Jisoo berdiri di depan rumah dengan semangat yang membara, menunggu kedatangan Joshua. Hari ini adalah hari yang sudah di tunggu-tunggu karena mereka akan pergi ke Gramed bersama untuk membeli novel terbaru Tere Liye. Jisoo merasa sangat bersemangat dan tidak sabar.Sambil menunggu, Jeonghan tiba-tiba muncul. “Rapi amat, mau kemana, Mbak?” tanyanya dengan senyum iseng.
Jisoo mengangkat bahu sambil menjawab, “Mau jalan lah, Kenapa, iri?”
Jeonghan hanya cengengesan, “Gue juga bisa tinggal milih siapa yang mau diajak jalan.”
Jisoo memutar bola mata nya malas "mau ngapain ke sini?"
"Ini diminta dino ke sini buat Mabar, lu sendiri mau jalan kemana?"
Belum sempat Jisoo menjawab, motor Joshua sudah berhenti di depan rumah. Joshua turun dari motornya dan tersenyum lebar. “Akhirnya, Jisoo! Kita bisa berangkat sekarang!”
Jisoo langsung ceria dan bergegas menghampiri Joshua. “Iya, Joshua! Ayo, kita berangkat!”
Jeonghan cuma tersenyum tipis dan berkata, “Have fun, Jisoo. Jangan kelamaan, ya, Joshua ati ati bawa curut gue nya" Joshua cuma ketawa sambil ngangguk iya iya aja Ng jawab jeonghan
Jisoo melambaikan tangan ke arah Jeonghan saat dia naik ke motor Joshua. “Tenang aja, Han! Pasti bakal balik cepat.”
Di sepanjang perjalanan menuju Gramed, Jisoo dan Joshua berbincang santai. Mereka membicarakan berbagai hal mulai dari kegiatan kuliah mereka hingga rencana masa depan. Jisoo merasa nyaman berbicara dengan Joshua, dan dia senang bisa berbagi waktu bersama.
Sesampainya di Gramed, Jisoo langsung menuju rak yang dia cari dengan penuh semangat. Setelah beberapa menit, dia akhirnya menemukan buku yang diincarnya. “Yay, akhirnya ketemu juga!” teriak Jisoo sambil memegang buku itu dengan bangga.
Joshua tersenyum melihat Jisoo begitu senang. “Bagus tuh. Sekarang tinggal bayar dan kita bisa makan. Aku tahu tempat makan enak di dekat sini.”
Setelah membayar, mereka berjalan menuju warung kaki lima yang terkenal dengan pisang goreng hangat dan teh manisnya. Meja-meja di luar warung menawarkan pemandangan yang menyenangkan, dan suasananya santai dan nyaman. Mereka duduk di meja pinggir jalan dan mulai menikmati makanan.
Jisoo menggigit pisang goreng yang baru digoreng dan tersenyum lebar. “Ini enak banget! Makasih ya udah ngajakin kesini, Joshua.”
Joshua tertawa kecil. “Senang kalo kamu suka. Aku juga suka tempat ini. Enak dan nyaman.”
Mereka terus berbicara tentang berbagai topik sambil menikmati makanan. Jisoo merasa sangat bahagia. Dia bisa duduk bersama Joshua, menikmati waktu berkualitas, dan makanan yang enak. Semua rasa cemas dan ketegangan terasa hilang dalam suasana santai ini. Kadang-kadang, mereka juga bertukar cerita tentang aktivitas mereka masing-masing. Joshua bercerita tentang kuliahnya di kedokteran dan tantangan yang dihadapinya, sementara Jisoo bercerita tentang kuliah manajemennya dan bagaimana dia berusaha menyeimbangkan antara belajar dan mencari pekerjaan.
Jam lima sore, Joshua mengantar Jisoo pulang. Sepanjang perjalanan, mereka terus ngobrol santai dan tertawa. Sesampainya di rumah, Jisoo melihat Jeonghan dan Dino lagi main game di ruang tamu. Jeonghan tampak serius dengan game-nya, sedangkan Dino ikut menonton sambil sesekali memberi komentar.
Begitu Jisoo masuk, Dino langsung menggoda. “Eh, mbak, senangnya jalan-jalan bareng Mas Joshua, ya? Mukanya ceria banget!”
Jisoo langsung merona malu dan buru-buru lari ke kamarnya. “Dino, jangan ngerecokin!”
Setelah mandi dan siap-siap, Jisoo keluar dari kamar dan bergabung dengan Jeonghan dan Dino yang masih asyik main game. Dia duduk di samping Jeonghan, mencoba ikut ngobrol.
Dino tiba-tiba nanya ke Jisoo, “Mbak, kamu yakin banget sama Mas Joshua? Baru kenal dua bulan, mbak nggak khawatir?”
“Yah, mbak merasa nyaman sama Joshua. Kita udah mulai deket, dan aku suka sama dia.” jawab jisoo dengan senyum bahagia nya mengingat momen tadi
Jeonghan yang duduk di sebelahnya terlihat agak cemberut. Dia berusaha tetap tenang, tapi jelas kelihatan kalau dia mulai merasa nggak enak. Jeonghan sudah lama punya perasaan terhadap Jisoo dan sekarang dia merasa cemburu melihat Jisoo yang semakin dekat dengan Joshua.
Dino terus bertanya, “Jadi, mbak beneran yakin sama Mas Joshua, ya?”
Jisoo mengangguk. “Iya, aku yakin.”
Jeonghan mulai merasa suasana hatinya semakin buruk. Dia sudah lama menyukai Jisoo dan melihat Jisoo semakin tertarik pada Joshua membuatnya merasa sangat tidak nyaman. Jeonghan merasa tersingkir dan kesal karena tidak bisa lebih dekat dengan Jisoo. Tanpa banyak kata, Jeonghan memutuskan untuk pulang lebih awal.
“Gue pulang dulu, ya,” kata Jeonghan dengan nada datar. “Nanti ketemu lagi, Jisoo.”
Jisoo kaget dan bertanya, “Eh, Han, kenapa?”
Jeonghan cuma memberikan senyum tipis. “Nggak apa-apa, gue capek. See you.”
Setelah Jeonghan pergi, Jisoo melanjutkan waktu santainya dengan Dino. Dia fokus ngobrol dan bermain dengan sepupu nya. Dino mencoba menghibur Jisoo dengan cerita-cerita lucu dan permainan ringan. Jisoo, meskipun sedikit bingung dengan kepergian Jeonghan, berusaha menikmati waktu yang tersisa.
Ketika malam semakin larut, Jisoo merasa sedikit sedih karena tadi dari muka nya Jeonghan tampak kesal. Namun, dia juga merasa senang karena hari ini telah menjadi hari yang menyenangkan dengan Joshua. Dia menatap foto-foto hari itu dan tersenyum, bertekad untuk terus berusaha lebih dekat dengan Joshua.
Jisoo tahu bahwa dia harus memikirkan perasaannya dengan hati-hati dan berusaha membuat semuanya berjalan baik. Namun, untuk saat ini, dia memilih untuk fokus pada hal-hal positif dan menikmati setiap momen yang dia miliki.
okei semoga suka.
C'mon vote gays, atau mau moots WP boleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bayang Bayang di Jogja
FanfictionBagi banyak orang jogja merupakan kota yang indah dan nyaman untuk di tinggali, namun tidak dengan Kim jisoo yang memiliki banyak kenangan buruk di sana. Aku berharap tidak ada lagi yang mengenali ku ~ Kim jisoo