Mereka berdua kini sedang menikmati red tea di salah satu tea house terkenal di pusat kota.
Tentu saja di sana bukan sekedar duduk santai menyia-nyiakan waktu, tujuan mereka adalah bisnis.
Setelah bisnis itu mencapai kesepakatan,
barulah mereka bisa memulai obrolan ringan."Idamanmu? aku belum pernah melihat kau menjalin hubungan dengan wanita"
Lex penasaran, karena tidak mungkin seorang Leo tidak memiliki kekasih.
Dia tampan, kaya, berbakat, tak ada yang kurang dari fisik juga penampilannya, punya ketenaran dan keluarga yang terpandang."Bagaimana cara mendeskripsikannya? seseorang yang lebih kecil dariku, manis, lucu, tidak membosankan, mata yang indah dan..."
"Tunggu, kau mengungkapkan seakan dia ada di hadapanmu sekarang, sangat detail. Dan apa? kau menyebutnya seseorang? artinya bukan cuma wanita, ada kemungkinan pria juga?"
Lex mencurigainya, saat Leo menyebutkan tipe ideal, dia menatap fokus layar hp sambil tersenyum sampai-sampai muncul lesung pipi.
Dan terlihat dari gerakan jarinya sedang memperbesar sebuah foto di galeri hp."Membohongimu adalah tindakan bodoh. Bisakah jiwa-jiwa mafia mu dalam bertransaksi sedikit disisihkan?"
Sahabatnya suka sekali memperlakukan Leo seperti orang lain yang perlu dimata-matai.Pemilik beberapa perusahaan startup itu tertawa lepas, dia sendiri juga heran kenapa sangat mudah curiga dan sering menelisik orang dengan akurat. Mungkin bentuk dalam bertahan dan kebiasaan.
"Kau benar, orang yang ku maksud ada di foto ini. Tapi mungkin dirimu akan naik darah padaku jika mengetahui siapa dia"
Dahi Lex mengernyit, Lex jarang sekali menanggapi hati-hati pembicaraan di luar bisnis atau selain yang berhubungan dengan petinggi tak tersentuh.
"Hm?! Kenapa aku harus marah? aku mengenalnya?"
Leo memperlihatkan foto seseorang di layar smartphone-nya.
"KAU GILA! JANGAN SINTING LEO! KAU BOLEH MEMILIH SIAPAPUN KECUALI DIA"
Seketika Lex merubuhkan badannya di sofa panjang nan mewah yang ia duduki sedari tadi, beruntung room ini didesain kedap suara serta akses khusus demi menomorsatukan privasi dan kerahasiaan tamu.Kedua telapak tangan Lex mengusap kasar wajah tampannya,
terlebih tatapan tajam itu mungkin bisa menguliti lawan bicaranya tanpa ampun.Yang dibahas memang bukan masalah krusial perusahaan, namun sanggup membuat Lex menuntut penjelasan. Foto itu mampu membuat Lex kehabisan akal dan kata-kata.
"SIAL! KATAKAN SESUATU!"
"TENANGLAH! aku belum melakukan apapun pada dia, aku masih diam dan mengamatinya dari jauh"
Leo sangat mengerti bagaimana reaksi orang yang di depannya. Dia pasti tidak terima sahabatnya bertingkah sembarangan."Jangan mengambil resiko sebesar ini, persahabatan kita tidak pantas dipertaruhkan hanya untuk..."
Lex tidak berdaya melanjutkan kalimatnya."Tapi aku mencintainya sejak lama, selama ini tak ada yang tau hingga kau menanyakannya. Aku berkata jujur tentang dia untuk pertama kalinya"
"Kita akan hancur Leo, karir bintangmu akan lenyap, bisnisku akan berantakan, Sing akan menghancurkan semua"
Leo menyesap teh yang masih hangat di cangkir keramiknya.
Inilah alasan Leo masih tak bertindak jauh. Terlalu berbahaya untuk orang-orang yang ia kenali, tak peduli cintanya nyaris sama besarnya dengan cinta Sing ke kekasihnya.Iya, pria yang Leo dambakan selama ini adalah Zayyan.
Kekasih Sing, sahabatnya.Mereka bertiga bersahabat dan saling menguntungkan satu sama lain.
Persahabatan yang kuat dan susah ditembus oleh siapapun.
Lex dengan dunia bisnis yang menggurita,
Leo dengan dunia artis dan pengaruhnya di publik,
Sing yang memberikan perlindungan. Memastikan keduanya tak terjangkau. Memusnahkan yang menjadi penghalang sahabatnya bergerak ke arah yang dituju.
Kalian bisa membayangkan seberapa besar kekuasaan yang dimiliki Sing.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART • oneshot • Xodiac
ContoHeart to heart * 9 members * Bromance * Short stories • • • • • • • • • • 100% fanfiction. tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari member ✿