2. Bianca Dagfinn

204 62 7
                                    

Semua karyaku tersedia dalam bentuk ebook, pdf, playbook dan juga tersedia di karyakarsa. Mampir ya, jangan lupa dukungannya. Akun karyakarsa-ku AokiRei sama dengan nama akun wattpadku. Yang mau pdf bisa kontak di no 081917797353

Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Happy reading.


❤❤❤❤


"Ada apa dengan wajahmu itu, Robert? Kenapa kau terlihat begitu kesal?" tanya Bianca begitu kereta mulai berjalan.

"Bukan apa-apa," jawab Blake ketus.

"Kau kesal karena Edheline, bukan?"

Sebenarnya Bianca tahu apa yang membuat Robert kesal tapi ia sengaja bertanya karena senang menggoda kekasihnya itu.

"Aku yakin kau lebih dari tahu jawabannya."

Bianca tersenyum, lalu dengan manja membaringkan kepalanya di bahu Robert. Jari lentiknya memainkan jari-jari kekar Robert yang menawan.

"Edheline adalah teman baikku, kau seharusnya bisa menerima kehadirannya."

"Aku sudah mencoba seperti yang kau katakan tapi tetap saja terasa sulit. Entah kenapa aku selalu kesal melihatnya berada di dekatmu. Aku merasa dia sengaja berada di dekatmu untuk mendapat perhatian semua orang. Dia seperti lintah yang selalu menempel padamu. Dia tahu kau terkenal dan dikenal banyak orang, dan itu membuatku kesal."

Robert tidak berbohong dengan ucapannya. Ia memang tidak menyukai Edheline karena menurutnya Edheline seperti lintah yang selalu saja menempel pada Bianca. Selain itu ia juga kerap kali memergoki Edheline menatapnya dengan tatapan memuja dan itu membuatnya semakin tidak menyukai Edheline. Jika Edheline wanita yang baik, sudah seharusnya wanita itu menjaga sikapnya mengingat ia adalah kekasih Bianca, temannya sendiri.

Bianca tertawa mendengar keluhan Blake. "Kau bukan orang pertama yang mengatakan hal seperti itu tentang Edheline."

"Apa maksudmu?"

Bianca mengangkat kepala untuk menatap Robert. "Kau tahu, sudah banyak orang yang mengatakan hal yang sama tentang Edheline padaku. Mereka menganggap Edheline hanya lintah yang suatu saat akan menghisap habis darahku."

"Dan kau masih saja berteman dengan orang seperti itu."

Bianca mengangkat bahunya. "Aku tidak punya pilihan. Dia seorang diri. Hanya aku yang dimilikinya sejak kedua orang tuanya meninggal. Lagi pula kami berteman sejak kecil dan kau tahu, selain aku, Edheline tidak memiliki teman, jadi aku tidak mungkin meninggalkannya."

Robert tahu kedua orang tua Edheline sudah meninggal tapi bukan berarti dia hidup sebatang kara seperti yang Bianca katakan. Edheline masih memiliki paman dan bibi yang bisa menjadi tempatnya berlindung. Seharusnya Edheline tinggal bersama mereka bukan malah tinggal sendiri demi menarik simpati orang lain.

Iya, Robert yakin itulah alasan kenapa Edheline memilih tinggal sendirian daripada tinggal bersama paman serta bibinya. Edheline tahu dengan tinggal sendirian serta terus menempel pada Bianca, dia akan mendapat perhatian dari banyak orang.

Syukurnya Robert sama sekali tidak bersimpati pada Edheline. Selain karena Edheline terus menempel pada Bianca, ia juga kerap kali mendapati Edheline mencuri pandang padanya, justru membuat Robert kesal. Sikap Edheline sama sekali tidak mencerminkan sikap seorang teman. Ia yakin Edheline pasti tidak benar-benar menganggap Bianca sebagai teman baiknya. Dia hanya memanfaatkan kepopuleran Bianca untuk menarik perhatian banyak orang.

"Berhati-hatilah, dia bisa membawa pengaruh buruk bagimu."

"Kalaupun iya, kau tidak perlu khawatir karena aku selalu bisa menjaga diriku dengan baik," Bianca kembali membaringkan kepala di bahu Robert. "Selama Edheline baik padaku, aku tidak memiliki alasan apa pun untuk tidak berteman dengannya."

HEART CHOICE (BROKEN HEART SERIES #2)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang