07

74 22 0
                                    

Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja, akhirnya mobil itu pun sampai ke depan apartemen milik Kairi dan sang kakak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah menempuh perjalanan yang menghabiskan waktu sekitar 20 menit saja, akhirnya mobil itu pun sampai ke depan apartemen milik Kairi dan sang kakak.

Kairi yang merasa berhutang budi meminta Jemi dan Wilona untuk mampir sebentar, meskipun awalnya Jemi menolak namun karena paksaan dari Wilona mau tak mau dirinya ikut masuk ke dalam apartemen sederhana milik temannya itu.

“Wilona? Ada apa?” tanya Karin, dirinya terkejut melihat kedatangan sang adik dan juga temannya itu, termasuk pada pemuda asing dibelakang sang adik.

‘Kenapa malah menyapa orang lain, padahal kan aku adiknya!’ gumam Kairi dalam hati, dengan ekspresi wajah kesal Kairi menerobos masuk membiarkan sang kakak yang menjamu tamunya itu.

“Jadi kamu ini adiknya Wilona?” tanya Karina setelah mempersilahkan keduanya masuk.

Jemi mengangguk matanya tak henti melihat ke sekelilingnya, sedikit terkesima melihat apartemen sederhana yang terasa begitu hangat dan nyaman di waktu yang bersamaan.

Dirinya sampai mengabaikan kedua wanita yang kini asyik membicarakan pekerjaan mereka. Saat sedang asyik melirik kesana kemari tak sengaja dirinya melihat Kairi yang tengah berjalan ke arah dapur.

“Maaf memotong, boleh tunjukan dimana kamar mandinya?” tanya Jemi.

Karina mengangguk, menunjuk ke arah pintu yang letaknya berdekatan dengan arah dimana Kairi masuk tadi. Jemi yang mengerti kemudian mengangguk dan buru-buru beranjak dari tempatnya duduk.

“Kenapa?” tanya Jemi, jaraknya dengan Kairi bisa terbilang cukup jauh sekarang. Melihat Kairi yang hampir terjatuh Jemi buru-buru melesat berniat untuk membantu.

Tubuhnya hampir saja terjatuh jika Jemi tidak cepat menangkap Kairi. Kairi menatap heran ke arah Jemi, padahal jarak keduanya terbilang cukup jauh namun bagaimana bisa Jemi dengan cepat menolong dirinya yang hampir terjatuh barusan.

“Apa aku mengejutkanmu?” tanya Jemi yang kini masih betah memeluk tubuh Kairi.

Kairi mengangguk, masih mencerna apa yang barusan terjadi dan bagaimana bisa Jemi bergerak secepat angin untuk menangkap tubuhnya.

“Kenapa melamun?” tanya Jemi meskipun sebenarnya dia cukup mengerti atas keterdiaman Kairi. Dirinya kini sedang berusaha mencari jawaban yang mungkin bisa membuat Kairi percaya dengan ucapannya meskipun sepertinya jawaban tidak masuk di akal.

“Bagaimana bisa? Bagaimana caranya kamu bisa bergerak secepat itu padahal jarak kita tadi cukup jauh?” tanya Kairi dengan wajah heran.

“Kakak tidak lihat aku berlari barusan?” tanya Jemi sambil membantu Kairi untuk berdiri dengan benar.

Kairi menggelengkan kepalanya, seharusnya dia bisa mendengar dengan jelas langkah Jemian jika memang pemuda di hadapannya ini berlari, tapi barusan dirinya tak mendengar suara langkah Jemi sama sekali.

“Tapi kenapa bisa secepat itu? Lantainya pasti berbunyi jika kamu memang berlari.” masih dengan rasa penasaran yang tinggi, Kairi mencoba untuk bertanya lagi. Namun sepertinya Jemi juga tak kehabisan akal untuk menjawab semua pertanyaan Kairi dengan nada yang meyakinkan.

“Suruh siapa melamun, kau jadi tidak mendengarnya deh.” Merasa perbincangan ini tak ada habisnya Kairi menyerah, apa yang Jemi bilang memang benar, bahwa barusan dirinya baru saja melamun, mungkin karena itu dirinya jadi tidak begitu mendengar langkah kaki Jemi yang mendekat ke arahnya.

“Ya sudah, apa yang membawamu kemari?” tanya Kairi sambil kembali ke aktivitas awalnya yang ingin mengambil segelas air untuk dirinya minum.

“Tidak ada, hanya ingin pergi ke kamar mandi. Tapi aku lihat kakak melamun jadi aku mencoba untuk memastikan, apakah ada sesuatu yang terjadi?”

“Tidak, aku rasa semuanya baik-baik saja.” balas Kairi setelah meminum air dalam gelasnya.

Jemi mengangguk, kemudian berpamitan untuk segera pergi ke kamar mandi dan hanya di balas anggukan singkat oleh Kairi. Setelah kepergian Jemi, dirinya bawa tubuhnya yang sudah lelah itu untuk ikut bergabung bersama sang kakak.

Tak lama Jemi pun ikut bergabung dan kembali mendengarkan celotehan menyebalkan milik Wilona, sesekali dirinya menatap ke arah Kairi. Wajahnya terlihat tenang, dan begitu menikmati obrolan Wilona dan juga kakaknya yang tidak salah bernama Karina.

Setelah menghabiskan waktu untuk mengobrol dengan Karina, Wilona berpamitan dan mengajak Jemian untuk pulang. Awalnya Karina meminta keduanya untuk menginap karena malam sudah semakin larut.

Namun langsung ditolak mentah-mentah oleh Wilona karena tak ingin merepotkan dua manusia di hadapannya, dan dengan sangat terpaksa Karina membiarkan kedua saudara itu pulang.

Meskipun terbesit rasa khawatir yang begitu mendalam, namun dirinya juga tak mampu memaksa lebih banyak disaat rumahnya juga tak mungkin menampung lebih banyak orang.

“Hati-hati di jalan, jangan lupa kabari aku saat kalian sampai rumah.” ujar Karina sambil melambaikan tangan, setelah memastikan mobil itu pergi meninggalkan unit apartemennya, Karina buru-buru mengunci pintu dengan rapat seperti permintaan Wilona padanya setiap hari.

Setelah memastikan semuanya terkunci dengan aman, Karina beranjak kembali ke kamar tidurnya untuk beristirahat. Tak lupa memastikan jika Kairi sudah kembali ke dalam kamarnya dan memastikan jendela kamar sang adik telah terkunci rapat.

TBC

TBC

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bite me | ᴶᵃᵏᵉᴴᵒᵒⁿTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang