13

35.7K 954 57
                                    

Cassie merasakan pipinya ditepuk beberapa kali, suara berat yang sudah lama tidak ia dengar langsung masuk ke dalam pendengarannya. "Cassie! Cassie! Bangunlah." Perlahan-lahan, Cassie membuka matanya dan melihat wajah pria tampan yang tanpa disadari sudah sangat ia rindukan.

Cassie hanya terdiam, bingung dengan situasi yang dihadapinya. Leo tersenyum kecil sambil mengusap rambut pirang Cassie dengan lembut. "Aku mencoba meneleponmu tadi malam untuk memberitahumu bahwa aku akan pulang hari ini, tapi kau tidak menjawab. Sepertinya kau benar-benar kelelahan," ujarnya sambil terkekeh.

"Maafkan aku. Semalam aku sangat lelah hingga tertidur," bisik Cassie pelan, merasa takut kalau Leo akan marah.

"Tidak apa-apa," jawab Leo sambil tersenyum lembut. "Sekarang bersiaplah, kita harus mempersiapkan diri untuk pesta nanti malam."

Cassie mengernyitkan dahi, bingung dengan pesta yang dimaksud Leo. "Mandilah dulu, kita akan sarapan di luar," lanjut Leo sambil melirik jam tangannya. Waktu sudah beranjak siang, dan Leo tidak ingin membuang waktu menjelaskan lebih lanjut tentang pesta itu. Namun, Cassie masih terdiam, pikirannya berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi. Dia tidak menyangka akan bertemu Leo lagi secepat ini.

Melihat Cassie yang masih kebingungan, Leo mendekat dan dengan nada menggoda berkata, "Apakah kau ingin aku membantumu mandi?"

Ia mendekatkan wajahnya dan mencuri ciuman kecil dari bibir Cassie. Kaget, Cassie segera menggelengkan kepalanya. "Tidak, terima kasih," katanya dengan gugup sebelum berlari kecil menuju kamar mandi untuk bersiap-siap.

Di dalam kamar mandi, Cassie merasakan jantungnya masih berdebar kencang. Ciuman singkat dari Leo tidak hanya mengejutkannya, tetapi juga memicu perasaan yang membingungkan. Ia menatap cermin dan melihat wajahnya yang sedikit pucat. Cassie mencoba menenangkan pikirannya dengan menarik napas panjang dan membasuh wajahnya dengan air dingin.

Setelah mandi dan berpakaian, Cassie keluar dari kamar mandi dengan pikiran yang sedikit lebih jernih, tetapi masih dipenuhi tanda tanya. Leo, yang sudah rapi dengan pakaian elegan, menunggunya di kamar tidur. Tatapannya yang tajam namun penuh perhatian membuat Cassie semakin bingung akan perasaannya.

"Kau terlihat cantik," kata Leo sambil mengulurkan tangannya. Ketika tangan mereka bersentuhan, Cassie merasakan getaran kecil yang segera membuatnya mengalihkan pandangan, berusaha menekan emosi yang mulai muncul.

"Terima kasih," jawab Cassie pelan. Ia mengikuti Leo keluar dari kamar, menyusuri koridor panjang menuju pintu depan mansion.

Setibanya di mobil yang sudah menunggu, Cassie kembali merasakan debaran di jantungnya. Selama perjalanan menuju restoran, pikirannya dipenuhi oleh bayangan pesta yang disebutkan Leo. Pesta apa yang akan mereka hadiri? Apakah ada kemungkinan baginya untuk bertemu keluarganya dan meminta bantuan?

Begitu sampai di restoran yang elegan dengan lampu-lampu temaram, Leo memesan makanan tanpa banyak bicara, seakan sudah tahu apa yang disukai Cassie. Cassie hanya bisa menatapnya, mencoba memahami pria yang duduk di depannya.

"Setelah ini kita akan ke butik untuk mencari gaun," ucap Leo tiba-tiba, memecah keheningan di antara mereka.

Cassie terkejut dan mengerjap, tersadar dari lamunannya. "Pesta apa ini, Leo? Mengapa kau tidak memberitahuku sebelumnya?"

Leo tersenyum kecil, kali ini tatapannya lebih lembut. "Pesta pernikahan rekan kerja Miguel. Dia memintaku membawamu agar Ana memiliki teman di sana."

Cassie mengangguk pelan, merasakan sedikit harapan untuk dapat menjauh dari Leo.

"Jangan khawatir," lanjut Leo dengan suara yang tenang namun tegas. "Aku akan berada di sisimu sepanjang malam. Kau hanya perlu menjadi dirimu sendiri." Namun, Cassie merasakan Leo mungkin salah mengartikan sesuatu.

Setelah makan, mereka menuju sebuah butik mewah. "Aku ingin kau memilih gaun yang paling kau sukai untuk malam ini," kata Leo dengan senyum kecil.

Cassie mulai melihat-lihat gaun-gaun indah yang dipajang. Setiap kain yang disentuhnya terasa begitu halus. Setelah mencoba beberapa gaun, Cassie akhirnya memilih gaun biru malam yang membalut tubuhnya dengan elegan. Leo yang memperhatikannya dari dekat tampak puas dengan pilihannya. "Kau terlihat sempurna," ucapnya dengan nada tulus.

Cassie merasakan pipinya memerah, tetapi ia hanya mengangguk sebagai jawaban. Setelah Leo membayar gaun tersebut, mereka meninggalkan butik.

Leo kemudian menggandeng tangan Cassie dengan lembut, membawanya menuju salon yang tidak jauh dari sana. Cassie masih berusaha mencerna semua yang terjadi, pikirannya terus berputar mencari cara untuk dapat berkomunikasi dengan keluarganya saat pesta nanti. Ia harus menemukan celah, walaupun kecil.

Sesampainya di salon, seorang wanita dengan senyum ramah segera menyambut mereka. "Selamat siang, Tuan Bianchi. Apa yang bisa kami bantu?" tanyanya dengan sopan.

"Kekasihku perlu bersiap untuk pesta nanti malam. Tolong siapkan yang terbaik untuknya," jawab Leo tanpa ragu. Wanita itu mengangguk dan segera mempersilakan Cassie duduk di salah satu kursi mewah di depan cermin besar.

Cassie duduk dengan sedikit gelisah, sesekali melirik ke arah Leo yang berbicara dengan salah satu stylist. Penata rambut mulai menyisir rambut panjangnya dengan lembut, bertanya apakah ada gaya tertentu yang diinginkan. Cassie hanya menggeleng pelan, membiarkan stylist itu bekerja dengan kebebasan penuh.

Leo duduk di sofa di sisi lain ruangan, menatap Cassie dengan tatapan yang sulit diartikan. Tatapan itu hangat, namun juga mengandung sesuatu yang lebih dalam—sesuatu yang membuat Cassie tidak nyaman. Cassie mencoba untuk tetap tenang, mengabaikan Leo dan fokus pada proses yang sedang berlangsung.

Stylist mulai menata rambut Cassie, meluruskannya sebelum mengubahnya menjadi gelombang lembut yang terurai di bahunya. Gaya sederhana namun elegan yang dipilih tampak serasi dengan gaun biru malam yang sudah dipilih sebelumnya. Seorang makeup artist kemudian mengambil alih, memberikan sentuhan akhir yang membuat Cassie terlihat anggun dan mempesona.

Setelah selesai, Cassie hampir tidak mengenali dirinya sendiri saat melihat bayangannya di cermin. Wajahnya tampak bersinar dengan riasan yang sempurna, dan rambutnya yang indah melengkapi penampilannya.

Leo berdiri dan berjalan mendekatinya, menatapnya dengan puas. "Kau sangat cantik, Cassie," ucapnya dengan nada rendah namun tegas. "Pesta nanti akan berjalan dengan baik. Aku yakin kau akan menikmatinya."

Cassie hanya bisa tersenyum tipis, mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Setelah semua persiapan selesai, mereka meninggalkan salon dan kembali ke mobil. Perjalanan menuju tempat pesta terasa lebih singkat dari yang Cassie harapkan. Jantungnya kembali berdebar saat mereka mendekati gedung mewah tempat pesta diadakan.

Prigioniera (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang