Hai, semuanya!Terima kasih untuk selamu menunggu cerita ini ya 💞
Ohya, mohon untuk tidak menanykan cerita ini kapan update di IG aku ya, soalnya khusus cerita ini aku emang pengen nulis sesuai mood, mengingat cerita ini berat banget bagiku.
Aku akan update sendiri kalau aku ngerasa mau update, JANGAN ditanyain pokoknya ya 😭💞 khusus cerita ini aku butuh ngatur mood banget soalnya, gak mau jd kayak kejar storan, I want to let it flow 🥹🙌
tp aku masih bgt buat komen kalian krn itu salah satu yg bikin mood bgs juga dan aku berasa seneng ada yg nungguin ini. So, ditunggu komennya 🙌
Ok, well...
Happy reading yaa 💞
.
.
."Kamu kok cepet banget keluarnya seminggu belakangan ini?" Cleira menaikan kembali celana dalamnya dengan perasaan yang tidak puas.
Jein duduk di sofa, dia membuang dirinya setelah pria itu menaikan celanana panjangnya lagi yang memang sejak tadi hanya turun hingga lutut.
"Aku banyak kerjaan belakangan ini, dan karyawanan ada yang bermasalah." Jein memberikan itu sebagai jawaban.
"Belum selesai juga masalah itu?" Cleira jengah karena Jein juga memberikan alasan yang sama minggu lalu, sementara wanita itu ingin durasi bercinta yang lebih lama.
Jein menghela napas, lalu melirik Cleira dengan tatapan malas. "Daripada kamu protes mulu, coba kamu ke gym sesekali atau ikut apa aja yang buat punya kamu berasa rapet lagi."
Hal itu sontak membuat Cleira melebarkan mata. "Maksud kamu apa ngomong gitu?"
Melihat Cleira tersinggung, Jein lalu mengibaskan tangannya. "Nggak papa, lupain aja."
"Nggak! Kita harus bahas ini, maksud kamu apa? Punyaku nggak rapet lagi?!"
"Aku mengerti kita terlalu intens berhubungan, jadi itu hal yang wajar." Jein sambil membuka HP-nya, membalas pesan-pesan yang berkaitan dengan pekerjaannya.
Cleira sangat merasa tidak dihargai. Dia mengambil HP Jein tiba-tiba.
"Jein, denger, ya, punya perempuan itu elastis, kalau kamu berasa nggak rapet, mungkin masalahnya bukan di aku, tapi di ukuran punya kamu yang makin kecil."
Jein menatap Cleira dengan tatapan tidak menyangka. "Serius kamu ngomong gini?!"
"Kenapa emangnya? Lagian, yang performanya menurun juga kamu kan? Kamu yang lebih cepat keluar, berarti masalahnya bukan di aku!" Cleira seakan memperhatankan harga dirinya, yang sebenarnya juga sudah tidak ada.
Oke, ini menjadi perdebatan hebat mereka yang pertama. Jein hanya memberi tatapan tidak habis pikir dengan ucapan Cleira, lalu pria itu berdiri. Mengambil HP-nya dengan kasar dari tangan Cleira.
Lalu, pergi.
Cleira juga tidak mengejar atau meneriaki.
Meski hatinya sebenarnya menyesal atas pertengkaran ini, tapi dia sungguh sangat gengsi.
******
Jein masuk ke dalam mobilnya.
Pria itu mengatur napasnya.
Entah mengapa pekerjaan satu minggu ini terasa berat, selalu ada masalah, membuat pria itu pusing. Jein juga habis dimarahi oleh direktur pusat karena tidak memperhatikan beberapa hal penting dalam mengelola toko, bahkan penjualan juga menurun banyak bulan ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Effuse
Lãng mạnJein tidak pernah bisa menolak Nevelyn karena sebuah alasan. Berpura-pura dan berusaha mencintai istrinya adalah hal yang menyiksa. Cleira hadir dalam hidupnya, menawarkan hal yang menyenangkan dan menghanyutkan. Awal yang berbahaya membawa petaka...