[S2] Chapter 12 ~ Kehidupan itu berharga

477 40 1
                                    

Nafas Aklesh sedikit terputus karena intens nya peraturangan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Nafas Aklesh sedikit terputus karena intens nya peraturangan ini. Hampir sebagian besar tubuh nya ditutupi darah troll, mata nya merah membara yang mengartikan aktif nya mata kaisar.

Satu kaki diatas kepala troll king yang sudah terputus dari badan menandakan kemenangan nya atas pertarungan yang dia anggap menyebalkan.

Aklesh menyugar rambut nya perlahan setelah melepaskan sarung tangan yang sudah dikotori darah troll dan darah nya berasal dari tangan nya yang lecet dan beberapa bagian sedikit melepuh.

Aklesh berjalan perlahan sambil menyarungkan pedang nya. Dia berkeliling kalau masih ada penduduk disana yang bersembunyi dalam rumah yang tidak hancur atau tempat yang tidak tercapai oleh para troll.

Hujan mulai menetes membasuh bumi yang dikotori darah dan arang dari rumah penduduk yang terbakar hingga menjadi abu, serta memandikan beberapa mayat yang kurang beruntung saat mereka mencoba melarikan diri.

Aklesh menghela nafas. Dia tidak bisa melakukan apapun kepada orang yang sudah tak bernyawa, dia bukan tuhan dan juga bukan manusia dengan satu jentikkan tangan bisa membuat keajaiban.

Bahkan semua kekuatan nya sekarang didapat dengan kerja keras. Sejenius apapun manusia, mereka tetap tidak bisa mengalahkan takdir tuhan.

Terkadang Aklesh berpikir diri nya terlalu sombong karena jalur hidup nya yang sekarang. Dan sadar, dia tetaplah manusia. Dia bukan kaisar naga terdahulu yang merupakan naga seutuh nya, dia hanya seperti penerus kekuatan sang kaisar naga.

Helaan nafas terdengar berulang kali dari bibir Aklesh. Apa dengan melihat beberapa orang yang tidak bisa dia selamatkan seperti ini, membuatnya pesimis secepat ini? Entahlah. Tapi yang jelas, Aklesh merasa diri nya masih lemah dalam batas yang entah sejak kapan dibuat oleh diri nya sendiri.

Yang sekarang Aklesh bisa lakukan adalah sedikit membantu para tim evakusi istana untuk mengevakusi mayat para korban.

Dan Aklesh berlutut didepan para mayat yang hanya bisa dia tutupi dengan daun yang cukup besar untuk menutupi mereka.

"Semoga kehidupan selanjutnya kalian mendapatkan kehidupan yang lebih baik" ucap Aklesh.

Wajah nya diangkat menghadap langit yang masih menitikkan air yang terasa seperti tusukkan jarum saking derasnya tangisan dari alam.

Sebelum cahaya yang menerobos tetesan hujan itu terlihat menyilaukan. Suara angin yang dihasilkan dari baling-baling dengan bahan keras itu terdengar nyaring ditelinganya.

Helikopter tim evakuasi tiba dengan teriakan salah satu tim yang Aklesh tebak adalah ketua tim itu.

Sentakkan angin terasa dikulit Aklesh yang mulai mendingin dan teriakan suara yang dia kenal terdengar nyaring ditelinga nya yang mulai berdenging.

"Aklesh" panggil Obsidian sambil berlari melihat tubuh limbung dari sang agung.

Obsidian adalah salah satu koordinator dibidang bencana, evakuasi dan medis. Jadi tentu saja dia ada disana.

Akleshi? No, I'm Aklesh {END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang