Goyah

2.1K 274 347
                                    

Hai, Hacin... Balik lagi... di kisah yg bikin emosi!

Ditunggu vote dan komennya 🙌🫶

Selamat membaca🫶

....


Nevelyn memegang kepala Jein, merasakan suhu yang tidak normal dari tubuh suaminya.

Sudah jelas.

Jein sakit.

"Mas, kamu jangan masuk kerja dulu, ya? Lemes gini." Nevelyn sangat khawatir, Jein sejak tadi tidak beranjak dari tempat tidur dan malah seperti kedinginan, padahal AC sudah dimatikan.

"Iya, kamu tolong hubungi kantor aku dan kasi kabar kalau aku nggak masuk, dan fotoin keadaan aku juga." Jein mengatakan itu dengan lemas, karena rasanya pria itu tidak berdaya.

Nevelyn mengangguk, lalu mengambil HP suaminya. Dia membuka pola di HP suaminya dan menulis pesan sesuai yang diinstruksikan, mengambil foto Jein juga.

Sempat Nevelyn tergerak ingin membuka galeri Jein, karena ingin melihat foto-foto Jein ketika di kafe tempat pria itu bekerja, mungkin saja ada. Tapi, Jein seakan mengambil HP itu dari tengan Nevelyn dan memegang tangan istrinya.

"Sayang, Mas haus, boleh tolong ambilin minum?" Jein berusaha mengalihkan perhatian Nevelyn.

Nevelyn mengangguk dan berdiri untuk melakukan perintah Jein. Dia adalah istri yang sangat patuh dengan suaminya.

Meski Nevelyn juga mulai memiliki pertanyaan dalam kepalanya, tapi dia memfokuskan hari ini untuk merawat suaminya dulu.

Hari itu, Nevelyn benar-benar merawat Jein dengan penuh kesabaran. Selain mengusap-ngusap badan Jein, dia juga yang membantu Jein memakai pakaian.

Dia yang menyuapi Jein, memastikan Jein minum obat. Mengusap-mengusap kepala pria itu sampai tertidur pulas.

Saking lelahnya, Nevelyn juga jadi ikut tertidur di sebelah Jein.

Sore hari, Jein terbangun, merasa sudah lebih baik dari sebelumnya, meski masih sedikit demam. Tapi, dia melihat Nevelyn tidur di sebelahnya.

Jein memandangi Nevelyn, bagaimana wanita itu sangat tulus merawatnya, sangat sabar dan sangat perhatian padanya membuat Jein merenung.

Jein berbarlik menghadap Nevelyn. Kemudian tangannya bergerak memgusap sisi kepala istrinya, perlahan. Ada perasaan yang hangat yang muncul di hati Jein, perasaan hangat yang kemudian disusul gusar, karena apa yang telah dia lakukan di belakang Nevelyn adalah hal yang salah.

Jein terpikir akan itu, kemudiannya perasaannya campur aduk.

Padahal, Nevelyn sebaik ini, tapi kenapa dirinya bisa setega itu?

Jein mulai berpikir, dan merenung, beberapa saat setelahnya Nevelyn terbangun. Dia melihat Jein yang memandanginya dan mengusap sisi kepalanya.

Nevelyn tersenyum samar, rasanya sudah sangat lama, sejak terakhir kali Jein memandanginya seperti ini.

"Mas? Gimana? Udah enakan?" tanya Nevelyn dengan suara yang masih parau.

Jein tersenyum tipis. "Udah sayang. Mas udah enakan. Makasih ya, kamu ngerawat Mas dengan baik."

"Mas istriahat dulu aja, aku siap-siap buatin Mas makan malam." Nevelyn ingin bangun dari tidurnya, tapi Jein lebih duluan memeluknya.

Menahan dirinya.

"Jangan dulu, kamu di sini dulu. Mas masih mau dekat sama kamu," ucap Jein sambil memeluk Nevelyn hangat.

Nevelyn tersenyum malu. "Mas..."

EffuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang