Memanggil Ingatan

1.9K 255 291
                                    

Halo Hacin?

Chapter kali ini lebih agak serius ya...

no chat, full narasi.

Aku harap feelnya tetap berasa.

ditunggu komen-komen penyemangatnya 🫶

Jangan lupa vote ya, happy reading!

------


Arlo tersenyum samar dalam tidurnya.

Ketika dirinya bermimpi hal yang sulit dia kendalikan.

Nevelyn yang cantik itu duduk di pangkuannya. Mereka sedang menghabiskan waktu berdua di sebuah tempat yang indah.

Itu seperti di tengah taman kecil dengan kasur besar yang ditutupi kelambu. Sekitarnya ada awan-awan kecil putih yang mengelilingi, bersama berbagai bunga yang indah dan ada air terjun kecil di dekat mereka.

"Mas..."

Suara Nevelyn terdengar jelas dan lembut, seiring dengan Arlo yang memenggerakan pinggul Nevelyn perlahan dalam proses penyatuan mereka.

"Kamu suka, Nevelyn?" tanya Arlo lembut dan hati-hati. Pria itu tidak henti-hentinya memuji tubuh Nevelyn lewat tatapannya.

"Mas... aku suka--eungh--hh." Desahanan Nevelyn terasa nyata.

Mereka saling memeluk dan Nevelyn mencium bibir Arlo. Mereka seperti sepasang dewa dan dewi yang sedang bercinta di khayangan. Tidak ada yang boleh menganggu dan hanya ada mereka berdua saja.

"Nevelyn--nghh." Arlo merasakan miliknya dimanjakan oleh celah Nevelyn yang seakan memijat miliknya.

"I love you," bisik Nevelyn terdengar begitu nyata.

"I love you more, Nevelyn," balas Arlo di detik-detik menuju pelepasannya yang luar biasa.

Pria itu tersenyum menatap Nevelyn yang seperti sangat menikmatinya.

Senyum Arlo bertahan sampai pria itu membuka matanya, menemukan dia yang terbangun di ranjangnya, sendirian, mengatur napas lalu menyibakkan selimutnya.

Menyadari bahwa dia sangat basah di bawah sana.

Arlo mengusap wajahnya.

Sialan.

Dia mengumpat dalam hati.

Ini sudah tidak benar. Bisa-bisanya Arlo memimpikan istri orang lain?!

Arlo bangun dan menjambak rambutnya sendiri. Pria itu berusaha mencari kewarasannya dan terlepas dari mimpi yang begitu membekas di kepalanya.

Pria itu bangun dan mencoba mandi setelahnya.

Mungkin itu adalah cara untuk menjernihkan pikirannya.

******

Ketika selesai mandi, Arlo memilih untuk bersantai di balkon. Hari ini dia tidak pergi bekerja karena ini memang tanggal merah.

Arlo sendiri bekerja sebagai seorang arsitek yang juga memiliki toko bahan bangunan di beberapa cabang. Dia meneruskan usaha orang tuanya, sejak dulu memang Arlo orang berada. Dulu, Arlo tinggal bersama orang tuanya, dia adalah anak tunggal. Tapi, semenjak Papanya tiada, Mamanya memilih untuk kembali ke tempat kelahirannya dan menghabiskan masa tua di sana bersama dengan saudara-saudaranya yang masih hidup.

EffuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang