7

112 37 2
                                    

Aku keluar dari rumah dan melihat motor yang terparkir dengan sempurna di sana. Tidak hanya ada motor, ada Rick juga yang menunggu dan tampaknya baru datang. Karena pelayan yang memberitahu soal kiriman motor itu tidak mengatakan tentang keberadaan Rick.

"Bagaimana?" Rick membentangkan tangannya ke arah motor miliknya yang sangat dia banggakan. Dia menyerahkan kebanggaannya pada sepupunya hanya untuk membuat dia bisa melakukan apa yang dia inginkan. Bagaimana pun, meski mereka hanya sepupu ipar, Rick sering bertemu denganku di acara besar keluar. Kami pernah beberapa mengobrol.

Tidak ada yang terlalu suka dengan Rick, Rick sendiri tahu betapa mereka meremehkannya. Hanya karena Rick tidak pandai dalam bidang bisnis dan lebih suka otomotif. Itu membuat dia sering berdiri di sudut bersamaku mengamati mereka semua yang sibuk membicarakan saham mana yang sedang naik daun.

Mungkin itu yang membuat Rick merasa perlu bersikap baik padaku. Dan aku menghargainya.

"Bagus sekali. Ini yang aku mau."

Rick sudah akan bicara saat dia tiba-tiba mengubah arah pandangannya ke beberapa orang yang berjalan di belakangku. Aku menengok ke mana mata Rick menatap dan menemukan pelayan serta pekerja yang sudah angkat kaki dari rumah dengan membawa barang-barang mereka.

Mereka semua berwajah merana dan menundukkan kepala dengan kenyataan kalau pekerjaan di rumah besar dengan gaji tinggi tidak lagi mereka dapatkan.

"Ada apa dengan mereka?"

Aku terkejut mendongak ke Rick. Tidak tahu kapan dia melangkah ke arahku dan berdiri di sisiku. "Archie memecat mereka semua."

"Apa? Iblis itu memecat semua pekerjanya?"

Pandanganku tajam ke arah Rick dengan tatapan membunuh.

Rick menyadarinya. Dia segera melirik ke arahku dan tersenyum dengan cengengesan. "Aku tidak bermaksud mengatakan dia iblis, tapi bukankah memang benar kalau ...." bibir Rick berhenti sejenak dan kemudian melanjutkan. "Tunggu, kapan kau berubah? Bukankah semalam kau sepertinya tidak terlalu menyukainya? Kau bahkan tidak percaya saat kukatakan kau penting untuknya."

Aku mengalihkan mata ke depan. "Tentu saja aku tidak berubah. Kau berlebihan."

Mata Rick memicing tidak senang ke arahku. Aku tahu dia sedang menatapku tapi aku mengabaikannya sepenuhnya. Sampai Rick sendiri kehilangan napas melihat siapa juga yang membawa barangnya keluar. "Tunggu, Tammi juga?" Rick menunjuk ke arah langkah Tammi.

Tammi sempat menatap ke arahku, menjanjikan kalau segalanya belum selesai.

Aku hanya membalas lelah padanya. Aku tidak memiliki niat lagi untuk melakukan sesuatu dengannya. Archie sudah melakukannya untukku. Dendam dan masalalu yang buruk, biar kutelan sendiri. Aku hanya ingin bahagia di sisa-sisa umurku.

"Ya, Archie juga mengusirnya."

"Hebat. Sangat hebat. Benar yang aku katakan, kan? Siapa pun yang mengusikmu, dia tidak akan membiarkannya. Kalau saja kau mengatakan padanya sejak awal soal pelakuan Tammi padamu, dia akan segera menyelesaikannya. Tapi kau malah menyimpannya sendiri. Bagus, kau segera lepas dari keburukannya." Rick menepuk bahuku memberikan aku semangat.

Aku melirik padanya dengan malas.

"Lepaskan tanganmu darinya!"

Kami berdua sama-sama menatap ke belakang. Archie keluar dari pintu belakang dan Rick yang masing linglung segera saja ditepis tangannya oleh Archie. Kemudian Archie meraih pinggangku dan membawaku ke arahnya. Mendekatkan tubuhku di tubuhnya hingga membuat aku mendongak dengan senyuman bahagia. Melihat keposesifan ini, aku tentu saja bahagia.

Yang tidak bahagia jelas Rick. Dia tampak berdiri masam di sana seolah dia tidak melakukan kesalahan besar tapi hukumannya lebih buruk dari yang dia bayangkan.

"Maaf, maaf."

Archie menatap dingin ke arah Rick. Dia melirik ke motor itu dengan tidak senang. "Milikmu?"

Rick menatap motor itu dengan bangga. Dia menepuk dadanya bahkan. "Ya. Aku pernah memperlihatkannya padamu. Kebanggaanku."

"Mau kau berikan pada istriku?"

Rick tersenyum. "Dia menginginkan warna merah. Jadi aku memberikannya. Aku akan beli lagi nanti yang lain."

"Singkirkan."

"Hah?"

"Hah?"

Aku dan Rick berucap bersamaan. Menatap pada Archie yang tampak berwajah dengan tidak senang. Rick kemudian menatapku dan aku balas menatapnya. Saling mempertanyakan apa yang salah dengan pria ini sampai meminta Rick melakukannya.

"Sudah kubilang singkirkan. Dia tidak membutuhkannnya."

"Archie, aku mau—"

Tatapan Archie yang seolah bisa merenggut nyawa dari tubuhku membuat aku hanya menelan ucapan yang ingin aku lontarkan. Bibirku manyun dengan tidak senang.

Rick sendiri hanya bisa meringis tidak dapat memberikan pembelaan padaku. Bahwa Rick mengerti aku menginginkannya tapi tahu kalau Archie sudah mengeluarkan titahnya. Kami berdua sama-sama tidak berdaya.

Aku bergerak menjauh dari Archie untuk mengumumkan protesku. Tapi pria itu malah terus menekan tangannya di pinggangku, membuat aku tidak bisa ke mana-mana. Aku berada dalam jangkau sentuhannya dan aku tidak berdaya atasnya. Saat aku menatap ke arah Rick meminta bantuan, pria sialan itu hanya bersiul seolah tidak melihatnya.

Rick sudah mendekati motornya dan hendak membawanya pergi mungkin. Tapi langkah Rick terhenti saat dia melihat mobil bermuatan besar masuk ke halaman rumah kami. Rick dan aku sama-sama tercengang melihat mobil yang membawa beberapa motor di atasnya dengan berbagai warna.

Aku sampai melongo dengan rahang yang hampir jatuh berceceran ke lantai. Beberapa saat setelahnya, aku juga melihat beberapa orang dengan tas mereka yang datang dan segera memberikan salam mereka pada kami. Memperkenalkan diri dengan nama mereka masin-masing yang tidak bisa langsung aku ingat.

Saat Archie meninggalkan aku sebentar untuk bicara dengan asistennya, Rick mendekat dan berdiri di sisiku.

"Suamimu sungguh berlebihan," bisiknya. "Sepertinya jika kau menginginkan bulan, dia juga akan memetiknya untukmu."

Aku menyikut rusuk Rick dengan tatapan kesal. Rick meringis sakit tapi saat Archie menatapnya dan memberikannya tatapan peringatan, dia segera berdiri tegak lagi seolah tidak ada hal yang terjadi. Melihatnya ketakutan seperti itu menjadi hiburan tersendiri bagiku.

Archie menatapku dengan senyuman tipisnya, itu membuat aku berdebar dengan cara tak biasa. Aku menyentuh dadaku di mana jantungku berada. Berusaha kutekan di sana dan mengingatkan diri kalau segalanya tidak boleh berlanjut lagi. Aku memutuskannya, karena aku mencintainya. Aku harus melepaskannya.

Ternyata selama ini alarm yang selalu aku abaikan di kepala adalah peringatan untuk tidak lebih dalam menginginkannya. Tapi kedalaman perasaan yang aku rasakan saat ini tidak ada bandingannya dengan apa pun. Aku menginginkannya lebih gila dari biasanya. Dan aku tidak akan berhenti sampai aku sendiri menyakitinya.

Aku tidak mau dia terluka atas kepergianku. Aku lebih suka dia membenciku dari pada bersedih saat tahu aku meninggal. Aku ingin mati sendirian saja tanpa melihat wajah berduka dari Archie.

***

Ready Ebook di playstore
Tamat di karyakarsa ya
Bisa beli pdf di aku

Sampai jumpa mingdep 😘

Istri Presiden (SAB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang