Terlalu banyak air mata di kehidupan adel, kadang dia bermimpi seperti ingin menjadi pahlawan yang menyelamatkan ashel ketika perempuan itu ada masalah.
Contoh dia mau membantu ashel di kejar anjing, ashel udah tercabik cabik dia baru sampai ke tempat ashel sambil ngos ngosan.
Atau mungkin dia mau memeluk ashel yang ketakutan saat olahraga terjun payung tapi pasti dia pingsan duluan.
Mungkin juga ingin menyelamatkan ashel yang tenggelam namun paling dia kehabisan nafas duluan.
"Nape lu melamun" Oniel datang sambil membawa cemilan
"Ashel lagi pasti" Tebak oniel yang langsung duduk di sampingnya
"Nih ya revadel dongo, denger. Ashel ga suka sama lu, kurang jelas apa lagi ? Lu pernah di sirem air pel, pernah di jeburin ke kolam, kemaren tas lu dimasukin kodok, dan masih banyak lagi. Masih kurang ? Pertimbangin perasaan ashel juga kali del" Tumbem tumbenan oniel bijak
Sebenarnya adel tau dan dia setuju dengan semua yang oniel katakan. Tapi jantung bodohnya itu membuatnya tidak ingin menyerah.
"Del, emang lu mau dicintai cuma karna rasa kasihan ?" Kali ini tatapan oniel begitu serius
Bisa adel rasakan penekanan dalam kalimat teman nya itu, benar adel tidak mau tapi bagaimana lagi.
Beberapa hari yang lalu.
"Prosedur untuk donor jantung itu masih sangat sulit pak di indonesia, selain ketersediaan yang terbatas di karenakan donor hanya bisa di dapatkan dari pasien mati otak, kecocokan untuk pendonoran juga lumayan sulit pak" Ada kesedihan ketika kalimat itu terucap
Dokter bisa mengerti betapa frustasinya orang tua adel. Mereka kaya raya, pewaris satu satunya sepertinya akan mati setelah berjuang bertahun tahun.
"Adel udah masuk ke salah satu prioritas pendonoran tapi sampai sekarang tidak ada donor yang cocok pak"
Shani menangis mendengar hal itu dia memukul dirinya sendiri merasa bersalah telah melahirkan adel dalam kondisi ini.
"Kita sama sama tau VAD cuma bisa bantu adel sebentar"
*Ventricular Assist Device (VAD) adalah perangkat medis yang membantu jantung memompa darah ke seluruh tubuh ketika jantung tidak lagi mampu melakukannya secara efektif sendiri.
"Saya bukan menyerah pak, bu. Saya.... Saya cuma mau kita sama sama kuat untuk kemungkinan terburuk"
Pandangan gracio menghitam benteng pertahan nya runtuh jika boleh dia ingin memberi jantungnya untuk anak semata wayangnya itu.
Shani dan gracio berpelukan erat sekali. Saling menguatkan untuk tidak sama sama hancur dan harus terlihat baik baik saja di depan adel.
"Sampai kapan dok" Nafas gracio tercekat
"6 bulan adalah waktu terlama adel bisa bertahan"
Shani pingsan, tapi gracio bahkan tidak sanggup menggendong istrinya. Membanyangkan anaknya bersenang senang di sekolah, bertemu teman teman yang dia dambakan.
Tangis pilu itu terdengar hingga keluar tapi pasien di balik pintu luar itu sama sekali tidak merasa terganggu, mereka juga tidak mengintrupsi , mereka mengerti mereka tau jeritan dari dalam adalah bentuk pasrah, mereka iba.
Adel tidak tau akan kondisinya, gracio tidak tau harus bicara bagaimana, apalagi shani. Melihat wajah adel saja membuatnya sangat terluka.
"Papi udah cari segala cara, bahkan papi udah cari donor ilegal mi tapi ga ada yang cocok buat adel" Gracio memeluk shani yang terdiam
Dia hampir gila karna akan di tinggal anakanya, dia melamun kadang menjerit tiba tiba.
"Terus aku harus gimana mas! Aku ga mau lepasin adel" Dia menggerutu setiap hari
Mereka sama sama tidak mau menyerah, jika adel berumur panjang mungkin gracio dan shani siap mengganti dengan hal lain yang mereka punya.
"Adel udah banyak banget menderita, dari kecil dia bahkan gabisa main hujan, dia gabisa lari larian. Bahkan anak aku di larang nangis sama dokter"
"Aku pengen liat adel lari, aku pengen liat dia ijin buat main basket sama temen temen nya, aku pengen adel hidup"
Penderitaan bagi orang tua adalah kehilangan anaknya. Anak yang kehilangan ayahnya adalah yatim, anak yang kehilangan ibu adalah piatu, tapi orang tua yang kehilangan anak tidak ada penyebutan nya. Karna tidak ada yang bisa menggambarkan perasaan hancur kehilangan itu.
"Permisi"
Tok tok tok
Lama sebelum pintu cokelat itu terbuka, menampilkan seorang ibu ibu dengan daster biru tua nya.
"Cari siapa pak ?" Sapanya sedikit hangat
"Bisa tolong sampaikan sama pak dheo, gracio mau ketemu, saya emang belum buat janji" Setelah di persilahkan masuk gracio duduk tenang walaupun pikiran nya melayang entah kemana
"Lah pak gracio" Dheo turun dari tangga rumah yang cukup megah itu
"Ada apa kesini" Senyum dheo melihat ladang emas berjalan itu
"Hemm saya ada yang mau di obrolin" Gracio juga ragu sebenarnya
Dheo duduk, gracio mengatur nafasnya sambil sedikit berbasa basi. Kopi hangat sudah tersaji didepan mereka.
"Ada apa sih ? Ngomong aja kayak sama siapa aja" Tawa dheo
Tapi tawa itu sangat terdengar seperti tawa karier karna dia tidak bersungguh sungguh tertawa.
"Ini soal adel dan ashel... "
Dheo menaikan alisnya sepertinya dia akan mendengar kabar baik.
"Assalamualaikum" Tiba tiba ashel muncul dari pintu depan masih dengan seragam sekolahnya
Dia menyalimi dheo dan jidatnya berkerut melihat keberadaan gracio sesaat dia juga menyalami pria itu.
"Ashel om boleh bicara" Dheo juga kaget tak biasanya gracio melibatkan ashel langsung
"Ada apa ya om" Bingungnya lagi
Tiba tiba pria kaya raya itu berlutut, kedua lututnya menyentuh lantai rumah ashel dengan sempurna.
Dheo dan ashel kaget, mereka sama sama membeku melihat tindakan tiba tiba itu.
"Tolong bantu adel.. " Tangisnya tak terbendung
Pria kuat dengan gengsi setinggi gunung itu terlihat lemah sekali, adel benar benar menjadi kelemahan ayahnya.
"Kali ini om yang memohon, tolong bantu adel...
*jangan salahkan author karna telah menjatuhkan hape sendiri dan memecahkan lcd nya 😭 sehingga tidak bisa update
Buat yang mau kasih jajan link saweria ada di bio ya tinggal langsung klik ❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Me, My Self & I (Delshel)
FanfictionAku mendengar tapi aku menutup telingaku, aku bisa bicara tapi aku memilih diam, dan ini menyakitkan tapi aku tetap mencintaimu. BxG Tinggalkan jejak kalian dengan vote dan komen