Sulit

1.9K 300 485
                                    

Weyyy! Rajin banget ya aku update ini?!

Cerita yang paling rajin ku-update tp yg paling sepi juga 😭🙌 tp gakpapa, makasih ya kalian udah ramein di sini.

Kek aku seneng aja sih kalian yg antusias sama ini, komen kalian berharga bgt, jd kalau
berkenan tetep sempetin komen ya meski satu atau dua kata... eakkk😘🙌

Happy Reading semuanya!

.


Cleira tersenyum sendiri setelah dia mengemasi barang-barangnya ke koper ukuran cabin kesayangannya.

Jein akan melakukan perjalanan ke luar kota pekerjaannya, ada kegiatan yang berlangsung selama lima hari, seperti pelatihan dan rapat terkait kebijakan toko yang baru. Kepala toko dan menejer dari masing-masing cabang supermarket diutus untuk berangkat.

Seperti wanita perusak rumah tangga ini jadi makin senang dan antusias karena Jein meminta dirinya untuk ikut dan menemaninya.

Jein cukup percaya bahwa tidak ada yang berani membongkar itu, toh di sana juga teman-teman kantor Jein yang lain membawa simpanannya. Jadi, mereka akan leluasa dan saling melakukan back up satu sama lain.

Memang lingkungan kotor itu cukup berpengaruh kuat dalam terjadinya normalisasi perselingkuhan.

Cleira duduk di sofa panjang warna merah tua yang ada di apartemennya, dia menaikan kakinya dan tersenyum sendiri, membayangkan nanti dia pasti bisa keluar bersama Jein dengan bebas. Dia seperti wanita yang sedang mabuk cinta, atau lebih tepatnya gelap mata.

Dia meraba sofa itu, mengingat kembali memorinya bersama Jein di tempat ini.

Dia ingat setelah Jein waktu itu menggantikan lampunya, ada momen di mana dia saling menatap dengan Jein hingga akhirnya Cleira berani lebih dekat dan menyentuh lengan Jein, menawarkan pijatan sebagai rasa terima kasih.

Sejujurnya, saat itu Jein sempat menolak. Jein masih berusaha mengais logikanya, logika tentang pria itu yang telah memiliki istri dan harus segera kembali. Tapi, Nevelyn bekerja lebih keras, dia tahu, sejak awal Jein sudah tertarik dengan suaranya dan penampilannya di acara.

Dia tahu di mana kelemahan pria.

"Cleira jangan, aku harus pulang---aku---" ucapan Jein terhenti saat itu ketika Cleira dengan berani mencium bibirnya.

Memang cukup agresif.

"Jein, its okay... ini akan jadi rahasia. Aku janji, nggak akan bilang siapa-siapa..."

Dia sangat lembut dan seakan terus membisikkan kalimat bahwa apa yang mereka lakukan ada normal dan bukan dosa besar.

Suhu ruangan yang cukup dingin saat itu, membuat Jein jadi lebih sensitif dan justru merasa terbuai ketika bersentuhan dengan Cleira.

"Cleira, this is wrong, please stophhhh---nghh." Jein pada akhirnya meloloskan desahannya karena Cleira berlutut di depannya.

Melakukan pekerjaan tangan dan mulut dan menahan kedua paha Jein agar tetap tenang.

Jein yang tidak pernah mendapat perlakuan itu dari Nevelyn akhirnya memandangi Cleira, dia tidak melawan lagi, dan memilih untuk menikmati pemandangan dan perasaan itu.

EffuseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang