Happy reading cinta🤍
•
•
•
•
•Pagi yang indah bagi seluruh manusia, manik emasnya bersinar layaknya matahari diawan sana. Muhammad Gempa Riandi Antama, pemuda berusia 24 tahun yang bekerja sebagai budak korporat disebuah perusahaan ternama.
Seperti biasa, bungsu dari Antama bersaudara itu tampak bersiap dengan wajah yang dihiasi senyum cerahnya.
"Gempa, kamu udah selesai ya?" tanya seorang pemuda yang tampak lebih tua dengan manik merah ruby-nya.
Tangannya meraba sekitar dengan sebuah tongkat yang menjadi petunjuk arahnya, "Gempa?" panggilnya lagi.
"Iya kak, Gempa udah selesai kok. Kakak ngapain disini? Udah sarapan belum?" tanyanya pada sang kakak.
Muhammad Halilintar Gea Antama, si sulung Antama yang divonis buta permanen setelah kecelakaan hebat tiga tahun yang lalu bersama adik keduanya. Manik ruby itu tampak kosong, tangannya meraba udara kosong untuk mencari wajah sang adik, "Kami mau nunggu kamu, kita sarapan sama-sama ya?" ajaknya setelah berhasil menemukan wajah gembul sang adik.
Gempa tersenyum lebar, ia menuntun sang kakak untuk menuju ruang makan dengan tangan kanannya yang memegang tangan sang kakak, dan tangan kirinya yang memegang tas kantornya.
"Pagi kak Upan!" sapa Gempa dengan semangat.
Manik biru tua yang tampak cerah itu melirik sang adik dengan riang, ia memutar kursi rodanya untuk menatap penampilan sang adik, "Pagi adik kakak." balasnya tak kalah semangat.
"Kenapa kakak yang nyiapin ini? Biar aku aja, bahaya buat kakak tau." omel Gempa, tangannya segera mengambil piring yang berisi makanan dari sang kakak.
Muhammad Taufan Dean Antama, anak tengah dari Antama bersaudara itu divonis cacat dengan kedua kakinya yang diamputasi karena kecelakaan bersama sang kakak sulung yang membuat tulang dari kakinya hancur.
Gempa kembali meraih tangan si sulung dan mendudukkannya dikursi lalu mengambilkan nasi dan lauk untuk sang kakak, ia juga melakukan hal yang sama pada kakak keduanya baru setelahnya ia mengambilkan nasi dan lauk untuk dirinya sendiri.
"Hari ini kamu ada rapat bersama investor besar 'kan?" tanya Taufan untuk membuka pembicaraan dimeja makan itu.
Gempa mengangguk, "Iya, aku yang terpilih untuk menyampaikan presentasinya didepan para investor itu. Doain aku ya kak!" ucapnya lagi dengan senyum lebar.
Halilintar mengangguk dengan senyum tipis, "Pasti, Insyaallah kamu bakal selalu berhasil!" ucap si sulung yang terjeda sesaat, "Nanti sebelum maju ke depan jangan lupa doa dulu ya?" lanjutnya lagi.
"Siap kak!" ucapnya dan Gempa kembali melanjutkan sarapannya bersama tawa lebar sang kakak yang mengiringi dirinya pagi itu.
•
•
•
•
•"Dasar ga becus! Bodoh! Kamu ini idiot ya? Sudah saya bilang ini tender yang besar, kalau para investor menolak untuk menanam saham diperusahaan ini bagaimana? Kamu mau ganti rugi untuk semuanya, hah?" Amukan sang atasan terdengar memekakkan telinga Gempa yang menunduk dengan berbagai kertas berserakan didepannya.
"Maaf pak, tapi sebelumnya saya sudah menyiapkan dokumen yang benar, saya tidak tau bagaimana bisa dokumen itu berubah, pak." jawab Gempa pelan sembari mengambil semua kertas tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another life
FanfictionOneshoot elemental. Cus kesini cinta, hati-hati juga yaa? ada unsur angst disini hahaha