Maria duduk di bangku belakang kelas, matanya menerawang ke luar jendela. Hujan gerimis membasahi kaca, Pikirannya melayang ke perceraian orangtuanya, rasa sedih dan kesepian kembali menyergapnya.
"Maria, kamu kenapa?" Adiyan mendekati mejanya dengan lembut.
Maria tersentak, mencoba menyembunyikan kesedihannya. "Enggak apa-apa Kak, Hanya sedikit pusing."
Adiyan menatap Maria dengan mata yang penuh pengertian. "Kamu bisa cerita padaku, Maria. Aku selalu siap mendengarkan."
Maria ragu sejenak, kemudian memutuskan untuk bercerita " Aku sedih, aku merasa kehilangan."
Adiyan mengangguk pelan. "Aku mengerti, Maria. Perceraian memang menyakitkan, terutama bagi anak seusia kamu. Tapi, kamu harus tetap kuat. Kamu tidak sendirian."
Maria terdiam, menatap Adiyan dengan mata berkaca-kaca. "Bagaimana kakak bisa mengerti? Kakak kan seorang guru, pasti tidak pernah mengalami hal seperti ini."
Adiyan tersenyum tipis. "Aku pernah mengalami hal yang sama, Maria. Orangtuaku bercerai saat aku masih kecil. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan dan kesepian."
Maria terkejut. "Emang iya kak? Kenapa kakak ga pernah cerita?"
Adiyan menggeleng. "Aku tidak ingin membuat orang lain tau akan kesepian ku, cukup Aku saja"
Maria terdiam, terkejut dan sedikit malu. Adiyan, gurunya yang tampak begitu tenang dan bijaksana, pernah merasakan sakit yang sama seperti dirinya.
"Tapi, kakak terlihat baik-baik saja sekarang," kata Maria akhirnya.
Adiyan tersenyum. "Ya, hidup terus berjalan, Maria. Kita harus belajar untuk menerima kenyataan dan bangkit kembali. Aku belajar untuk kuat, dan aku berharap kamu juga bisa."
Sejak hari itu, hubungan Maria dan Adiyan berubah. Mereka mulai berbincang lebih sering, tidak hanya tentang pelajaran, tapi juga tentang kehidupan mereka. Adiyan membantu Maria menyelesaikan tugas-tugasnya, mengajarkannya cara untuk mengatasi perasaannya, dan selalu mendengarkan cerita-cerita Maria.
Maria menemukan kekuatan baru dalam diri Adiyan. Dia menyadari bahwa Adiyan bukan hanya gurunya, tapi juga seorang teman yang mengerti dan mendukungnya. Mereka berbagi tawa dan air mata.
Maria mulai menemukan kegembiraan di tengah kesedihan. Dia belajar untuk menghargai hidup, untuk mencari kebahagiaan di setiap kesempatan. Adiyan, dengan kebijaksanaannya, membantunya menemukan jalan keluar dari luka lama dan menjalani hidup dengan semangat baru.***
"duarrrr"
"eh lo ngapa sih pake ngagetin segala,gw lagi ngerjain tugas nih dari bu Ana lo udah blm" sontak maria
"lo tau sendiri kan kalo gw malesan pake ditanya udah ngerjain apa blm" kata Sari sambil meletakan tasnya diatas meja.
" lo kenapa hari ini? keliatanya lagi sedih ya? tanya maria
"iya tadi gw bangun kesiangan ga sempet sarapan mar.." jawab Sari
"yaudah yuk ,gw traktir ke kantin" kata maria sembari berdiri menuju ke pintu
" tumben, hari ini lo kesurupan apaan tiba-tiba amat" tanya Sari heran
"jadi mau ga ini gw traktir kalo gamau yaudah gajadi" goda maria
"ehhh yaudah ayo maria sayangg"
maria yang mendengar kata Sari merasa jijik ingin muntah
***
kringgggggg
waktu menunjukan bahwa pelajaran sudah selesai dan semua siswa sudah berhamburan keluar kelas .
"Mar habis ini lo mau kemana? tanya Sari
"ya pulang lah,yakali mau nongkrong di SMP" jawab maria
"yuk jalan-jalan,gantian gw traktir ganti deh"
"yuk kebetulan nih gw juga lagi pengen jalan-jalan tapi naik mobil gamau gw naik motor ,panass" kata maria sembari tertawa
" idih lo, kalo gitu besok kalo lo cari suami yang punya mobil biar lo diajak jalan-jalan terus. contohnya kayak kak Adiyan noh wkwk" kata Sari
"ah bisa aja lu, Aminnn dehh"
tettt..tettt
ketika sedang ada di jalan maria mendapat sebuah telfon dari ayahnya dengan cepat maria menyuruh Sari untuk Berhenti di pinggir jalan.
"Sar berenti dulu bokap gw telfon" teriak maria
"hallo pak,ada apa?
"hallo nak,kamu dimana? pulang segera ya ibuk kamu bunuh diri, dia minum obat banyak banget sampe overdosis" kata ayah maria di seberang sana terlihat nada khawatir
Maria langsung mematikan telfonnya dan menyuruh Sari untuk mengantarnya ke rumah ibunya.
maria meminta agar maria yang membawa motor nya supaya cepat sampai
"ada apa mar,ceritaa sama gw, kok lo nangis?"tanya sari khawatir
"ceritanya panjang Sar nanti lo tau sendiri" jawab maria yang sedang menyetir motornya dengan kecepatan tinggi.
***sehat slalu***
KAMU SEDANG MEMBACA
teacher's little wife
RomansaSeorang siswi yang jatuh cinta pada gurunya, namun bukan hanya jatuh cinta sendirian tapi, mereka berdua saling mencintai dan sama-sama ingin membangun masa depan bersama dengan seorang buah hati. itu adalah impian mereka berdua. Mencapai tujuan aka...