Chapter 3: Recollect the promise.

9 1 0
                                    

Chapter 3: Recollect the promise.

"The promise will never end. It will continue until the red thread is tied together.''

__________

Beberapa hari setelah aksi nekatnya untuk mendatangi Marlo di Bandung, kini Sevda tengah menghabiskan waktunya merenung seorang diri. Sembari mencari inspirasi untuk rancangan disain musim yang akan datang karena ada beberapa perubahan. Ia iseng membuka hardisk eksternal yang kemarin ia temukan di lemari. Hardisk yang ia sendiri lupa berisi apa saja karena sudah lama tak pernah ia buka. Dari tahun yang tertera pada sampul hardiks tersebut, tertera tahun 2015. Berarti saat ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas.

Seketika ingtannya mengingat sesuatu saat ia menemukan secarik kertas di dalam sampul hardisk. Surat berwarna biru dengan tulisan rapi berpena hitam. Ia tersenyum dan kenangan di masa itu kembali hadir, kenangan yang membuat hatinya membuka hardisk tersebut dengan perasaan menggebu.

Kedua netranya di sambut hangat oleh empat folder yang begitu menghanyutkan. Folder tentang kenangan masa SMA, keluarga, cita-citanya dan Javin. Ia mengeryit bingung, kenapa ia membuat folder khusus atas nama Javin. Ia mencoba mengingatnya dan jari lentik itu menekan folder tersebut.

"Ini," tunjuk semua pada isi folder yang hanya berisi lima buah foto. Ia tersenyum, itu hanya sebuah foto dirinya dan karyanya. Foto yang di ambil saat berada di butik saat itu, dimana janji konyol yang ia ucapkan pada Javin.

"Ah, tidak seharusnya ini tersimpan seperti ini seakan gue harus menepati janji itu. Konyol sekali," gumamnya dengan nada rendah lalu menutup folder tersebut dan membuka folder kenangan ketika masa SMA dulu.

Ia mengernyit ketika menemukan sebuah foto, foto dirinya Javin, Keano dan Hilmi. Mereka dekat karena Javin dan di belakang mereka ada punggung Alto. Ia masih ingat kapan foto itu di ambil, yaitu saat sebelum acara perpisahan kakak kelas. Menurutnya foto itu sangatlah lucu dengan Hilmi yang begitu terlihat tengil dan Javin yang sangat tampan. ''Kenapa gue bisa nolak di jodohin sama dia padahal di luar sana banyak yang halu nikah sama dia. Lucu banget hidup gue," tawa Sevda sembari terus mengeser kursor untuk melihat foto-foto lainnya.

"Ini foto Keano sama Lainah pas prom night. Gemes banget mereka," gumamnya gemas pada foto pasangan yang akan melangsungkan pernikahan itu.

Ia terhenti pada fotonya dan Javin. Saat itu ia kekasih Marlo tapi menjadi pasangan Javin karena Marlo sedang melangsungkan pendidikan militer. Marlo juga tak masalah karena percaya padanya dan Javin. Kepercayaan Marlo tak pernah ternodai bahkan perjodohan itu di tolak oleh Javin. Ia tersenyum getir ketika terus mengenang momen itu secara berulang akhir-akhir ini.

Kemudian ia beralih pada foto Hilmi dan sobatnya itu datang tanpa pasangan dan benar-benar tak peduli dengan hal itu. "Anak sebaik dia harus berakhir di selingkuhi. Dasar cewek brengsek! Lihat aja, entar dia dapet jodoh yang luar biasa baik." Meski lama tak bertemu, ia cukup dekat dengan Hilmi karena mereka sedikit satu frekuensi dan ia juga mendengar betapa galau hidup Hilmi setelah dihianati.

Pintu diketuk dan sebelum ia memberikan jawaban, pintu terbuka. Menampilkan Alto yang mengenakan setelan formal mahalnya. Berjalan ke arahnya setelah menutup pintu kembali. Dan sebelum Alto melihat layar komputernya, ia menutup folder tersebut dan kembali pada gambar disain rancangannya.

"Gaun yang mama pesan udah selesai, kan? Mau gue ambil sekarang," tanya Alto sembari duduk di sofa yang tersedia di dekat meja kerja Sevda.

"As usual, bisa langsung take it di staf. Tadi udah gue kasih mandat," jawab Sevda sembari menekan tombol pada telpon yang ada di mejanya. "Tolong buatkan jamuan seperti biasanya untuk tuan Alto. Saya tunggu di ruang saya, terima kasih." Ia memberi interupsi kepada staf yang berada di luar ruangannya untuk menyiapkan jamuan pada donatur utama rumah mode ini.

SolaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang