu waktumu, harusnya kau mengundangku dengan memberikan waktu yang jelas agar aku bisa datang tanpa harus meributkan hal semacam ini."

Leo menyunggingkan senyum miring. Disusul dengan helaan napas beratnya. "Aku hanya merasa senang ketika seseorang yang kusukai menyukai karya seniku, apa itu salah?" Ungkapan itu membekukan seluruh dunianya. Memaku dengan denyut yang terasa pedih. Angin kembali berkobar dalam ingatannya. Kembali dengan hantaman keras. Semuanya menjadi berantakan ketika ucapan itu keluar dari mulut pria yang sama persis dengan pria yang dulu pernah ia hancurkan.

Luka, tirai, lalu kembali pada takdir yang Moon Goddess berikan.

Untuk apa menghindar? Mari terjun dalam rasa sakit itu bersama.

Kalimat yang tak pernah Liera lupakan di saat itu. Menjadikannya tak kenal akan rasa takut sampai banyaknya rumor terbentuk dan menghakimi. Penghakiman publik yang tak pernah Liera bantah. Sedikitpun ia tak mempermasalahkannya, sebab semua sifat maupun sikap itu memanglah terlahir pada dirinya.

Entah kebahagiaan atau rasa pedih sekalipun, ia akan tetap berdiri pada egonya. Gigih dalam apa yang telah menjadi tujuannya. Wanita itu akan menghalalkan segala cara agar dirinya bisa naik lebih tinggi. Apapun akan ia lakukan sekalipun menjadi Dewi Kegelapan. Sekalipun ia harus menukar jiwanya dengan iblis.

Jika seandainya aku melarikan diri saat itu, apakah aku akan bertemu dengan pria ini?

Mansion ini mulai terasa bagai neraka. Tatapan kosong saling terarah satu sama lain. Hampir menuju menit kelima di saat keduanya memilih untuk bungkam. Ruang hampa yang menjadi semakin dingin. Di tempat yang tak seharusnya wanita itu datangi, mini bar di kediaman pribadi Tuan Muda Vantkoo.

Evelie Ra Mashmell, tersenyum setelah guncangan menerpa diri dan seisinya. "Apakah kau ingin segelas anggur ini? Kelihatannya tidak buruk, bukan?" Manik cantiknya tak luput sedikitpun dari sosok pria dihadapannya. Tengah menganggap ruang ini seolah miliknya juga. Sejujurnya, ucapannya ini hanyalah pengalihan sesaat.

Leovant Koo Evanisto, sosok yang senantiasa menjadi wadah atas kekejaman wanita jelmaan neraka itu. Dari awal kedatangannya, sedikitpun tak luput dari pandangan. "Sepertinya masih ada ruang kosong untuk masuk ke tenggorokanmu," timpalnya tak kalah congkak pun angkuh dengan senyuman yang terbilang cukup ramah di sudut bibir tebalnya. Senyum menawan terlihat begitu singkat namun berhasil masuk ke dalam manik indahnya. Sangat tidak asing untuk masuk dalam pikiran Liera. Melihatnya saja, seolah Leo berhasil mencabik hatinya dengan katana.

Tidak, mungkinkah ....

Liera terdiam telak. Awalnya ia mengira itu tak bermasalah selama ia meyakini bahwa sosok keduanya berbeda. Namun kini Liera meragu, terlebih lagi dengan ucapan Leo setelahnya.

"Sepertinya kau punya cukup waktu untuk melarikan diri, rupanya."

Manik indah itu membola sempurna. Hatinya kacau. Orion-nya bergerak gusar. Gejolak dalam hatinya meringis sakit. Kami benar-benar telah bertemu kembali?

"Apa kau ingin bermain api juga?"

Liera kini yakin, Moon Goddess telah kembali memainkan takdirnya. Karena kami memiliki hubungan buruk yang tidak bisa kami hindari.

"Atau mungkin, air terjunku?"

Sampai kapanpun.

Sekejap Leo dibuat bungkam. Wanita itu tertawa cukup keras. Wanita iblis yang menyadari satu-satunya kelemahan yang ia miliki, kini telah siap untuk kembali menghajarnya. Semua benar. Liera kini yakin sepenuhnya. Ia memanglah reinkarnasi dari Evelie dikehidupan penuh luka itu. Kisah pedih sang Dewi kegelapan dengan Malaikatnya—Evanisto. Semua terjawab sudah, Evanisto kembali dengan wujud yang sama.

Sekali lagi, takdir benar-benar mempermainkannya. Mempermainkan cinta antara Iblis dan Malaikat. Cinta yang tidak akan pernah bisa disatukan sampai kapan pun. Mustahilah yang akan dengan senang hati menyelimuti keduanya.

Maka kini Liera tersenyum dengan manisnya. Matanya pun ikut menyipit. "Aku benar-benar tak menyangka, ini bisa terjadi. Haruskah aku menjawab pertanyaan itu?" pungkasnya cukup tenang seolah hidup bukanlah apa-apa lagi baginya. "Bukankah sudah jelas? Aku ini api, dan kaulah air terjun itu, Evan."

𝐒𝐎𝐕𝐄𝐋𝐘-𝐆𝐋𝐎𝐖 𝜗𝜚˚⋆ ©nadhealeer_

Lilith • Leo Xodiac ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang