WE || TLC 7

9 4 6
                                    

Delia melangkah kan kaki nya menuju meja belajar yang terlihat penuh oleh setumpuk buku. Duduk di kursi kebangsaannya dan membuka salah satu buku Diary. Tangannya yang lentik, mulai berdansa diatas kertas coklat. Sebuah coretan tinta, yang kini menjadi puisi untuk mengutarakan rindu.

Dersik angin menenangkan menerpa kulit pucat nya.
Hamparan gulita muncul karna sang surya yang menghilang.
Membuat nya menjadi sosok yang sangat rupawan.

Mata hitam legam.
Mampu membuat ku tenggelam.
Untaian kata tak berujung.
Membuat ku terjerumus dalam pesona mu.

Kau indah.
Tapi kau juga berbahaya.
Kau, sempurna.
Hingga aku lupa, apa itu cacat.

"Gue kenapa mikirin dia terus sih?." Monolog Delia dengan raut wajah kebingungan.

Pasalnya, entah mengapa Ardanta, selalu hadir dalam otaknya. Membuat ia memikirkan sosok laki - laki yang menyebal kan itu.

Saat Delia sibuk melamun, Marko tiba - tiba saja datang. Dengan gerakan kilat, Delia menutup dan menyembunyikan Diary nya. Memasang senyum dengan canggung, membuat Marko curiga.

"Apa tu?." Tanya Marko.

"Ha?." Jawab Delia.

"Apa yang lo sembunyiin di balik badan kecil lo itu ege?." Ucap Marko jengah.

"Eh, anu, hehe, itu iho, ehmm." Ujar Delia dengan cengengesan.

Melihat tingkah laku Delia, Marko memancing matanya, dan dengan gerakan cepat juga, buku yang tadinya di bawa Delia, sekarang sudah berpindah tangan. Marko berhasil mengambilnya.

"Anjing." Reflek Delia. Ia mencoba meraih Diray tersebut. Namun naas, Marco sudah lebih dulu membacanya.

Selesai membaca puisi Delia, Marko menatap Delia lekat. "Del, lo lagi jatuh cinta ya?." Tanya Marko tepat sasaran. Ini adalah pertanyaan Delia sejak tadi, apakah ia jatuh cinta pada Ardanta, atau hanya kagum karna parasnya.

"Apa sih, ga ada, gue ga suka sama siapa - siapa." Jawab Delia ketus.

"Lo ga bisa bohong dari gue Del, jujur aja, siapa? Ucok?." Cerca Marko sambil terus menggoda Delia.

Delia dengan sigap melemparkan bantal kasur yang tak jauh dari tempatnya Delia berdiri saat ini "Bangsat ya mulut lo. Mana mungkin gue sama manusia titisan tahi lalat gorila." Jawab Delia sebal.

Mengapa orang selalu berfikir bahwa dia dan Ucok adalah sepasang kekasih yang sedang menjalin asamara di SMK. Padahal sudah sangat jelas, bahwa Delia paling anti dengan Ucok, begitupun sebaliknya. Mereka hanya berteman biasa, layaknya anak kecil yang tak mengenal cinta.

"Atau, sama siapa tuh nama nya, temen ekstra lo?." Ujar Marko sambil berfikir.

"Hah?, siapa anjing, ga usah ngarang lo." Jawab Delia sambil mengambil kembali Diary yang ada ditangan Marko

"Arbata?, Artata? Aduh siapa sih, gue lupa!." Jawab Marko.

Delia mengerut kan alisnya pertanda bingung. "Ardanta?."

"NAH IYA, ARDANTA." Heboh Marko.

Delia melototkan matanya. "KOK LO KENAL ARDANTA NYING."

"Asal lo tau Del, gue tu selalu ngawasin lo, temen - temen gue di sekolah lo banyakkk." Ujar Marko bangga.

"Terserah lo, intinya pacar gue cuma Jepri nokhol." Jawab Delia sambil mengedipkan sebelah matanya.

Marko menatap sinis ke arah Delia " Jepri aja kagak tau lo hidup, turunin dek mimpinya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 6 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

WE || THE LAST CHAPTER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang