Setelah Elena berhasil mengalahkan Zethara, dia berdiri di puncak kekuasaannya, merasakan adrenalin kemenangan yang mengalir dalam tubuhnya. Namun, sebelum dia sempat merayakan kemenangannya, sebuah suara dingin bergema dari bayangan yang muncul di balik puing-puing ledakan.
"Pemimpin yang bodoh, lihat betapa sombongnya dia," suara itu mengejek dengan nada yang penuh kebencian.
Elena menoleh dan melihat sosok yang belum pernah ia temui sebelumnya. Sosok itu adalah entitas yang tampak seolah-olah seluruh alam semesta tertanam dalam matanya, bercahaya dengan energi yang tidak terjangkau. Namanya adalah Asteryn, makhluk dari planet lain yang sekarang berdiri di hadapannya dengan tatapan dingin dan menantang.
"Ayo buat kesepakatan," kata Asteryn, suaranya tenang namun penuh kekuatan. "Jika kamu menang, aku dan Zethara akan tunduk di bawah perintahmu. Namun, jika tidak, aku akan mengirimmu ke neraka, tempat yang pantas untukmu."
Elena menatap Asteryn dengan penuh kebencian, namun juga dengan rasa ingin tahu. Tantangan ini adalah sesuatu yang tidak bisa dia tolak. "Setuju," jawab Elena tanpa ragu, senyum jahatnya kembali terpancar.
Pertarungan pun dimulai. Elena langsung membakar tanah di sekelilingnya, menciptakan ledakan besar yang mengguncang bumi. Dia kemudian memanggil kekuatan apinya untuk membentuk rudal-rudal lava yang menyala-nyala dan menembakkannya dengan kecepatan yang luar biasa ke arah Asteryn. Namun, sebelum rudal-rudal itu bisa mencapai targetnya, tumbuhan besar dan kokoh muncul dari tanah, membentuk dinding tebal yang melindungi Asteryn dari serangan Elena.
Elena menggeram, matanya menyipit saat ia menyadari kekuatan lawannya. "Ohhh… tumbuhan, ya? Berani sekali kau menantangku dengan kekuatan lemah seperti itu. Kau tidak tahu dengan siapa kau berurusan! Kau tidak tahu bahwa—"
Namun, sebelum Elena sempat menyelesaikan ucapannya, Asteryn sudah bergerak dengan kecepatan yang tak terduga. Dengan satu gerakan cepat, dia menusuk leher Elena dengan sebuah bilah yang terbuat dari akar tajam. "You talk too much," bisik Asteryn dingin, suaranya terdengar seperti angin yang mengguncang pepohonan.
Elena tersentak, rasa sakit menyebar di seluruh tubuhnya. Namun, dia bukanlah makhluk lemah yang mudah dikalahkan. Dengan segenap kekuatannya, dia mulai meregenerasi dirinya, daging yang terkoyak segera menyatu kembali. Sambil menahan rasa sakit, Elena menyerang balik, memanggil api dari dalam perut bumi dan menembakkannya langsung ke arah Asteryn.
"Pergilah!" teriak Elena, amarahnya membara seperti api yang ia ciptakan. Namun, Asteryn tidak gentar. Dia dengan tenang menghindari serangan itu, sambil memanggil tumbuhan-tumbuhan beracun dari dalam tanah untuk menyerang Elena. Tumbuhan-tumbuhan itu melilit tubuh Elena, merayap dengan cepat, mencoba menembus kulitnya yang panas.
Elena mengerang dalam frustrasi. Tumbuhan-tumbuhan itu, meskipun mudah terbakar, terus bermunculan dalam jumlah yang tak terbatas. "Sialan!" teriaknya, amarahnya mencapai puncak. "Aku tidak akan kalah! Sampai kapanpun, aku tidak akan kalah!"
Elena, dalam kemarahannya yang membara, menggunakan kekuatan magisnya yang sangat besar. Dia memfokuskan semua energi yang dia miliki dan mulai menarik planet Saturnus menuju Bumi. Langit di atas mereka mulai berubah, atmosfer menjadi berat dengan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Saat Saturnus mendekat, Elena tahu bahwa dampaknya akan menghancurkan segalanya.
"Ini adalah akhir dari semua ini, Asteryn!" teriak Elena saat planet itu semakin dekat.
Tabrakan itu terjadi dengan suara yang memekakkan telinga. Saturnus menabrak Bumi dengan kekuatan yang begitu besar hingga kedua planet itu meledak, menciptakan gelombang energi yang menghancurkan segalanya di sekitarnya. Namun, di tengah kehancuran, sesuatu yang aneh terjadi. Elena, Zethara, dan Asteryn tetap hidup, seolah-olah tabrakan itu tidak cukup untuk mengakhiri keberadaan mereka.
Mereka bertiga berdiri di tengah kehancuran, terkejut dengan apa yang baru saja terjadi. Di depan mereka, sebuah portal besar terbuka di angkasa, bercahaya dengan warna-warna yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya. Dari dalam portal itu, keluar dua sosok yang tampak sangat familiar bagi Elena.
“Ini tidak mungkin…” bisik Elena saat dia mengenali mereka.
Dari portal tersebut muncul Meika, juga dikenal sebagai Mek Mek, dan Lynne, yang dulu dikenal sebagai Lantai. Keduanya adalah villain dari cerita sebelumnya yang Elena kira telah ia kalahkan selamanya. Namun, bersama mereka, keluar juga seorang villain baru—Marthennia, atau Martha, yang memiliki kekuatan angin yang luar biasa.
Martha, dengan sosok tinggi dan anggun, melangkah maju. Dia mengangkat tangannya, memanggil angin badai yang berputar dengan kecepatan luar biasa. Tornado besar terbentuk di sekeliling mereka, menciptakan penghalang antara Elena dan Asteryn.
"Diam," perintah Martha dengan suara yang tenang namun penuh otoritas. Tornado itu menghalangi kedua lawan untuk melanjutkan pertarungan mereka.
Elena menatap Marthennio dengan tatapan penuh kebencian, tetapi juga dengan rasa waspada. "Kau pikir kau bisa menghentikanku dengan angin sepele itu?" Elena menggeram, siap untuk melawan musuh baru ini.
Namun, sebelum Elena bisa bertindak, Meika dan Lynne melangkah maju. Meika, dengan senyuman licik di wajahnya, berkata, "Elena, kau pikir kau sudah menang atas kami? Kau salah besar."
Lynne, dengan dinginnya lantai marmer di bawah kakinya, menambahkan, "Kami kembali, dan kali ini, kami tidak akan kalah secepat itu."
Elena merasa dikelilingi oleh musuh dari segala sisi. Meskipun ia telah memenangkan banyak pertempuran, dia mulai merasakan bahwa kekuatannya mungkin tidak cukup untuk menghadapi mereka semua sekaligus. Namun, dia juga tahu bahwa menyerah bukanlah pilihan.
Asteryn, yang masih berdiri dengan luka-luka di tubuhnya, menatap Elena dan kemudian Marthennio. "Jadi, inilah akhir dari kekuasaanmu, Elena? Dilumat oleh mereka yang kau remehkan?" tanyanya dengan senyum dingin.
Elena mengerang dalam amarah. "Tidak!" teriaknya, mengumpulkan semua kekuatannya sekali lagi. "Aku akan menghancurkan kalian semua! Tak ada satupun yang akan selamat!"
Pertarungan akhir pun dimulai, dengan Elena melawan tidak hanya Asteryn, tetapi juga Meika, Lynne, dan Marthennio. Langit di atas mereka bergetar dengan energi luar biasa, tanah di bawah mereka berguncang saat kekuatan para penguasa kegelapan bertabrakan. Elena menyerang dengan api yang begitu panas hingga melelehkan bebatuan, namun angin tornado Marthennio memutarbalikkan api itu, mengirimkannya kembali ke Elena.
Meika dan Lynne bekerja sama dengan sempurna, menciptakan jebakan di sekitar Elena dengan sihir mereka yang kuat. Meika memanggil kegelapan yang membutakan Elena, sementara Lynne mengunci pergerakannya dengan dinding yang tak terlihat. Asteryn, yang terluka, terus menyerang dari jarak jauh, memanggil tumbuhan beracun yang merayap di tanah, mencoba meracuni Elena.
Elena berjuang keras, mengerahkan setiap ons kekuatan yang dia miliki, tetapi dia mulai merasakan kelelahan. Meskipun dia sangat kuat, menghadapi empat musuh sekaligus adalah sesuatu yang bahkan dia tidak pernah bayangkan. "Aku… tidak… akan… kalah!" teriaknya dengan suara yang mulai melemah.
Namun, pada akhirnya, Elena tidak bisa lagi menahan serangan bertubi-tubi dari musuh-musuhnya. Tubuhnya mulai terbakar dari dalam oleh racun Asteryn, sementara api dan kegelapan dari Meika dan Lynne menyelimutinya. Angin dari Marthennia terus-menerus menghantamnya, membuatnya kehilangan keseimbangan. Elena akhirnya jatuh ke tanah, berlutut, kelelahan dan tak berdaya.
Dengan senyum puas, Marthennia melangkah maju, mengangkat tangannya, dan tornado raksasa kembali terbentuk di atas Elena. "Ini adalah akhir dari segalanya, Elena," kata Marthennio dengan suara yang lembut namun tegas. "Kekuasaanmu berakhir di sini."
Elena menatap ke atas, melihat tornado yang berputar di atasnya, tahu bahwa dia tidak lagi bisa melawan. "Sialan… kalian semua… sialan…" bisiknya, saat pandangannya mulai menggelap..
* Apakah yang akan terjadi?? *