Merasa

1.9K 311 504
                                    


Hai, balik lagiii di sini?!

Maap, updatenya telat dikit...

Makasih udah mau nunggu, komen chapter sebelumnya rame bgt, aku seneng😭🙌

banyak rejeki ya kalian semua. Aaamin.

Ditunggu vote komennya di chapter ini🫶

happy reading 🙌

.
.
.

Ada alasan yang mendasari Nevelyn melangkah menuju ke rumah Arlo dan membawakan sesuatu di tangannya, yaitu rasa bersalah Nevelyn karena tidak menerima Arlo dengan baik sebagai tamunya.

Nevelyn juga tidak membalas pesan Arlo saat pria itu menanyakan keadaannya.

Butuh tiga hari bagi Nevelyn untuk bisa mencapai titik di mana dia bisa mengurangi kadar menangisnya. Kejadian tiga hari yang lalu cukup mengguncangnya. Meski sekarang belum bisa dibilang dia sudah membaik, tapi setidaknya Nevelyn sudah bisa mencoba menenangkan dirinya.

Dia cukup lelah menangis dan menyiksa dirinya selama tiga hari dan mencoba mengabaikan fakta kalau suaminya selingkuh. Tetapi, di tiga hari itu, Darcy juga datang menemaninya. Ralat, hanya Darcy tapi teman-teman Nevelyn yang lain juga. Mereka juga membantu mencari bukti dan menemukan foto Jein tengah berada di restoran dengan seorang wanita yang sebenarnya tidak begitu jelas wajahnya, dia memakai kacamata dan topi, fotonya juga diambil dari jauh.

Wanita itu memang terlihat akrab dengan Jein, bahkan ada satu foto yang terlihat Jein seperti mencium tangan wanita itu.

Jangan tanya seberapa hancur Nevelyn saat itu, tapi dia didampingi teman-temannya untuk tidak gegabah dan menelepon Jein. Mereka semua ingin Nevelyn tetap bermain cantik dan elegan.

Nevelyn tidak yakin bisa menjalani itu atau tidak, tapi dia akan mencobanya.

"Mas... permisi..." Nevelyn mengetuk pintu rumah Arlo lagi, pagar depan Arlo tidak dikunci, itu mengapa Nevelyn bisa masuk.

Tidak ada jawaban, padahal mobil Arlo ada. Dua-duanya. Berarti Arlo ada di rumah.

Nevelyn mencoba mengetuk lagi, lalu terdengar suara dari dalam sedikit keras, seperti sedikit berteriak.

"Iya, tunggu."

Tak lama setelahnya Arlo membuka pintu.

Baik Arlo dan Nevelyn cukup terkejut.  Arlo seperti habis mandi dan bahkan tubuhnya masih basah, hanya terlilit handuk saja. Seakan Arlo buru-buru keluar dari kamar mandi tanpa sempat mengeringkan tubuh.

"Nevelyn?"

Nevelyn menunduk. "Mas, maaf. Aku cuma mau---"

"Aku minta maaf, aku kira kamu petugas kebersihan yang katanya mau datang hari ini." Arlo membuka pintunya lebar. "Masuk aja dulu, aku selesaikan mandi dulu sebentar. Maaf."

Arlo kemudian melangkah kembali dengan sedikit terburu-buru. Nevelyn menggigit bibir bawahnya. Jejak kaki basah Arlo terlihat di lantai.

Dia melangkah dengan hati-hati, dan mengambil keset kaki untuk mengusap sisa air di lantai, agar nanti saat Arlo kembali juga tidak terpleset.

EffuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang