06

452 49 0
                                    

Suara rintik hujan yang membasahi genteng rumah milik penulis muda itu membuat suasana hatinya tenang saat melakukan pekerjaannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara rintik hujan yang membasahi genteng rumah milik penulis muda itu membuat suasana hatinya tenang saat melakukan pekerjaannya. Suasana yang menjadi tenang membuat Dohoon bisa fokus melakukan pekerjaannya.

"Tintanya habis." Monolog Dohoon saat hasil cetaknya tidak sempurna. Pemuda itu berdecak kala persediaan tintanya juga habis. Ia melihat keluar jendela dan hujan masih juga mengguyur lumayan lebat. Tidak mungkin ia keluar hanya untuk membeli tinta, beli lewat online juga akan memakan waktu lebih lama.

"Meow~" Shinyu si kucing yang tadinya tertidur di rak samping meja kerja Dohoon kini terbangun dari tidurnya lalu turun berjalan keluar ruangan kerja pemiliknya. Dohoon memandang ekor Shinyu yang menghilang di balik pintu tanpa memikirkan apapun sampai saat ia mengingat kalau di ruangan orang tuanya masih ada persediaan tinta milik mendiang Ayahnya.

"Shinyu?"

"Meow."

Dohoon bertemu Shinyu yang sedang terduduk di depan pintu ruangan orang tuanya seolah-olah kalau si kucing itu yang memberinya petunjuk tadi. Mengendikkan bahu mengabaikan pikiranan mustahilnya ia lalu memandang pintu ruangan itu.

"Sudah lama aku tidak masuk ke ruangan ini sejak saat itu." Gumamnya lalu ia membuka ruangan itu dan menyalakan lampu ruangan itu.

"Wah, Dohoonie. Apa pekerjaanmu sudah selesai?"

"Mau istirahat dulu?"

Sekelibat memori manis itu muncul. Biasanya Ayah dan Ibunya akan menyambutnya dengan senyum saat Dohoon memasuki ruangan itu namun kini hanya ada ruangan kosong yang dipenuhi dengan debu.

"Meoww~"

"Ah, Shinyu. Kamu jangan masuk kesini, ini bukan-"

BRAKK!

Shinyu mendadak melompat ke atas rak milik Ibunya dan menjatuhkan beberapa barang.

"Shinyu..."

"Meow?"

Dohoon hendak membereskan kembali kekacauan yang Shinyu buat sampai ia menemukan sebuah album foto kesayangan Ibunya. Dohoon kemudian membuka album foto berisikan seluruh memori manis yang Ibunya simpan dan abadikan dengan baik. Mulai dari saat Dohoon masih kecil hingga dirinya beranjak remaja dewasa.

Ibunya selalu mengabadikan momen dengan berfoto bersama saat mereka pergi tamasya bersama namun di beberapa halaman terakhir hanya ada Ayah dan Ibunya saja yang berfoto di tamasya itu. Dohoon sudah mulai enggan ikut pergi sejak ia memasuki bangku SMA.

"Andaikan saja..."

Matanya berkaca-kaca. Ingin sekali mengulang waktu dan mengikuti semua ajakan tamasya yang orang tuanya ajukan padanya. Namun hal itu sudah tidak mungkin terjadi.

"Andai saja waktu itu aku bisa menghentikan mereka. Padahal Ibu selalu mengajakku sampai saat terakhirnya tapi aku..."

Setetes air mata mendarat tepat melalui pipinya jatuh ke album foto yang ia lihat. Kepalnya terhuyung ke depan menangis diatas foto kedua orangtuanya sambil menyembunyikan wajahnya dengan lipatan tangannya. Tangisannya semakin terasa pilu karena Dohoon terus mengucapkan beribu kata maaf yang sebenarnya sudah terlambat untuk diungkapkan.

[✓] Learn To Meow 学猫叫 😺 | Doshin ♡Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang