"Kenapa kamu selalu muncul dengan tiba-tiba seperti itu?" Dengan rasa heran Dohoon bertanya pada manusia kucingnya yang tiba-tiba muncul di balik buffetnya itu.
"Aku hanya mengikuti naluriku," Shinyu menjawab sambil menatap tajam ke arah Dohoon, matanya berbinar penuh keyakinan. "Lagipula, aku tidak bisa sembarangan berubah menjadi manusia saat ada orang lain."
Dohoon terperanjat saat Shinyu tiba-tiba duduk di pangkuannya dan memeluknya dengan erat. Pertemuan tubuh mereka memberikan rasa hangat yang nyaman untuk masing-masing.
"S-Shinyu? A-Apa yang kamu lakukan?" tanya Dohoon dengan suara gemetar, matanya memandang ke arah wajah cantik Shinyu yang berada di depannya.
Tanpa sepatah kata, Shinyu mendekatkan wajahnya ke arah Dohoon dan mengecup bibir tuannya dengan lembut. Dohoon terdiam, matanya terbelalak menatap manusia kucing yang baru saja menciumnya. Ekspresi campuran antara kaget dan gemas terpancar jelas dari wajahnya.
Shinyu, dengan senyum lebar yang masih terpampang di wajahnya, mengangkat satu alis dengan isyarat nakal. "Aku hanya ingin menunjukkan betapa aku mencintaimu, tuan." Ucapnya dengan suara lembut, sambil merenggangkan pelukannya dari Dohoon.
Dohoon terdiam sejenak, masih terkejut oleh tindakan Shinyu. Namun, setelah beberapa detik, dia tak bisa menahan tawa gemas. "Kamu, kucing yang cerdik!" serunya sambil meraih wajah Shinyu dan memberikan ciuman balasan yang lembut. Mereka berdua tergelak dalam kehangatan momen itu, merasakan ikatan yang semakin kuat di antara mereka.
Suara denting bel rumahnya berbunyi, memaksa ciuman mereka untuk terhenti secara tiba-tiba. Mereka berdua menoleh ke arah pintu dengan ekspresi terkejut, lalu saling bertatap dalam diam. Shinyu, yang lebih cepat memahami situasi, bangkit dari pangkuan Dohoon dan memberi jalan kepadanya untuk keluar.
"Hai, Dohoon! Bagaimana kabarmu?" sapa Hanjin saat memasuki rumah seperti biasanya.
Dohoon menghela napas ringan, ekspresinya sedikit malas. "Ada apa?" tanyanya dengan suara yang agak datar.
"Sebaiknya kita masuk saja dulu," usul Hanjin sambil menggandeng tangan Dohoon, membimbingnya menuju ruang tengah. "Kita bisa membahas di sini, pasti lebih nyaman."
"Meowww!" Shinyu, sang kucing, menggeram rendah ketika Hanjin memasuki ruangan.
"Haha, sepertinya Shinyu masih belum menyukaiku ya," komentar Hanjin dengan nada canda.
"Itu karena insting kucing yang kuat. Dia tahu kamu menyebalkan," Dohoon menjawab dengan jujur.
"Duh! Kalian berdua memang jujur," ujar Hanjin sambil tertawa.
"Lalu?" tanya Dohoon, menunggu kelanjutan pembicaraan mereka.
"Aku ingin mengucapkan selamat atas suksesnya novel terbarumu!" Hanjin bersorak seorang diri dengan tepuk tangan di ruangan yang hening itu, "Aha, hening sekali. Hei, Dohoon! Senanglah sedikit, novelmu kembali sukses dan sangat laris kamu tahu?"
"Tentu, aku tahu,"
"Kalau begitu ide cerita seperti apa yang akan kamu buat untuk cerita terbarumu nanti?" Kini Hanjin bertanya dengan serius, ia dalam mode kerjanya.
"Secepat itu untuk membuat cerita baru?"
"Tidak usah terburu-buru. Aku hanya ingin berdiskusi denganmu. Dan supaya aku bisa sedikit tahu gambaran tentang cerita barumu nanti,"
"Aku masih belum memikirkan apapun untuk cerita baru nanti,"
Hanjin mengangguk paham, "Baiklah, tidak usah terburu-buru. Gunakan waktumu dengan baik," ujar Hanjin pengertian
"Aku akan segera memikirkannya," ungkapnya dengan tekad.
"Ngomong-ngomong..." Hanjin memutuskan ucapannya untuk mengumpulkan kata-katanya dengan hati-hati, "Apa hubungamu dengan Jihoon di acara tanda tangan kemarin?" Tanyanya langsung menyelipkan pertanyaan yang membuat Dohoon sedikit terkejut.
Dohoon mengernyitkan dahinya, bingung mengapa pertanyaan tiba-tiba melenceng dari konteks.
Hanjin merasa agak kikuk ketika Dohoon menatapnya dengan ekspresi bingung seperti itu. Mungkin ada kesalahpahaman.
"Oh! Maksudku... Aku hanya penasaran karena kamu mengatakan bahwa kamu tidak memiliki teman selain anak bernama Kyungmin kemarin," Hanjin menjelaskan sebelum situasi menjadi semakin rumit.
"Itu benar," jawab Dohoon singkat.
"Tapi kamu dan Jihoon terlihat sangat akrab kemarin. Di mana kamu bertemu dengannya?" Tanya Hanjin, mencoba menggali lebih dalam.
"Dia adalah pemilik petshop di dekat sini. Dia beberapa kali membantuku dengan masalah Shinyu ketika saya pertama kali memeliharanya," Dohoon menjelaskan dengan singkat.
Hanjin hanya mengangguk, mencerna penjelasan dari penulis muda itu. Namun, di dalam hatinya, ia merenung, "Tetapi tatapan Jihoon terlihat seperti... Dia mungkin memiliki perasaan khusus terhadap Dohoon."
"Hanjin? Hanjin!" Dohoon memanggil editornya yang sedang melamun itu.
"Eoh? A-Ada apa?"
"Kamu melamun? Diskusi kita sudah selesai bukan?" Dohoon berdiri dari duduknya, "Sebaiknya kamu pulang sekarang—"
BRUKK!
Tiba-tiba yang lebih tinggi terhimpit ke ujung ruangan oleh pemuda yang lebih pendek darinya. Mengikis jarak di antara mereka membuat wajah mereka saling berdekatan.
"Hanjin? Apa yang kamu lakukan?" Dohoon menaikkan satu alisnya menatap Hanjin tanpa curiga, tapi merasa aneh.
"Dohoon.. A-Aku.." masih dalam posisinya Hanjin menatap lekat wajah tampan di hadapannya. Wajah yang sudah sangat ia idamkan sejak masa-masa sekolahnya dulu. Kini akhirnya ia bisa benar-benar menatap wajah impiannya itu dengan sangat dekat.
"Bisakah aku menciumnya? Aku tidak bisa menahannya lagi!" pikir Hanjin.
To Be Continued...
- 15.08.2024 -
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] Learn To Meow 学猫叫 😺 | Doshin ♡
FanficKim Dohoon pemuda yang berprofesi sebagai seorang penulis novel misteri yang tiba-tiba menemukan kucing di makam orang tuanya dan memutuskan untuk membawanya pulang ke rumah sebagai referensi untuk karya novel misteri barunya. Dohoon tidak tahu bah...