Pada tahun 3000, dunia telah berubah drastis. Teknologi telah berkembang pesat, membawa manusia ke era yang penuh dengan kecanggihan yang dulu hanya ada dalam mimpi. Kota-kota membentang tinggi dengan gedung-gedung pencakar langit yang melayang, kendaraan terbang melintas di antara bangunan, dan robot-robot cerdas membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dunia ini dipenuhi dengan kemajuan ilmiah yang luar biasa, sehingga segala sesuatu yang berbau sihir dan mistis dianggap kuno, takhayul belaka.
Di tengah gemerlap dunia yang maju ini, hiduplah seorang gadis bernama Elena. Elena adalah anak tunggal dari keluarga kaya raya yang memiliki segala fasilitas mewah yang bisa dibayangkan. Rumahnya dilengkapi dengan teknologi tercanggih, dari asisten rumah tangga robotik hingga sistem keamanan berbasis AI yang tak tertembus. Namun, di balik semua kemewahan itu, Elena menyimpan kesedihan yang mendalam. Ia merasa terasing di dunia yang begitu mencintai kecanggihan, sementara ia sendiri tidak pernah merasa cocok dengan lingkungan di sekitarnya.
Di sekolah, hidup Elena adalah sebuah mimpi buruk. Ia dibuli, dikucilkan, dan dijauhi oleh teman-temannya. Bukan hanya karena ia berbeda, tetapi karena ia sering dianggap sebagai kegagalan. Meski memiliki fasilitas belajar yang lengkap, Elena sering kali kesulitan dalam hal-hal sederhana. Teman-temannya selalu mengejeknya, mengatakan bahwa dia tidak pantas untuk hidup di dunia yang maju seperti itu. Mereka menendangnya di lorong sekolah, menyebarkan fitnah tentang dirinya, dan bahkan menghinanya di depan umum.
Puncaknya terjadi saat Elena mengikuti kejuaraan sains di sekolahnya. Kejuaraan itu adalah kesempatan bagi semua siswa untuk menunjukkan kecerdasan mereka dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Elena, yang sangat berharap bisa membuktikan dirinya, mempersiapkan diri sebaik mungkin. Namun, ketika tiba saatnya menjawab pertanyaan terakhir, dia blank. Pertanyaan itu sederhana, "1+0 berapa?" Namun, karena gugup, Elena lupa jawabannya.
Tawa menghina meledak di aula. Semua orang, termasuk guru-guru, menertawakannya. "Bahkan anak kecil pun tahu jawabannya!" seru salah seorang siswa dengan nada mengejek. "Kenapa sih , aku kan gugup , lagian mereka kalo punya mata jangan liat ke aku dong " . Kekalahan itu membuat Elena merasa sangat terpuruk. Ia menjadi bahan olokan seisi sekolah. Bahkan orang-orang yang tidak mengenalnya pun mulai menyebarkan rumor bahwa Elena adalah "aib" di sekolah tersebut.
Dipenuhi dengan rasa malu, marah, dan putus asa, Elena memutuskan untuk menghilang. Ia berlari tanpa arah hingga akhirnya tiba di kaki sebuah gunung yang terlupakan, jauh dari keramaian kota. Gunung itu terkenal karena legenda kuno yang mengatakan bahwa di puncaknya tersembunyi sebuah batu permata yang memiliki kekuatan besar, namun tak seorang pun di zaman modern yang mempercayai cerita tersebut.
Namun, Elena, yang merasa tak ada lagi yang bisa diandalkan, memutuskan untuk mencarinya. Ia memanjat gunung itu dengan tekad yang bulat, mengabaikan rasa lelah dan dingin yang menusuk tulangnya. Setelah berhari-hari mendaki, ia akhirnya tiba di sebuah gua yang tersembunyi di puncak gunung. Di dalam gua itu, ada sebuah batu permata yang bersinar dengan cahaya merah menyala.
Saat Elena menyentuh batu itu, tiba-tiba muncul sosok gelap dari bayangan gua. Itu adalah iblis tua yang selama berabad-abad terkurung dalam gua tersebut. Iblis itu menawarkan kesepakatan pada Elena: kekuatan tanpa batas sebagai balasan atas kebebasannya. Terlalu putus asa untuk berpikir jernih, Elena menerima tawaran itu.
" Kira kira aku bisa ngerudal ngak ya ??" .Seketika, kekuatan gelap menyelimuti dirinya. Tubuhnya berubah; rambutnya menjadi hitam legam, matanya memancarkan cahaya merah, dan kekuatan besar mengalir dalam dirinya. Elena kini bukan lagi gadis yang lemah dan terhina—dia telah menjadi Ratu Iblis.
" Hahaha , lihatlah manusia, aku akan mengirim kalian ke neraka ! hahahhahaha "Dengan kekuatan barunya, Elena kembali ke kota dan langsung menuju sekolahnya. Penampilannya yang sepenuhnya berbeda membuat semua orang terkejut. Tidak ada yang mengenali gadis yang dulu mereka hina. Dengan mudah, Elena membuat beberapa murid yang dulu mengolok-oloknya menjadi pengikut setianya, atau lebih tepatnya, keroco-keroco yang tunduk pada perintahnya.
Saat malam tiba, Elena berdiri di tengah halaman sekolah dengan senyum yang penuh kebencian. Dia melihat bangunan sekolah yang dulu menjadi saksi penderitaannya, dan tanpa ragu, dia mengangkat tangannya, memanggil api neraka dari dalam bumi. Sekolah itu terbakar dengan cepat, kobaran api melahap setiap sudutnya. Elena tertawa nyaring, tawa yang penuh dengan kegilaan dan dendam yang terbalaskan.
Murid-murid dan guru-guru yang masih berada di dalam gedung berteriak panik, mencoba melarikan diri, namun api yang dipanggil Elena tidak hanya membakar bangunan, tetapi juga mencengkeram jiwa-jiwa mereka, mengubah mereka menjadi abadi di neraka. Sekolah yang dulu penuh dengan cemoohan dan penghinaan, kini menjadi abu, menyisakan hanya bayangan dari kekuatan yang pernah menguasainya.
" Mampus , kalian hidup udah gaada gunanya, mending ku jadiin tumbal "Dengan sekolahnya yang kini hancur, Elena menghilang ke dalam kegelapan malam, meninggalkan dunia manusia yang penuh kebencian. Dia kembali ke gunung, menjadi penguasa dari bayangan dan kekuatan gelap. Elena, yang dulu dianggap sebagai aib, kini telah berubah menjadi legenda menakutkan yang akan menghantui dunia selamanya.
( Elena ga bisa ngerudal wkwkkwkwkwk )
Lanjut part 2