Jisung menatap kanvas kosong yang ada di hadapannya. Di sekelilingnya banyak kanvas dengan torehan tinta warna-warni, dicat secara abstrak sesuai dengan isi hati sang pelukis. Di sisi lain ruangan, banyak juga kanvas yang robek dan berlubang, nampak sang pelukis tak senang dengan karyanya.
Knock, knock.
Bahkan ketika ada seseorang membuka pintu studionya, Jisung tak bergeming. Ia tetap terdiam, seperti bisa menduga siapa yang telah memasuki ruangannya.
"Hannie, sarapan dulu?"
Waktu berjalan begitu cepat dan rumit. Semua orang memiliki jalan yang berbeda-beda bukan?
Namun, mengapa hanya dirinya yang menapaki jalan berbeda?
Jisung menoleh dan menatap Minho yang membawakan nampan berisi mangkuk bubur. Pria matang itu tersenyum sambil ikut duduk di sebelahnya.
"Buka mulutnya. Aaaa...."
Semenjak kejadian itu, Minho memenjarakan mertuanya, memberikan bukti lebih agar mendapatkan hukuman berlapis. Dengan ketiga parasit yang ada di balik jeruji besi saat ini, Minho merasa bahwa Jisung sudah aman dalam genggamannya.
Namun sebaliknya, Jisung merasa juga ikut terperangkap dalam hubungan pernikahannya dengan Lee Minho. Perlahan, ia mengalami depresi dan kecemasan ketika sudah mulai menjadi suami dari mantan direkturnya itu.
Jisung cukup terkejut ketika ibunya mengiyakan permohonan Minho untuk menikahinya. Ia sempat menolak dengan keras, namun ibunya hanya meresponnya dengan candaan. Ya, sebuah candaan,
"Nanti kamu juga jatuh cinta padanya,"
Oh ibu, andai kau tahu.
Raga ini pernah mencintainya.
Hati ini pernah memilikinya.
Perasaan ini pernah mengalir hanya untuknya.
Tapi, semua itu hancur karena obsesi serta kenaifan pria yang ada di hadapannya saat ini.
Membuat keberadaanku menjadi tidak berarti.
Membuat hati yang dulu hidup, kini sudah mati.
Serta perasaan yang dulunya mengalir deras, kini bagaikan sungai kering yang gersang.
"Buka lagi mulutnya. Aaaa...."
Bagi Minho, pernikahan ini merupakan bukti bahwa dirinya bisa memiliki Jisung. Ia cukup puas, karena setelah pengejaran yang begitu lama, Minho bisa mendapatkan Jisung.
Alasan Minho menikahi Jisung adalah, karena pria itu menginginkannya.
Minho usap pipi tembam itu perlahan, menyeka sisa-sisa bubur yang ada di sudut bibir Jisung. Minho tersenyum karena Jisung menghabiskan buburnya pagi ini.
Minho kemudian bangkit dan keluar dari ruang studio milik Jisung. Jika kalian bertanya, apakah Minho tahu jika tidak ada yang beres dengan Jisung?
Maka jawabannya; ya, Minho mengetahuinya.
Minho tahu dan Minho paham jika laki-laki itu memiliki ketakutan dan kecemasan tentang keberadaannya. Ia sering menyadari, Jisung sering tidak fokus ketika ia mendekapnya di malam hari. Pria manis itu nampak ketakutan dan bingung harus melarikan diri kemana.
Bukankah kau yang memintaku untuk mengejarmu, Hannie?
Nyatanya, Minho tidak se-egois itu. Ia berusaha agar Jisung-nya bisa menerima keberadaannya. Ia lakukan segala cara agar Jisung kembali menatapnya dengan tatapannya yang dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
As Long As You Love Me - Minsung
Fanfiction"As long as you love, I'll be your platinum, I'll be your silver, and I'll be your gold,"