Terdengar bunyi sensor dari pintu apartemen yang terbuka, alhasil Leo dan Zayyan yang sedang mengobrol menoleh ke arah satu-satunya lorong akses keluar masuk penghuni rumah.
Sing baru saja tiba dan masuk ke apartemen kekasihnya, Zayyan.
Tak ada yang terkejut karena sebelumnya Sing sudah mengabari kekasihnya jika urusan dia sebentar lagi selesai dan segera pulang dari perusahaan Lex."Kau demam kenapa terlihat sibuk?"
"Sing.."
Zayyan menyambut kekasihnya yang tampan dengan menghamburkan tubuhnya dan memeluk erat.Sing membalas pelukan Zayyan dan mencium keningnya.
"Aku sudah agak baikan, Leo menjagaku dengan sangat baik"
Sing tersenyum dan menatap Leo yang duduk di sekitar pantry, dia sedang menyesap coklat panas buatan Zayyan.
"Aku menyisihkan coklat hangat buatmu kalau kau mau"
"Aku mau, terimakasih sayang.. Tapi sekarang duduklah dulu. Jangan banyak gerak"
Tanpa aba-aba Sing mengangkat kekasihnya dengan pose favorit layaknya pengantin.
Dibawanya ke kursi yang berhadapan dengan Leo,
lalu duduk memangku Zayyan dan memposisikannya menyamping tepat di depan mata seseorang yang juga menaruh hati pada kekasihnya."Terimakasih Leo, sudah meluangkan waktu sibukmu untuk menjaga Zayyan. Aku kira kau tidak akan bisa karena kata manajermu hari ini ada syuting"
Sing berkata sembari mengecup leher Zayyan berulang kali."Syutingnya ditunda, sebab itu aku menyanggupi permintaanmu"
Sekarang yang Leo rasakan adalah ingin sekali melempar cangkir coklatnya pada Sing. Sahabatnya semacam sengaja memanas-manasi dirinya yang sudah mematung dan dipenuhi rasa cemburu.
"jangan sentuh cintaku!"
Sebenarnya Leo sudah terbiasa melihat kemesraan Sing dan Zayyan di depan matanya ketika bertemu.
Sing selalu terang-terangan dan tak sungkan menunjukkan betapa posesifnya dia pada Zayyan.Bahkan jika ada kolega yang memberi penawaran dengan wanita-wanita seksi sebagai pengganti persyaratan, perjanjian atau intensif atas kinerjanya, Sing sama sekali tak tertarik bermain-main.
Tak ada yang meragukan begitu besar dan kuat perasaan dia untuk kekasihnya.Namun alih-alih menahan diri, Leo justru semakin tersiksa menonton mereka berdua yang saling bercumbu, apalagi setelah dia tau bagaimana rasanya memangku dan memeluk Zayyan seperti tadi, perasaan tak rela memenuhi hati dan jiwanya.
Sakitnya mungkin serupa dibakar api, ditusuk belati atau dicekik tali.
Leo nyaris menangis dan susah bernafas.Beruntung di saat genggaman cangkirnya kian mengeras, suara dering ponselnya memecah konsentrasi pada perasaannya yang kacau.
Sing yang semenjak tadi menjelaskan pada Leo dan Zayyan tentang perkara sengketa di salah satu perusahaan Lex akhirnya tak dilanjutkan karena mendengar bunyi panggilan di handphone Leo.
"Angkatlah"
Sing menyuruh sahabatnya agar cepat menerima panggilan seseorang yang di ujung telepon."Ini dari Lex"
Leo membaca sekilas nama sahabatnya yang baru saja dibicarakan."Oya? apa ada masalah lagi?"
Zayyan nampak khawatir, karena kata Sing persoalan sengketa itu belum benar-benar selesai.Leo mengernyitkan dahinya seakan bertanya-tanya.
Dia berjalan ke arah balkon yang berdekatan dengan living room."Ada apa Lex?"
"Kesinilah, sekarang Leo. Aku menunggumu, SE-KA-RANG"
Kalimat perintah Lex terasa sangat darurat dan tak bisa ditunda.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART • oneshot • Xodiac
ContoHeart to heart * 9 members * Bromance * Short stories • • • • • • • • • • 100% fanfiction. tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari member ✿