12. MENGIKHLASKAN ITU BERAT

1.3K 186 76
                                    

Selamat membaca maaf kalau ada typo.

Jangan lupa ninggalin jejak Vote and komen.

Semoga kalian suka. Amin.

Teman tombol Vote, ya🙏

Gas bro.

Matt>BACCA.

Awali dengan senyuman.

12.Mengikhlaskan Itu Berat.

Chika memeluk tubuh kekar laki-laki bermata elang itu, laki-laki yang terbaring dibrankar ruang rawat A029 itu adalah Ferrel Samudera Wardhana, semesta mengirim dia kembali kepelukan perempuan bermata coklat pudar itu, Chika dia begitu sendu, sampai tangisannya mengalir begitu deras dari matanya.

"Rel, lo masih hidup ternyata,"sendu Chika, perempuan itu memeluk erat laki-laki yang ada dihadapanya ini.

Seolah dia tidak percaya bahwa itu Ferrel, namun jelas-jelas itu Ferrel, laki-laki yang selalu dia kagumi dan sukai dari dulu, Chika tak melepaskan pelukan dari tubuh kekar Ferrel yang masih diam karena koma.

Tak ada kata yang dapat dikeluarkan dari mulut seorang Chika, bibir dan hatinya seolah tak mampu berbicara saat ini, dia terhanyut dalam rasa rindu, rasa sedih dan rasa bahagia bercampur dengan gembira, dia seolah tak percaya dengan kejadian yang barusan dia liat ini.

Alana hanya melihat itu, perempuan manis itu kemudian keluar dari ruang rawat A029 itu, dia berjalan keluar dengan senyum yang dipaksa dari bibir nya yang begitu manis.

Alana berjalan lalu duduk didepan kursi besi ruang rawat A029 itu, dia mendongkakan kepalanya menatap langit-langit koridor rumah sakit itu, Arhata yang melihat adiknya keluar pun, dirinya juga ikut menghampiri sang adik.

Arhata duduk disebelah Alana kemudian bersuara."Kok nangis sih, kan Alana udah janji gak akan nangis saat Chika tau soal sebenarnya yang terjadi."kata Arhata, laki-laki berwajah tampan itu merangkul adiknya.

Alana menidurkan kepalanya dibahu Arhata."Ternyata rasanya sesakit ini ya, Kak Hata,"

Arhata mengahapus air mata adiknya dengan tangannya."Mama pernah bilang jika seseorang perempuan menangisi laki-laki itu artinya dia mencintai dengan hati,"ujar Arhata, dia mengelus rambut Alana lembut sekali.

Air mata Alana terus saja jatuh melewati kedua pipinya seolah itu berat bagi dirinya untuk melihat Ferrel atau yang dia sering panggil dengan panggilan Kak Nula harus jadi milik orang lain.

"Rasa cinta Alana udah mulai tumbuh Kak, tapi untuk apa kalau nanti Alana paksakan cinta Alana ini, namun Kak Nula tidak membalas cinta dari Alana, itu lebih sakit dari apa yang sekarang Alana rasa."jelas Alana, perempuan manis itu mencoba menerbitkan senyum dibibir nya.

"Alana ingat saat Kak Nula memanggil nama Kak Chika saat masih koma, tiap malam selalu nama Kak Chika dan Gracie yang disebut oleh Kak Nula, rasanya sakit saat ini, namun Alana udah janji untuk terus jaga Kak Nula walaupun setahun terakhir ini."lanjut Alana pada Kakaknya Arhata.

Arhata tersenyum tanda bangga pada adiknya."Kamu udah dewasa sekarang, Na, kamu lebih memilih melawan ego mu demi apa yang kamu cintai,"

"You strong, and you can be very nice, Alana" kata Arhata, laki-laki berwajah tampan itu memeluk adiknya yang sedang sedih itu.

"Jika menunggu bisa membuat Kak Nula jadi milik Alana, maka akan Alana tunggu sampai kapanpun,"kata Alana, dia menatap ruangan rawat A029 itu yang dimana ada Ferrel dan Chik didalam.

"Kalau Nula selamanya jadi milik Chika, apakah Alana akan terus menunggu? Seseuatu yang tidak pasti itu"tanya Arhata pada adiknya itu.

Alana memaksa senyum terbit dari bibirnya,rasa berat saat menarik senyum itu harus terbit disaat kita sedang sedih, luka, dan kecewa.

Ferrel 2 [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang