"Ini bar nya?"
Jisung mengecek ponselnya kembali, membuka maps, khawatir ia salah memasuki bar. Masalahnya, bar kali ini sangat tidak elite sekali.
Ia dapat melihat banyak mahasiswa keluar masuk dari bar tersebut. Jisung tidak habis pikir, kenapa istri dari Direkturnya itu mau menghabiskan uangnya hanya untuk di bar murahan seperti ini.
Agak mahalan dikit kek, batin Jisung.
Jisung mengenakan baju satin longgar berwarna putih, kontras dengan celana kainnya yang hitam. Ia nampak seperti remaja umur 20 tahunan, padahal umurnya sudah hampur mendekati 30.
Penampilannya berhasil mengusik perhatian beberapa orang, tak sedikit perempuan menghampirinya karena penasaran. Ia menolaknya dengan halus dan berjalan masuk ke dalam bar.
Ia duduk tepat di depan bar, memesan segelas martini sambil memandang sekitar.
"Ada yang mengganggumu?" tanya sang barista.
Jisung tersenyum, "Ah tidak, aku hanya menunggu seseorang untuk menjemputku," ujar Jisung.
Jisung sangat pandai dalam memilih kata. Ia paham bagaimana menempatkan posisinya di tengah keramaian. Dan mungkin itu yang menjadikan Minho semakin berani memberikan tugas mata-mata ini padanya.
"Kau sudah datang ternyata,"
Minho membelai pinggang ramping Jisung perlahan, lalu duduk di samping sekertarisnya. Menatap minat Jisung, Minho tersenyum sambil mengusap pipi Jisung.
"Akting Anda bagus, Tuan," puji Jisung.
"Aku sudah mendalami peranku sejak lama. Jadi, dimana dia?" tanya Minho.
Minho memutuskan untuk melihat kebodohan Mina secara langsung, selama ia ditemani oleh Jisung. Aktivitas atasan dan bawahan ini terlampau cukup intens selama beberapa bulan terakhir, dan semua itu hanya untuk menumpas parasit dari keluarga sang Direktur.
"Apa Tuan Yongbok jadi ikut?" tanya Jisung.
Minho menggeleng sebagai jawaban. Minho semakin mendekatkan tubuhnya ke arah Jisung, karena ia sadar bahwa ada beberapa pasang mata yang menatap lapar mereka berdua.
"Kau lebih suka racikan?" tanya Minho.
"Setiap bar pasti memiliki signature nya masing-masing, Tuan," jawab Jisung.
Tatapan keduanya tiba-tiba teralih ketika ada seorang laki-laki bertubuh tinggi yang dengan seenaknya menarik seorang perempuan untuk duduk di pangkuannya. Perempuan itu memekik terkejut karena diseret begitu saja. Perempuan itu mengadu meminta tolong kepada siapapun, namun naas, banyak orang yang tidak memedulikannya.
Laki-laki itu tertawa sambil mengeluarkan ponselnya. Memfoto perempuan itu, bahkan ketika perempuan itu menangis.
"Bukankah itu sudah termasuk dalam molka?" ujar Jisung.
"Tunggulah disini," ujar Minho.
Minho keluar dari bar itu sementara waktu, sedangkan suasana di dalam bar sudah di luar kendali. Bahkan beberapa staff disana tidak berani mendekati kedua orang tersebut.
"Memangnya dia siapa?" tanya Jisung. Ia berusaha untuk mengkonfirmasi jika targetnya benar.
"Dia...dia mengaku sebagai keponakan Lee Mina. Siapa yang tidak tahu perihal wanita gila itu?" ujar sang barista.
"Ia merasa memiliki semua bar di kota ini hanya karena ia kaya. Padahal hampir semua orang kaya tidak bersikap sepertinya," ujar sang barista.
Jisung cukup terkejut ketika Minho menepuk bahunya, "Ayo cepat kembali. Aku tidak mau ketahuan," ujar Minho.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Long As You Love Me - Minsung
Fanfiction"As long as you love, I'll be your platinum, I'll be your silver, and I'll be your gold,"