Chapter 6: Solace.
"A source of comfort."
_______
Flashback on
Matahari memancarkan sinar yang terlalu menyengat kulit, sehingga kehadirannya hari ini di benci oleh kebanyakan orang. Terutama Sevda, ia tak suka sinar matahari yang terlalu terang karena itu menyakiti penglihatannya. Ia menatap sebal ke arah fatamorgana yang terlihat begitu segar di tengah lapangan. Matanya begitu terhipnotis akan fatamorgana tersebut sehingga tak menyadari kehadiran Javin yang sudah duduk di sebelahnya.
"Kenapa ngelamun? Bekalnya gak enak?" Ia langsung menoleh dan tatapan matanya menatap keringat yang ada di kening Javin. Ia menyodorkan satu pak tisu pada Javin dan pemuda itu menerima tisu tersebut. Lalu mengambil satu buah tisu dan mengelap keringat yang ada di kening dan lehernya.
Saking sibuknya mengagumi ketampanan Javin yang tengah mengelap keringat, ia baru ingat akan pertanyaan Javin tadi. "Enggak, ini enak kok," jawabannya jujur karena ini lauk kesukaannya.
Daging sapi asap dengan lada air, irisan tomat serta saus kacang dan nasi. Bagi Sevda ini menu sederhana dan menjadi makanan kesukaannya.
"Terus kenapa gak lo makan," tanya Javin dengan membuka kotak makannya. Terlihat ikan gurami krispi dengan saus asam manis yang segar dan nasi. Tak hanya itu, ada buah apel potong, tomat ceri yang sebesar uang koin seribu rupiah.
"Kebanyakan nasinya, entar kalo gak habis mubazir."
Javin seakan terkejut oleh pernyataan Sevda barusan. Seakan perempuan seperti Sevda terlihat seperti orang yang tak menghargai makanan dan rasa syukur. Seakan barusaan ia mendengar kalimat surga dari seorang iblis. Begitu terkejut sampai menatap Sevda tak percaya. "Yaudah sini, bagi ke gue nasinya," ujar Javin sembari menyodorkan kotak makannya pada Sevda.
Kini giliran Sevda yang menatap Javin tak percaya, dengan setengah melongo. "Beneran," yakin Sevda untuk memastikan pendengarannya.
"Iya sini." Kepala Javin mengangguk dan setengah nasi yang Sevda bawa itu kini beralih di dalam kotak makan Javin. Menyatu dengan nasi yang di bawa Javin dari rumah.
"Terima kasih dan lain kali tiap lo merasa bawa nasi banyak, bisa cari gue dan kita makan siang bareng di sini." Kalimat itu begitu lancar keluar dari bibir Javin dan Sevda menyanggupi hal tersebut. Hingga mereka selalu melakukannya setiap hari saat makan siang dan rumor tentang mereka mulai menyebar begitu cepat.
Flashback off
*.*.*.*
Sebuah website yang menayangkan artikel tentang cara mengajari anak membaca terpampang di komputer milik Sevda. Perempuan yang berprofesi sebagai seorang disainer sekaligus pemilik rumah mode itu tengah membaca artikel itu dengan serius. Akhir-akhir ini, ia rajin belajar tentang parenting dan kesiapan untuk menjadi seorang istri serta ibu. Ia harus merencanakan masa depan rumah tangganya dengan sangat baik. Agar minim kesalahan serta bisa memperbaiki kesalahan tanpa menimbulkan konflik berat dan stress.
"Aku tidak akan menjadikan anak sebagai infestasi masa depan karena anak ku nanti akan memiliki hidup sendiri. Dia punya cita-cita sendiri dan berhak untuk merdeka dari tuntutan orang tua. Aku akan mendidik anak ku dengan sangat baik agar dia bisa tumbuh menjadi orang yang bertanggung jawab serta baik."
Ia yakin, ia akan menjadi ibu yang baik dan keren karena mengusahakan yang terbaik untuk anaknya kelak sedari sekarang. Meski pun ia kadang menjadi sosok perempuan dengan aksi gila, ia punya sisi keibuan yang luar biasa. Bahkan ia pernah menjambak rambut seorang ibu ketika ibu tersebut memukul anaknya, ia tak terima dengan aksi kekerasan itu dan membela sang anak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Solace
Romance"Gimana kalo kita nanti nikah, tapi kita nikah saat kita udah hopeless sama percintaan," ucap Sevda tatkala ia dan Javin saling berbagi makanan di kebun kecil sebuah butik pakaian. Di saat menemani ibu mereka yang tengah sibuk berbelanja pakaian di...